SKENARIO A BLOK 13
Disusun Oleh :
NIM: 04011382126196
Kelas: Gamma
Kelompok: 7
A. Ketoasidosis Diabetikum
1. Pengertian
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan salah satu kegawatdaruratan pada
diabetes melitus (DM). Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan keadaan
dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
Keadaan tersebut terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut dari diabetes melitus yang
paling sering terjadi akibat dari keadaan diuresis osmotic.
2. Epidemiologi
Terdapat variasi geografis yang cukup besar dalam angka kejadian KAD pada
saat awitan diagnosis DM. Angka kejadiannya sebesar 15-70% di Eropa dan
Amerika Utara dan lebih tinggi lagi di negara sedang berkembang. KAD saat
awitan DM tipe-1 lebih sering ditemukan pada anak yang lebih muda (usia <2
tahun) terutama karena penanganan yang terlambat dan sosial ekonomi rendah
sehingga memiliki akses yang terbatas terhadap pelayanan kesehatan.
Insidens KAD pada anak yang sudah terdiagnosis DM tipe-1 adalah sebesar 1-
10% per pasien tiap tahunnya. Risiko terjadinya KAD pada kelompok ini
meningkat pada anak dengan kontrol metabolik buruk, riwayat KAD sebelumnya,
anak yang tidak menggunakan insulin, gadis remaja atau peripubertal, anak
dengan gangguan makan (eating disorders), sosial ekonomi rendah dan anak
dari keluarga yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Anak keturunan Asia
usia < 5 tahun memiliki risiko 8x lebih tinggi untuk mengalami KAD
dibandingkan anak non-Asia pada usia yang sama.
Berdasarkan penelitian nasional berbasis populasi, mortalitas KAD di
beberapa negara cukup konstan, di Amerika Serikat 0,15%, Kanada 0,18% dan
Inggris 0,31%. Pada tempat-tempat dengan fasilitas yang kurang memadai maka
risiko kematian akibat KAD lebih tinggi. Edema serebri bertanggung jawab
atas 60-90% kematian akibat KAD. Insidens edema serebri di Amerika Serikat
sebesar 0,87%, Inggris 0,68% dan Kanada 0,46%. Mortalitas akibat edema serebri
sebesar 21-24%. Penyebab morbiditas dan mortalitas pada KAD selain edema
serebri adalah hipokalemia, hiperkalemia, hipoglikemia, komplikasi SSP yang
ain, hematoma, trombosis, sepsis, rhabdomiolisis, dan edema paru.
B. Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin.
b. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan
nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk
penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan
asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin
mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur),
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah
raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan
lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-
40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri
pendinginan antara 5-10 menit. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan
meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan
penggunaan glukosa.
c. Edukasi
Edukasi dilakukan dengan tujuan untuk promosi kesehatan, sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan pengelolaan DM secara holistik. Contohnya
meliputi edukasi atau penyuluhan tentang penyakit DM, cara penggunaan obat
antidiabetes, serta diskusi tentang DM.
Analisis Masalah
b. Olahraga
Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari
pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling
tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan
5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olahraga akan
memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam
tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.
c. Edukasi
Contohnya meliputi edukasi atau penyuluhan tentang penyakit DM, cara
penggunaan obat antidiabetes, serta diskusi tentang DM.
- Secara Farmakologi :
1. Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM
Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak
lagi dapat memproduksi insulin.
2. Terapi obat hipoglikemik oral. Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan
untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II. Pemicu sekresi insulin,
golongan Sulfoniluria Golongan sulfonilurea sering disebut insulin
secretagogue. Mekanisme kerja golongan sulfonilurea merangsang sekresi
insulin dari granul sel-sel β Langerhans pancreas.
c. Apa faktor risiko dari Diabetes Melitus?
Terdapat dua pembagian faktor risiko yang dapat memicu kejadian diabetes melitus,
antara lain faktor risiko yang dapat dimodifikasi (di ubah) dan tidak dapat di
modifikasi.
1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain :
- Obesitas atau berat badan lebih dengan IMT ≥23 kg/m2
- Hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg
- Aktivitas fisik kurang, dislipidemia dengan kadar HDL250 mg/dL,
- Mengonsumsi makanan yang tidak sehat, mengandung tinggi glukosa dan
rendah serat
Bambang Tridjaya AAP., etc. all. 2015. Konsensus Nasioanl Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tipe 1. Text book
Widiasari, Kadek Resa., etc all. 2021. Diabetes melitus tipe 1: faktor risiko, diagnosis,
dan Tatalaksana. Ganesha Medicina Journal
Tjokroprawiro, Askandar., etcl all. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Text book