Overview
Diabetes merupakan sekumpulan gejala yang berhubungan dengan keadaan
hiperglikemia dan disfungsi pada mekanisme kerja hormon insulin. Terbagi menjadi
tipe 1 dan 2, tipe 1 adalah di mana sel beta penghasil insulin menjadi rusak,
sehingga terjadi defisiensi insulin absolut; sementara tipe 2 adalah di mana terjadi
resistensi insulin oleh sel-sel tubuh.1
Epidemiologi. Diabetes dengan prevalensi tertinggi (90-95% dari seluruh kasus
diabetes) adalah diabetes tipe 2, atau DM2. Hingga saat ini, terdapat 170 juta orang
dengan DM2, dan jumlah tersebut diperkirakan menjadi dua kali lipat pada 2025.
Indonesia sendiri memiliki jumlah penderita diabetes dengan skor 4/5 reltif terhadap
prevalensi global.1
(NEJM)
1. BB Berlebih/obesitas.
2. Obesitas abdominal.
3. Kurangnya aktivitas.
4. Kondisi prediabetes/IGT (Impaired
Glucose Tolerance).
6. Tekanan darah di atas 140/90
mmHg.
Obesitas
Obesitas merupakan prediktor terkuat alam menentukan munculnya DM2. DM2
terasosiasi dengan resistensi insulin. Saat seseorang memiliki BB yang berlebih
atau obesitas, sel dalam tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin yang
disekresikan pankreas. Hal ini terutama terjadi pada sel lemak, sel yang banyak
terdapat pada orang yang mengalami obesitas.
Obesitas ini diukur dengan menggunakan BMI. BMI yang dianjurkan WHO adalah
18.524.9 kg/m2, di atas itu, risiko DM2 akan meningkat seiring dengan
bertambahnya BMI.
Obesitas Abdominal Sirkumferensi sentries atau pengukuran lingkar
perut/pinggang juga merupakan indikator yang baik terhadap kejadian DM2.
Ini terkait dengan aktivitas sel adipose abdominal, walaupun belum ada
sumber yang membahas mekanismenya lebih lanjut.
Lemak
Asupan lemak dapat berpengaruh terhadap toleransi glukosa, terutama asam lemak
jenuh. Tingginya kadar lemak pada makanan sehari-hari akan menghasilkan
penurunan toleransi tubuh terhadap glukosa melalui beragam mekanisme,
termasuk: (1) gangguan pengikatan insulin ke reseptornya, (2) gangguan terhadap
transport glukosa, (3) kurangnya jumlah glycogen synthase, dan (4) akumulasi TAG
yang tersimpan pada otot rangka. Ini masuk akal, mengingat kadar asam lemak
pada makanan mempengaruhi komposisi fisfolipid; yang mungkin berpengaruh
terhadap kerja insulin dengan mengubah fluiditas membran sel dan persinyalan
insulin. Selain itu, proporsi asam lemak jenuh pada lipid serum dan fisfolipid otot
juga terasosiasi dengan level insulin puasa yang tinggi. Sebaliknya, asam lemak tak
jenuh pada fosfolipid sel dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dan
mengurangi risiko IGT serta DM2.
Pada binatang percobaan, asupan tinggi lemak (khususnya yang jenuh)
menghasilkan resistensi insulin yang juga relatif terhadap asupan tinggi
karbohidrat. Ini berhubungan dengan kadar insulin puasa yang tinggi pada oranngorang yang kadar lemak dietnya juga tinggi. Banyaknya lemak dalam diet juga
dapat menjadi kunci timbulnya IGT pada orang sehat, serta progresi IGT menjadi
DM2 pada orang-orang dengan IGT.
Untuk asam lemak trans, diketahui bahwa asam lemak trans dapat merangsang
pengeluaran insulin pada sel islet pankreas, sehingga meningkatkan risiko DM2.
Sebaliknya, lemak ikan dan -3 dapat memperbaiki resistensi insulin yang
diakibatkan oleh asupan tinggi lemak.
Serat
Serat yang direkomendasikan asupannya adalah polisakarida non-pati, lignin,
oligosakarida, dan pati resisten. Mereka dianjurkan karena serat terssebut dapat
mempengaruhi glukosa post-prandial serta respons insulin tubuh. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa serat dapat memperbaiki sensitivitas sel terhadap
insulin.
Mikronutrien
1. Vitamin E dikatakan dapat mengurangi risiko perkembangan IGT dan DM2
sebanyak 3,9x, namun belum diketahui mekanismenya maupun penelitian lebih
lanjut.
2. Magnesium belum banyak bukti penelitian, tapi studi terakhir menunjukkan
asupan magnesium mengurangi risiko DM2 hingga mencapai 0,7.
3. Krom Sejak lama diketahui dapat membantu kerja insulin serta meningkatkan
sensitivitas jaringan terhadap insulin.
Perubahan gaya hidup secara umum, perubahan gaya hidup terutama kontrol diet
serta aktivitas fisik dapat mengurangi risiko IGT dan DM2. Pada studi yang telah
dilakukan di berbagai negara, rata-rata hasil pengurangan risiko terhadap kelompok
yang menjalani perubahan gaya hidup ialah 58% (p<0,001).
Daftar Pustaka
NP Steyn, J Mann, PH Bennett, N Temple, et al. Diet, nutrition and the prevention of
type 2 diabetes. Public Health Nutrition: 7(1A), 147165
Frank B. Hu, M.D., Joann E. Manson, M.D., et al. Diet, Lifestyle, and the Risk of type 2
Diabetes Mellitus in Women. FN Engl J Med 2001; 345:790-797. Published
September 13, 2001.
Anonymous. Weight-control Information Network. Do You Know The Health Risks Of
Being Overweight?. Nov. 2004. U.S. Dept. of Health and Human Services. 23 Oct
2006.