Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN MEDIKAL

LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN


METODE PERNAPASAN BUTEYKO PADA PENDERITA DAN
BERESIKO ASMA
Pada Keluarga Tn. A di Desa X RT. RW. Kecamatan
Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan dosen
pembimbing Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB

Oleh
Alfy Meilinda Hapsari
NIM 152310101168

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Asma adalah penyakit paru yang terjadi akibat radang dan penyempitan
saluran nafas. Kata “Asthma” sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“sukar bernapas” (Sundaru, 2007). Asma merupakan gangguan inflamasi kronik
pada saluran pernapasan yang melibatkan sel dan elemennya. Inflamasi kronik
mengakibatkan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama
dimalam hari. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan
tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Menurut Somantri, 2007 Asma
adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik
(kontraksi spasme pada saluran napas).
Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor
biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Batuk yang dialami pada
awalnya susah, tetapi segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita
asma adalah berupa batuk kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif,
kemudian menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang
tersumbat menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi selalu lebih sulit
dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak
dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan. Penggunaan otot aksesori
pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat menyebabkan
penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau ketika beraktivitas
(Brunner & Suddard, 2002).
Masalah penanganan penderita yang tidak adekuat disebabkan oleh keluarga
tidak memahami kondisi penyakit dan pengobatannya karena tidak mendapa
pengetahuan yang cukup tentang penyakit asma. Masalah lingkungan fisik adalah
semakin besarnya polusi yang terjadi lingkungan indoor dan outdoor, serta
perbedaan cara hidup yang kemungkinan ditunjang dari sosioekonomi individu.
Karena lingkungan dalam rumah mampu memberikan kontribusi besar terhadap
faktor pencetus serangan asma, maka perlu adanya perhatian khusus pada
beberapa bagian dalam rumah. Perhatian tersebut ditujukan pada keberadaan
alergen dan polusi udara yang dapat dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan
rumah dan perilaku keluarga. Komponen kondisi lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi serangan asma seperti keberadaan debu, bahan dan desain dari
fasilitas perabotan rumah tangga yang digunakan (karpet, kasur, bantal),
memelihara binatang yang berbulu (seperti anjing, kucing, burung), dan adanya
keluarga yang merokok dalam rumah. Disamping itu agent dan host memiliki
andil seperti: makanan yang disajikan, riwayat keluarga, perubahan cuaca,
jenis kelamin. Asma dapat timbulpada segala umur jadi tidak spesifik pada usia
atau rentan umur, dimana 30% penderita mempunyai gejala pada umur 1 tahun,
sedangkan 80-90% anak yang menderita asma gejala pertamanya muncul sebelum
usia 4-5 tahun. Sebagian besar anak kadang hanya mendapat serangan ringan
sampai sedang yang relatif mudah ditangani. Sebagian kecil mengalami asma
berat yang berlarut-larut, biasanya lebih banyak yang terus menerus dari pada
musiman. Dan anak laki-laki lebih rentan terserang penyakit asma daripada anak
perempuan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa saluran pernapasan anak
laki-laki lebih sempit daripada saluran pernapasan anak perempuan. Sehingga
saluran pernapasan yang sempit meningkatkan munculnya bunyi yang tidak wajar
saat bernapas. Pada usia 20 tahunan, kemungkinan terjadinya asma pada laki-laki
dan perempuan adalah 50:50. Namun pada usia 40 tahun ke atas, perempuan lebih
rentan terkena penyakit asma (GINA, 2006).
Tingkat gejala asma yang dialami oleh penderita dapat diklasifikasikan
menjadi empat jenis antara lain: 1) intermiten merupakan jenis asma yang terjadi
bulanan denan gejala kurang dari satu kali seminggu, tidak menimbulkan gejala di
luar serangan dan biasanya terjadi dalam waktu singkat. 2) Persisten ringan yang
serangannya terjadi mingguan dengan gejala lebih dari satu kali seminggu tetapi
kurang dari satu kali sehari, yang dapat mengganggu aktivitas dan tidur.
3)Persisten sedang dengan gejala yang muncul setiap hari dan membutuhkan
bronkodilator setiap hari. 4) Persisten berat yang terjadi secara kontinyu, gejala
terus menerus, sering kambuh dan aktivitas fisik terbatas (GINA, 2006).
Prevalensi asma dlam berbagai negara di dunia sangat bervariasi,
perbedaanya karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan
rendah dan menenah, sedangkan prevalensinya di negara berpendapat tinggi
relatif konstan. Diperkirakan 300 juta penduduk di seluruh dunia menderita asma
dengan angka kematian sekitar 250.000. Diperkirakan jumlah penderita asma
akan bertambah lebih dari 100 juta pada tahun 2025. Dimana kondisi kerja seperti
adanya paparan asap, gas, dan debu merupakan pemicu penyebab 11% kasus asma
di seluruh dunia. Asma yang didapat (occupational asthma)berkontribusi secara
signifikan terhadap mortalitas dan disabilitas global karena dialami oleh 15%
pasien dewasa (American Academy of Allergi Asthma and Immunologi, 2013).
Asma merupakan penyebab kematian didunia dengan nomor urut lima yaitu
mencapai 17,4%. Tahun 2009 di Amerika Serikat 8,2% (24,6 juta) anak-anak (7,1
juta) menderita asma dibandingkan dengan 7,7% dari orang dewasa (17,5 juta)
(Akinbami et al, 2011). Di Indonesia penyakit asma berasal dari keturunan
sebesar 30% dan 70% disebabkan oleh faktor lainnya. Departemen Kesehatan
memperkirakan penyakit asma termasuk 10 besar penyebab kesakitan dan
kematian di RS dan diperkirakan 10% dari 25 juta penduduk Indonesia menderita
asma. Kejadian pada bayi 10-85% dan lebih tinggi dari orang dewasa (10-45%)
(Oemiati R. Et al, 2010).
Di Jawa Timur sendiri prevalensi asma mencapai 4264/2,62%. Seiring
bertambahnya tahun,kejadian asma yang awalnya mengalami penurunan dari
tahun 2009 ke tahun 2010, namun sekarang mengalami peningkatan tahun 2010
angka kejadian asma 9.835 dan tahun 2011 ada 19.816 (Depkes RI, 2003).
1.2 Perumusan Masalah Mitra
Berdasarkan analisis situasi yang telah dipaparkan dapat dirumuskan dengan
beberapa masalah antara lain:
1. Menurut Depkes RI tahun 2003 prevalensi asma mencapai 4264/2,62%.
Seiring bertambahnya tahun,kejadian asma yang awalnya mengalami
penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010, namun sekarang mengalami
peningkatan tahun 2010 angka kejadian asma 9.835 dan tahun 2011 ada
19.816. Pendidikan kesehatan yang terjadwal menjadi upaya promotif dan
preventif yang dirasa paling baik untuk menanggulangi masalah tingginya
angka kejadian masyarakat yang mengalami asma terlebih dengan tingkat
kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan yang masih
rendah.
2. Untuk itu pemberian penyuluhan kesehatan tentang penyakit asma dan
pada masyarakat sangat tepat dalam rangka upaya promotif dan preventif
untuk menekan angka kejadian penyakit asma.
3. Penyuluhan kesehatan selain mudah dilakukan dengan biaya yang cukup
murah diharapkan mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan tubuhnya dan pentingnya pendeteksian dini terhadap
penyakit asma sehingga terhindar dari komplikasi yang dapat
ditimbulkannya seperti komplikasi asma Pneumomediastinum, atelektasis,
bronkhitis dan sebagainya.
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan melalui penyuluhan
tentang penyakit asma dan bagaimana cara pencegahan asma diharapkan
kelompok sasaran dapat meningkatkan motivasinya untuk dapat melakukan
tindakan preventif.
2.1.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit asma
b. Meningkatkan pengetauan tentang upaya pencegahan penyakit asma
c. Mendeteksi dini penyakit asma kelompok sasaran yang beresiko

2.2 Manfaat
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat membantu program
pemerintah guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagaimana telah
diamahkan dalam UU RI No. 36 Tentang Kesehatan. Dan diharapkan dapat
membantu masyarakat untuk peduli akan kesehatan dan bagaimana cara
perawatan secara mandiri.
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Jenis kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan salah satu upaya para
intelektual di institusi pendidikan Universitas Jember dalam melihat fenomena
yang terjadi di masyarakat, salah satu permasalahannya adalah tingginya penderita
asma baik menurut WHO maupun Depkes RI yang akan berakibat pada kurang
produktifnya serta terganggunya kualitassumber daya manusia. Metode dalam
pengabdian ini menggunakan pendekatan dengan melalui penyuluhan dan
pelayanan pada masyarakat. Kegiatan penyuluhan ini juga memberikan
kesempatan kepada warga untuk bertanya terkait materi yang telah disampaikan.
Tanya jawab dilakukan secara terbuka dalam bentuk diskusi interaktif dengan
warga mengenai materi yang telah disampaikan.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah:
1. Mengadakan penyuluhan tentang penyakit asma dan pencegahannya.
2. Mengadakan tanya jawab/ diskusi secara terbuka setelah selesai
memberikan materi sebagai bentuk evaluasi antara pemberi materi dengan
masyarakat yang mengikuti penyuluhan tentang penyakit asma.
3. Mengadakan pemeriksaan pemeriksaan tekanan darah.
BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Rencana Realisasi Penyelesaian Masalah


Kegiatan pendidikan kesehatan ini dilaksanakan di kediaman keluarga Bapak
A di Desa... Kabupaten Jember pada tanggal November 2017. Pemateri
penyuluhan adalah dari pihak mahasiswa PSIK Universitas Jember yang bernama
Alfy Meilinda Hapsari NIM 152310101168 memberikan materi tentang penyakit
asma, penatalaksanaan dan pencegahannya, serta melakukan pemeriksaan gratis
untuk tekanan darah.

4.2 Khalayak Sasaran


Keluarga Bapak. A tidak memiliki riwayat penyakit asma, namun karena
Bapak. A merokok maka diharapkan dapat megubah pola hidupnya agar lebih
sehat dan terhindar dari penyakit asma. Selain itu karena Bapak. A sering ikut
perkumpulan pemuda desa seperti karang taruna dapat menyebarluaskan
informasi yang diperoleh dari pendidikan kesehatan kepada komunitasnya.
Diharapkan dapat menjadi upaya preventif dan promotif pencegahan asma yang
lebih luas.

4.3 Metode Yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah sebagai
berikut:
1. Diskusi atau tanya jawab
2. Pemeriksaan Kesehatan (test tekanan darah)
4.4 Anggaran dan Sumber Dana
-
4.5 Organisasi Pelaksanaan
Pelaksana: Alfy Meilinda Hapsari (152310101168)
DAFTAR PUSTAKA

Akhtar P., Yardi S., Akhtar M. 2013. Effects of Yoga on Functional Capacity and
Well Being. International Journal of Yoga, Vol.6, 76-79 [Serial Online]
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23439856 . Diunduh pada tanggal 21
September 2017

GINA (Global Initiative for Asthma). 2006. Pocket Guide for Asthma
management and Prevension In Children. [SerialOnline]
www.Ginaasthma.org.2006 Diunduh pada tanggal 25 Oktober 2017

Oemiati R, et al. 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit asma di


Indonesia. [Serial Online]
file:///C:/Users/hp/Downloads/2845-1900-1-PB(1).pdf Diunduh pada tanggal
25 Oktober 2017

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Asma Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai