Anda di halaman 1dari 6

Pusat Neurofisiologi Pengelihatan

Reiva Wisdharilla MD, 0906639865


Pusat Visual
Pusat proses stimulus visual di otak
disebut juga Korteks Visual, atau Area
Broadmann 17, atau juga V1. Area ini
terletak di Lobus Oksipital, tepatnya di
sisi superior dan inferior dari Fisura
Kalkarina.

Jaras
Jaras visual utama dari kedua retina ke lobus oksipital memiliki jalur seperti ini:
1. Sinyal saraf dari retina berjalan melalui Nervus Optikus (N.II). Sinyal ini dibagi
menjadi 2 dan berjalan menyilang; di mana sinyal dari lapang pandang temporal
berjalan di medial, sementara sinyal dari lapang pandang nasal berjalan di jalur
lateral.

2. Jalur medial yang dilalui impuls


lapang pandang temporal akan
kembali menyilang di Kiasma
Optikus, di mana mereka akan
berjalan bersisian dengan jalur
hemiretina nasal dari mata yang
berseberangan untuk membentuk
Traktus Optikus.
3. Serat saraf dari masing-masing
traktus optikus akan bersinaps di
Nukleus Genikulatus Dorsolateral,
yang merupakan bagian dari
thalamus.
4. Dari sana, sinyal akan berjalan
sebagai Traktus Genikulokalkarina
menuju ke bagian korteks Lobus
Oksipital.
5. Sinyal visual juga melewati
beberapa area lainnya di otak:
(1) Traktus Optikus berjalan ke
Nukleus Suprakiasmatus
Hipotalamus, gunanya untuk
mengontrol irama sirkadian tubuh.
(2) Traktus Optikus ke Nukleus Pretektal di midbrain, gunanya untuk
menginduksi gerakan refkeks pada mata, memfokuskan pengelihatan pada
objek yang penting, serta refleks pupil.
(3) Traktus Optikus ke Kolikulus Superior, untuk mengontrol refleks pupil
secara cepat.
(4) Traktus Optikus ke Nukleus Genikulatus Ventrolateral di thalamus dan area
sekitarnya, untuk mengontrol fungsi perilaku tubuh.
Nukleus Genikulatus Dorsolateral
Disebut juga Korpus Genikulata, merupakan bagian yang sangat penting dalam
proses pengolahan stimulus visual. Fungsinya adalah:
a. Melanjutkan transmisi sinyal ke Korteks Visual melalui Radiasi Optik (Traktus
Genikulatus) dari Traktus Optikus. Fungsi ini sangat akurat, di mana terdapat
transmisi dari-titik-ke-titik dengan tingkat ketajaman spasial yang luarbiasa
tinggi.

b. Membatasi transmisi sinyal yang menuju ke Korteks Visual. Nukleus ini


mendapatkan sinyal kontrol dari dua sumber utama: (1) Serat Kortikofugal
yang berjalan mundur dari korteks visual, dan (2) Area Retikular
Mesensefalon. Kedua sumber ini bersifat inhibitorik. Apabila distimulasi,
mereka bisa mematikan transmisi melalui seleksi pada Korpus Genikulata.
Gunanya adalah untuk memberi penekanan pada informasi yang dapat lewat.
Struktur ini juga dibagi menjadi beberapa lapisan:
a. Lapisan I dan II disebut Lapisan
Magneseluler karena mengandung selsel neuron raksasa. Sumber informasinya
adalah sel ganglion retina Y. Sel ini
berfungsi mentransmisikan jaras cepat
ke Korteks Visual. Walaupun cepat, tapi
jaras ini kualitasnya tidak bagus; karena
buta warna dan buram (dendritnya di
retina luas dan receptive field-nya
besar).
b. Lapisan III hinga VI disebut Lapisan
Parvoseluler karena sel-sel neuron di
dalamnya berukuran kecil. Sumbernya
adalah sel ganglion retina X, yang bisa
mentransmisikan warna serta gambar
High Definition, namun dengan
kecepatan transmisi sedang.
Struktur dan Fungsi Korteks Visual
Seperti halnya pusat sensori yang lain,
Korteks Visual dibagi menjadi Bagian
Primer dan Sekunder.
A. Korteks Visual Primer. Bagian ini
terletak di Fisura Karkalina daerah ujung
Lobus Oksipital, dan merupakan
terminus dari sinyal visual langsung dari
mata. Sinyal makular dari retina terhenti
di ujung lobus, namun sinyal dari
daerah yang lebih perifer berjalan
searah dengan Fisura Kalkarina.
Area ini memiliki 6 lapisan, dan sinyal dari Korpus Genikulata kebanyakan
berakhir di lapisan 4. Di sini, sinyal dari mata kanan dan kiri masih terpisah. Area
ini memproses apakah kedua sinyal tersebut sinkron satu sama lain, dan

membentuk pencitraan dari 2 persepsi yang digabungkan, bertujuan


mengestimasi jarak pandang dan kemampuan spasial. Daerah ini juga
mengenali kontras gambar, arah dan orientasi border, hasil kerja simple cells
dan complex cells di dalamnya.
Area-area kecil yang tersebar di sekitar daerah ini dan juga beberapa daerah V2
disebut Color Blobs. Mereka sinyal dari area visual sekitarnya secara spesifik,
yaitu hanya informasi sinyal warna.
B. Korteks Visual Sekunder. Disebut juga Area Asosiasi Visual atau Area Bradmann
18 atau V2, terletak di sekitar korteks visual primer. Sinyal pengelihatan
dikirimkan ke sini untuk analisis makna visual serta interpretasi persepsi, melalui
2 mekanisme, yaitu pengenalan kasar dan halus.
1. Analisis posisi 3D, bentuk kasar,
dan gerakan. Sumbernya kebanyakan
dari serat saraf Y. Setelah
meninggalkan V1, sinyal visual
memasuki area pusat ini, yang berada
di Midtemporal Superior dan Korteks
Oksipitoparietal.
2. Analisis Detil Visual dan Warna.
Prosesnya terletak di region inferior,
ventral, dan medial dari korteks
oksipital dan temporal. Area ini juga
bertanggung jawab terhadap
kemampuan visual halus seperti
mengenali huruf, membaca, mnentukan tekstur permukaan, warna spesifik,
serta apa arti informasi-informasi visual tersebut.

Proses Pengenalan Warna


Pengenalan warna di otak berlangsung dengan mekanisme sama yang mendasari
pengenalan garis: dengan kontras. Warna dapat dikenali karena bertabrakan
dengan warna lawannya; misalnya merah dengan hijau, atau biru dengan kuning.
Warna Lawan ini dipercaya mengeksitasi sekelompk neuron sensitif di color blob
area, yaitu neuron simple cells untuk kontras sederhana, dan complex cells untuk
detil warna.
Menghilangkan V1 di otak akan berakibat hilangnya kemampuan mengenali warna,
atau buta warna.

Lapang Pandang (Perimetri)


Lapang pandang adalah area visual yang dapat ditangkap satu mata dalam satu
waktu, dibagi menjadi area nasal dan temporal. Blind spot atau titik buta biasanya
ditemukan pada 150 lateral terhadap pusat pengelihatan, dan diakibatkan oleh
kurangnya jumlah sel kerucut dan batang pada area tersebut.
Blind spot juga dapat ditemukan di tempat abnormal, disebut scotomata. Ini
diakibatkan oleh kerusakan pada nervus optikus yang disebabkan oleh Glaukoma,
toksin (rokok), atau reaksi alergi pada retina.
Abnormalitas lain yang dapat ditemukan yaitu retinitis pigmentosa. Pada kasus ini,
beberapa bagian dari retina berdegenerasi, dan deposit melanin yang berlebih
menumpuk di area tersebut. Gejala dari kelainan ini adalah lapang pandang yang
semakin lama semakin sempit. Destruksi kiasma optic juga akan membutakan
sebagian pengelihatan dari traktus yang hilang, dinamakan bilateral hemianopsia.
Sementara destruksi traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim.

Kontrol Pergerakan Mata


Pergerakan mata diatur oleh
tiga pasang otot rangka, yakni
(1) Rekti medial dan lateral, (2)
Rekti superior dan inferior, serta
(3) Oblik Superior dan Inferior.
Ketiga pasang otot ini dikontrol
kontraksinya oleh Nervus III, IV,
dan IV (lihat gambar). Kontraksi
okulomotor ini bersifat resiprok,
artinya jika yang satu kontraksi,
maka pasangannya akan
berelaksasi.
Fiksasi gerakan mata dikontrol
dengan dua mekanisme neuronal. Yang pertama adalah volunter, di mana fiksasi
dilakukan secara sadar oleh seseorang. Yang kedua adalah setelah menemukan
objek yang dianggap penting, sehingga gerakan mata terhenti dan terfokus pada
objek tersebut. Yang kedua ini bersifat involunter.
Mekanisme volunteer dikontrol oleh area kortikal yang terletak di region premotor
pada lobus frontal. Mekanisme fiksasi juga dilakukan oleh area V2.

Sedangkan mekanisme involunter


dikontrol oleh Kolikulus Superior.
Mekanisme ini terjadi sebagai hasil dari
feedback negatif yang mencegah objek
yang penting untuk meninggalkan
bagian foveal dari retina., dengan
menghasilkan refleks tremor halus pada
bola mata dan kembali memfokuskan
objek pada fovea.
Saat sebuah kejadian visual terjadi,
seperti misalnya saat menyetir mobil,
fokus mata akan berpindah setiap dua
atau tiga detik. Loncatan fokus ini
disebut saccades, dan gerakannya
disebut gerakan optikokinetik. Saat
melakukan perpindahan fokus secara teratur seperti saat membaca, saccades
terjadi secara refleks setelah otak selesai memproses informasi yang masuk
sebelumnya. Sementara itu, jika seseorang sedang mengikuti suatu objek yang
bergerak, mekanisme kortikal yang spesifik akan beradaptasi dengan gerakan yang
terjadi secara perlahan, sehingga gerakan mata dapat mengikuti gerakan objek
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai