Anda di halaman 1dari 6

Peningkatan Prevalensi Penyakit Tifoid Bekaitan Dengan Faktor Lingkungan

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta
kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus.
Insiden di Indonesia rata-rata 900.000 kasus/tahun dengan angka kematian > 20.000 dan
77% kasus terjadi pada umur 3-19 tahun. Menurut data Hasil Riset Dasar Kesehatan
(RISKESDAS) tahun 2007, demam tifoid menyebabkan 1,6% kematian penduduk
Indonesia untuk semua umur. Pada tahun 2009 kasus demam tifoid di Indonesia
meningkat menjadi 80.850 dengan angka kematian 1.013 kasus. Demam Tifoid
merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit yang
mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat
menimbulkan wabah. Menurut surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi
kejadian demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada
tahun 1994 terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari
survei berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986
memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu dari 19.596 menjadi
26.606 kasus. Insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait
dengan sanitasi lingkungan, di daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000
penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk.
Perbedaan insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang
belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Menurut data Bulletin Kewaspadaan Dini dan
Respons Departemen Kesehatan, insiden demam tifod di Bali pada minggu ke 51 pada
tahun 2009 mencapai 47 kasus (proporsi 0,2%).
Demam tifoid merupakan penyakit menular yang bersifat endemik (Rizky Vitria,
2008). Di Negara Indonesia, demam tifoid tercatat dalam undang-undang nomor 06
tahun 1962 tentang wabah, kelompok ini merupakan penyakit yang mudah menular dan
dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Penyakit ini tersebar
secara merata di seluruh Provinsi di Negara Indonesia dan terjadi sepanjang tahun.
Tidak hanya daerah pedesaan, demam tifoid juga terjadi pada daerah perkotaan
(Santoso, dkk, 2005:235).
Menurut Juli Soemirat Slamet (2000, 74) perilaku higiene perseorangan seperti
memelihara kebersihan tangan, kuku, gigi dan mulut, pakaian, rambut, sehingga tidak
ada agent penyakit, merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi kesehatan
individu.
Perilaku individu yang kurang benar, seperti kebiasaan tidak mencuci tangan
sebelum makan, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, kebiasaan mengkonsumsi
makanan produk daging dan sayuran yang tidak matang, mengkonsumsi buah yang
tidak dicuci dengan air, minum air yang tidak direbus, serta menggunakan alat makan
dan minum yang tidak bersih merupakan perilaku berisiko terinfeksi kuman Salmonella
typhi sehingga dapat tertular penyakit demam tifoid. Kuman penyebab penyakit tifoid
seperti yang sudah dibahas sebelumnya yang telah tersebar ke dalam tubuh manusia
akan mempunyai kekuatan yang cukup kuat karena dalam prosesnya di dalam tubuh,
dan bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama dalam air atau kubangan. Kuman ini
mudah menyebar melalui cairan dan termasuk air yang digunakan dalam sehari-hari. Air
yang sudah terkontaminasi kuman tersebut akan sangat berbahaya bila digunakan.
Fenomena yang terjadi di masyarakat, masih banyak warga yang enggan
menerapkan perilaku higiene perseorangan meskipun tingkat pengetahuan dan sikap
mereka tentang kesehatan sudah cukup baik. Hal yang demikianlah yang menyebabkan
jumlah penderita demam tifoid meningkat setiap tahunnya. Meskipun pihak instansi
kesehatan telah melakukan upaya promotif dan penyuluhan tentang pentingnya perilaku
higiene perseorangan serta kesehatan
Solusi Agar Tidak Terjadi Penyakit Tifoid
Tifoid (tipes) atau demam tifoid terjadi karena infeksi bakteri Salmonella typhi.
Penyakit yang banyak terjadi pada anak-anak ini dapat membahayakan nyawa jika tidak
ditangani dengan baik dan secepatnya. Umumnya tifus diobati dengan pemberian
antibiotik. Keputusan pengobatan di rumah atau di rumah sakit bergantung pada tingkat
keparahan yang dialami. Jika tifus didiagnosis pada stadium awal, Anda dapat
menjalani perawatan di rumah dengan pengobatan antiobiotik selama satu hingga dua
pekan. Perawatan di rumah sakit diperlukan jika kasus tifus terlambat terdiagnosis atau
sudah dalam stadium lebih parah.
Apabila hendak bepergian ke tempat-tempat dimana demam tifoid sedang
mewabah, ada baiknya untuk terlebih dahulu melakukan vaksinasi tifoid. Terdapat 2
pilihan vaksin yang tersedia. Yang pertama berupa injeksi dalam satu dosis yang
diberikan sekitar 2 minggu sebelum pergi ke tempat yang berisiko tinggi. Pilihan yang
kedua berbentuk 4 kapsul yang diminum sekali sehari. Berkonsultasilah dengan dokter
mengenai pilihan vaksin yang terbaik bagi Anda. Kedua vaksin tersebut tidak 100
persen efektif mencegah demam tifoid dan diperlukan imunisasi berulang sebab
keefektifan vaksin memudar dari waktu ke waktu. Karena vaksin tidak bisa memberikan
perlindungan sempurna.Berikut merupakan cara pencegahan yang sederhana yang bisa
kita lakukan untuk mencegah penyakit tifoid yaitu:
 Cuci tangan secara berulang kali. Ini adalah cara terbaik untuk menghentikan
penularan bakteri. Cucilah tangan secara menyeluruh dengan air panas dan
sabun, khususnya sebelum makan atau menyiapkan makanan dan setelah
menggunakan toilet. Selalu sediakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol
untuk berjaga-jaga jika air bersih tidak tersedia.
 Jangan minum air yang kelihatan kotor. Air minum yang terkontaminasi
merupakan masalah besar di tempat-tempat mewabahnya tifoid. Untuk itu,
usahakan minum air dalam kemasan atau air minum berkarbonasi. Bersihkan
bagian luar botol atau kaleng sebelum Anda membukanya. Jangan tambahkan es
batu ke dalam minuman karena bisa saja es tersebut terbuat dari air yang
terkontaminasi.
 Hindari buah dan sayuran mentah karena bisa jadi dicuci dengan air yang
terkontaminasi. Terutama hindari memakan buah atau sayur yang tidak bisa
dikupas, misalnya selada.
 Pilih makanan yang dihidangkan panas-panas. Hindari makanan yang disimpan
atau dihidangkan pada suhu ruangan. Makanan yang dikukus panas adalah yang
teraman. Dan jika harus makan di luar, sebisa mungkin hanya makan di rumah
makan yang terjamin kebersihannya.
 Apabila sedang dalam masa pemulihan dari tifoid, langkah-langkah berikut ini
dapat membantu supaya Anda tidak menularkannya kepada orang lain.
 Sering-sering cuci tangan. Langkah penting ini bisa secara efektif mencegah
penularan penyakit ke orang lain. Gunakan air bersih yang mengalir sehingga
kuman aakan langsung mengalir dari tangan dan sabun untuk mencuci tangan
secara menyeluruh selama sekurangnya 30 detik, khususnya sebelum makan dan
setelah menggunakan toilet.
 Bersihkan perlengkapan rumah tangga, termasuk toilet, gagang pintu, gagang
telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari dengan cairan pembersih agar
tehindar dari kuman.
 Pisahkan barang-barang pribadi, misalnya handuk, seprai, dan peralatan makan
yang Anda gunakan. Cucilah benda-benda tersebut dengan air sabun yang panas.
Benda yang sangat kotor bisa direndam dulu dalam disinfektan sebelum dicuci.
Cara Sederhana Menciptakan Air Bersih
Seperti yang kita ketahui bahwa penjual makanan di pinggir jalan jarang sekali
yang memperhatikan kebersihan. Misalnya kebersihan air untuk mencuci piring. Para
pedagang jarang mengganti air bekas cucian yang ditampung di dalam ember, sehingga
air tersebut digunakan secara berkali-kali. Disini banyak sekali pedagang yang kurang
mengerti bagaimana pentingnya air bersih untuk kesehatan manusia. Karena dengan
digunakannya secara terus menerus untuk mencuci piring, sendok, atau gelas maka akan
menyebabkan terserang kuman juga lebih besar. Untuk itu perlu adanya kesadaran diri
dan masyarakat Jember itu sendiri untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan juga
air untuk dikonsumsi sehari-hari dan juga untuk mencuci. Pemerintah setempat
hendaknya turut campur tangan dalam mengatasi hal tersebut agar tidak banyak yang
terserang tifoid yang banyak menyerang mahasiswa sekitar kampus Unej. Dengan cara
sederhana yaitu membuat saluran air melalui pipa-pipa dank ran air pada setiap
pedangang dipinggir jalan agar mereka bisa mencuci piring dengan air yang mengalir.
Sehingga akan mengurangi dampak terjadinya tifoid.
DAFTAR PUSTAKA
Diunduh pada tanggal 22 Mei 2016, pukul 06.48 WIB
https://www.deherba.com/cara-efektif-mencegah-demam-tifoid.html

Diunduh pada tanggal 22 Mei 2016, pukul 15.47 WIB


http://documents.tips/documents/tifoid-demam.html

Diunduh pada tanggal 22 Mei 2016, pukul 16.02 WIB


https://pulauherbal.com/jurnal/1363-bahaya-demam-typhoid.html

Anda mungkin juga menyukai