Anda di halaman 1dari 5

BAB 1.

KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi Pankreas


Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan
terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi
sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan.
Organ ini merupakan kelenjar majemuk atau gabungan yang terdiri atas jaringan
eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim
pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin
menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin
(Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik &
Stozer, 2015) :
a. Sel Alfa => sekresi glukagon
b. Sel Beta => sekresi insulin 7
c. Sel Delta=> sekresi somatostatin
d. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yang
lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi gula
darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah
dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada
nilai normal oleh peran antagonis hormon insulin dan glukagon, akan tetapi
hormon somatostatin menghambat sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer,
2015).
1.2 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia
dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Restyana, N.
F.., 2015)
Diabetes Mellitus (DM) atau biasa disebut dengan kencing manis merupakan
penyakit gangguan metabolik menahun akibat pancreas tidak memproduksi cukup
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.
Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (Hiperglikemia) (Riskesdas.,
2014).
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau
ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). (Restyana, N. F.., 2015)
DM tipe 2 adalah penyakit kronis dengan karakteristik terjadi peningkatan glukosa
darah (hiperglikemia) dalam tubuh. Penyebab dari DM adalah gangguan pada sekresi
insulin, aksi insulin atau keduanya. DM tipe 2 disebabkan oleh perpaduan antara
gangguan aksi insulin (resistensi insulin) dan defisiensi insulin yang terjadi secara relatif
sebagai kompensasi sekresi insulin yang tidak adekuat (IDAI, 2015).
DM Tipe 2 DM tipe 2 atau bisa disebut juga dengan diabetes melitus yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). NIDDM merupakan diabetes yang paling sering terjadi dan
terdapat defisiensi insulin relatif. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan biasanya
meningkat, tetapi organ target memiliki sensitivitas yang berkurang terhadap insulin
(Silbernagl dan Lang, 2014).

1.3 Etiologi

1.4 Faktor Resiko

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan


beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat
diubah dan faktor lain.
Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor
risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan
berat badan rendah (<2,5 kg). faktor resiko yang dapat diubah meliputi obesitas
berdasarkan IMT ≥25 kg/m² atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada
laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolic memiliki riwayat toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki
riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases
(PAD), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi
dan kafein.
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar
glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%
2. Hipertensi Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga
bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot
dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan
rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah >
45 tahun.
6. Riwayat persalinan Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan
bayi > 4000gram
6. Faktor Genetik DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis
dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang
tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
7. Alkohol dan Rokok Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan
peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan
dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat-
baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga
berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula
darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski,
240 ml wine atau 720 ml. (Restyana, N. F.., 2015)
1.5 Patofisiologi
Pasien NIDDM biasanya memiliki berat badan berlebih yang terjadi karena disposisi
genetik, asupan makanan yang terlalu banyak dan aktivitas fisik yang terlalu sedikit.
Ketidakseimbangan tersebut meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah
yang selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak.
Akibatnya, akan terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatkan pelepasan
insulin. Karena menurunnya regulasi pada reseptor, resistensi insulin akan semakin
meningkat. Sehingga, obesitas merupakan pemicu yang penting namun bukan satu-
satunya penyebab NIDDM, karena faktor disposisi genetik meupakan faktor yang lebih
penting. Seringnya pelepasan insulin yang tidak pernah normal, maka beberapa gen
telah diidentifikasi sebagai gen yang meningkatkan terjadinya obesitas dan NIDDM.
Diantara beberapa faktor tersebut, kelainan genetik pada protein yang memisahkan
rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Oleh karena itu, jika faktor
disposisi genetiknya kuat maka resiko mengalami NIDDM dapat terjadi pada usia muda
(Silbernagl dan Lang, 2014). Adanya penurunan sensitivitas terhadap insulin
mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada
metabolisme lemak dan protein tetap dipertahankan dengan baik. Jadi NIDDM lebih
cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai metabolisme lemak.
Defisiensi insulin relatif juga dapat disebabkan oleh autoantibodi terhadap reseptor
insulin atau transmisi intrasel. Tanpa adanya disposisi genetik, diabetes dapat terjadi
pada perjalanan penyakit lain, seperti pankreatitis dengan kerusakan sel beta atau
kerusakan toksik pada sel beta. DM ditingkatkan oleh peningkatan pelepasan hormon
antagonis, diantaranya somatotropin, glukokortikoid, epinefrin, progestogen dan
koriomamotropin, 15 ACTH, hormon tiroid dan glukagon. Infeksi yang cukup berat dapat
meningkatkan pelepasan beberapa hormon yang telah disebutkan diatas sehingga
meningkatkan manifestasi DM. Somatostatinoma dapat menyebabkan diabetes karena
somatostatin yag disekresikan dapat menghabat pelepasan insulin (Silbernagl dan Lang,
2014).
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.
Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi
akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan
namun tidak terjadi pengerusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti
diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2
hanya bersifat relatif dan tidak absolut. Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe
2, sel B menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin
gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel
B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi
insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu
resistensi insulin dan defisiensi insulin. (Restyana, N. F.., 2015)

1.6 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2013 (ADA 2013) :
 Terjadi hiperinsulinemia yang merupakan menurunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati.
 Sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
 Onset DM tipe 2 terjadi perlahan-lahan sehingga gejalanya asimptomatik dan biasanya
terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
1.7 Manifestasi Klinis
Pada penderita diabetes tipe 2, bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa
tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka akan timbul gejala seperti
sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar
gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1000 mg/dL, biasanya terjadi akibat
stres, misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami
dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang, dan
suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik- hyperosmolar non- ketotik
(corwin,2000).
1.8 Pemeriksaan Diagnostik

1.9 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi

Dapus

R Tania. 2017. Anatomi Fisiologi Pankreas. http//eprints.umm.ac.id › jiptummpp-gdl-


renitania2-50155-3-babii
Restyana ,N.F. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Majority volume 4 no 5 hal 93

Anda mungkin juga menyukai