Anda di halaman 1dari 4

Diabetes Melitus Tipe 2pada Usia Lanjut

NAMA KELOMPOK

1. PUTRI DWI
2. NURZAKIAH
3. HALIMAH TUSYAHDIAH
4. DEVI RAMADHANI
5. ANDRA FIKRI
6. NUZUL FITRA

Abstrak:

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada usialanjut. Hampir
50% pasien diabetes tipe 2 berusia 65 tahun ke atas. Diabetes pada usia lanjutberbeda secara
metabolik dengan diabetes pada kelompok usia lainnya, sehingga diperlukanpendekatan terapi
yang berbeda pada kelompok usia ini. Pada tahun 2008, American DiabetesAssociation(ADA)
dan European Association for the Study of Diabetes(EASD) mengembangkansebuah
rekomendasi tata laksana terbaru untuk diabetes tipe 2. Algoritma dalam konsensustersebut
memberikan gambaran dan panduan bagi dokter dalam manajemen diabetes tipe 2,khususnya
dalam menentukan intervensi yang paling tepat bagi penderita diabetes. Di sampingitu, sindrom
geriatri perlu dipertimbangkan di dalam manajemen diabetes pada usia lanjut.Diabetes juga
memberikan komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Beberapa buktimenyebutkan bahwa
kontrol gula darah optimal dan modifikasi faktor risiko dapat mengurangirisiko terjadinya
komplikasi pada pasien usia lanjut.

pendahuluan

Pada saat ini, jumlah usia lanjut (lansia, berumur >65tahun) di dunia diperkirakan mencapai 450
juta orang (7%dari seluruh penduduk dunia), dan nilai ini diperkirakan akanterus meningkat.
Sekitar 50% lansia mengalami intoleransiglukosa dengan kadar gula darah puasa
normal.1,2Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi Dia-betes Melitus maupun
Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)meningkat seiring dengan pertambahan usia,
menetapsebelum akhirnya menurun. Dari data WHO didapatkanbahwa setelah mencapai usia 30
tahun, kadar glukosa darahakan naik 1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan naiksebesar 5,6-
13 mg%/tahun pada 2 jam setelah makan.1,3Seiring dengan pertambahan usia, lansia
mengalamikemunduran fisik dan mental yang menimbulkan banyakkonsekuensi. Selain itu,
kaum lansia juga mengalami masalahkhusus yang memerlukan perhatian antara lain lebih
rentanterhadap komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskulardari DM dan adanya sindrom
geriatric.

Patogenesis

Seiring dengan proses penuaan, semakin banyak lansiayang berisiko terhadap terjadinya DM,
sehingga sekarangdikenal istilah prediabetes. Prediabetes merupakan kondisitingginya gula
darah puasa (gula darah puasa 100-125mg/dL) atau gangguan toleransi glukosa (kadar gula darah
140-199mg/dL, 2 jam setelah pembebanan 75 g glukosa). Modi-fikasi gaya hidup mencakup
menjaga pola makan yang baik,olah raga dan penurunan berat badan dapat
memperlambatperkembangan prediabetes menjadi DM. Bila kadar gula darahmencapai >200
mg/dL maka pasien ini masuk dalam kelasDiabetes Melitus (DM).1 Gangguan metabolisme
karbohidratpada lansia meliputi tiga hal yaitu resistensi insulin, hilangnyapelepasan insulin fase
pertama sehingga lonjakan awal insu-lin postprandial tidak terjadi pada lansia dengan
DM,peningkatan kadar glukosa postprandial dengan kadar gulaglukosa puasa normal.Di antara
ketiga gangguan tersebut, yang palingberperanan adalah resistensi insulin. Hal ini
ditunjukkandengan kadar insulin plasma yang cukup tinggi pada 2 jamsetelah pembebanan
glukosa 75 gram dengan kadar glukosayang tinggi pula.1,3,4Timbulnya resistensi insulin pada
lansia dapat di-sebabkan oleh 4 faktor1 perubahan komposisi tubuh: massaotot lebih sedikit dan
jaringan lemak lebih banyak, menu-runnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan
jumlahreseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin,perubahan pola makan lebih banyak
makan karbohidrat akibatberkurangnya jumlah gigi sehingga, perubahan neurohor-monal
(terutama insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dandehidroepiandosteron (DHEAS) plasma)
sehingga terjadipenurunan ambilan glukosa akibat menurunnya sensitivitasreseptor insulin dan
aksi insulin. selain gangguan metabolisme glukosa, pada DM jugaterjadi gangguan metabolisme
lipid sehingga dapat terjadipeningkatan berat badan sampai obesitas, dan bahkan dapatpula
terjadi hipertensi. Bila ketiganya terjadi pada seorangpasien, maka pasien tersebut dikatakan
sebagai mengalamisindrom metabolic.

Manifestasi Klinik

Gejala klasik DM seperti poliuria, polidipsi, polifagia,dan penurunan berat badan tidak selalu
tampak pada lansiapenderita DM karena seiring dengan meningkatnya usiaterjadi kenaikan
ambang batas ginjal untuk glukosa sehinggaglukosa baru dikeluarkan melalui urin bila glukosa
darahsudah cukup tinggi. Selain itu, karena mekanisme hausterganggu seiring dengan penuaan,
maka polidipsi pun tidakterjadi, sehingga lansia penderita DM mudah mengalamidehidrasi
hiperosmolar akibat hiperglikemia berat.5-8DM pada lansia umumnya bersifat
asimptomatik,kalaupun ada gejala, seringkali berupa gejala tidak khasseperti kelemahan, letargi,
perubahan tingkah laku, menu-runnya status kognitif atau kemampuan fungsional (antaralain
delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh, daninkontinensia urin). Inilah yang
menyebabkan diagnosis DMpada lansia seringkali agak terlambat.5,6 Bahkan, DM padalansia
seringkali baru terdiagnosis setelah timbul penyakitlain. Berikut ini adalah data M.V. Shestakova
(1999) mengenaimanifestasi klinis pasien lansia sebelum diagnosis DM di tegakkan.

Diagnosis

Pada usia 75 tahun, diperkirakan sekitar 20% lansiamengalami DM, dan kurang lebih
setengahnya tidakmenyadari adanya penyakit ini. Oleh sebab itu, AmericanDiabetes Association
(ADA) menganjurkan penapisan(skrining) DM sebaiknya dilakukan terhadap orang yangberusia
45 tahun ke atas dengan interval 3 tahun sekali. In-terval ini dapat lebih pendek pada pasien
berisiko tinggi(terutama dengan hipertensi dan dislipidemia).

Kriteria Diagnosis DM

1.HbA1C >6,5 %; atau

2.Kadar gula darah puasa >126 mg/dL; atau

3.Kadar gula darah 2 jam pp >200 mg/dL pada tes toleransi glukosaoral yang dilakukan dengan
75 g glukosa standar WHO)
4.Pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemiadengan kadar gula sewaktu
>200 mg/dL.

Ringkasan

Lansia merupakan populasi yang rentan terhadapgangguan metabolisme karbohidrat yang dapat
munculsebagai Diabetes Mellitus (DM), tetapi gejala klinis DM padalansia seringkali bersifat
tidak spesifik. DM pada lansiaseringkali tidak disadari hingga munculnya penyakit lain ataubaru
disadari setelah terjadinya penyakit akut. Oleh sebabitu, upaya diagnosis dini melalui skrining
terhadap DM padalansia perlu dilakukan.

Daftar Pustaka

1.Rochmah W. Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. In: Sudoyo AW,Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, editors. Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. 4 th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD
FKUI;2007.p.1915-18.2.Kane RL, Ouslander JG, Abrass RB, Resnick B. Essentials ofClinical Geriatrics.
6th ed. New York: McGraw Hill; 2009.p.363-70.3.Subramaniam I, Gold JL. Diabetes Mellitus in Elderly. J
IndianAcad Geri. 2005;2:77-81. Available from: http://www.jiag.org/sept/diabetes.pdf4.Chau D, Edelman
SV. Clinical Management of Diabetes in theElderly. Clin Diab. 2001. Available from:
http://clinical.diabetesjournals.org/content/19/4/172.full5.Burduli M. The Adequate Control of Type 2
Diabetes Mellitus inan Elderly Age. 2009. Available from: http://www.gestosis.ge/

Anda mungkin juga menyukai