Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN BELAJAR MANDIRI

SKENARIO A BLOK 13

Disusun Oleh :

Nama: Vanessa Stepania

NIM: 04011382126196
Kelas: Gamma
Kelompok: 7

Tutor: dr. Emma Novita, M. Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRWIJAYA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


Learning Issue

A. Ketoasidosis Diabetikum
1. Pengertian
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan salah satu kegawatdaruratan pada
diabetes melitus (DM). Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan keadaan
dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
Keadaan tersebut terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut dari diabetes melitus yang
paling sering terjadi akibat dari keadaan diuresis osmotic.

2. Epidemiologi
Terdapat variasi geografis yang cukup besar dalam angka kejadian KAD pada
saat awitan diagnosis DM. Angka kejadiannya sebesar 15-70% di Eropa dan
Amerika Utara dan lebih tinggi lagi di negara sedang berkembang. KAD saat
awitan DM tipe-1 lebih sering ditemukan pada anak yang lebih muda (usia <2
tahun) terutama karena penanganan yang terlambat dan sosial ekonomi rendah
sehingga memiliki akses yang terbatas terhadap pelayanan kesehatan.
Insidens KAD pada anak yang sudah terdiagnosis DM tipe-1 adalah sebesar 1-
10% per pasien tiap tahunnya. Risiko terjadinya KAD pada kelompok ini
meningkat pada anak dengan kontrol metabolik buruk, riwayat KAD sebelumnya,
anak yang tidak menggunakan insulin, gadis remaja atau peripubertal, anak
dengan gangguan makan (eating disorders), sosial ekonomi rendah dan anak
dari keluarga yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Anak keturunan Asia
usia < 5 tahun memiliki risiko 8x lebih tinggi untuk mengalami KAD
dibandingkan anak non-Asia pada usia yang sama.
Berdasarkan penelitian nasional berbasis populasi, mortalitas KAD di
beberapa negara cukup konstan, di Amerika Serikat 0,15%, Kanada 0,18% dan
Inggris 0,31%. Pada tempat-tempat dengan fasilitas yang kurang memadai maka
risiko kematian akibat KAD lebih tinggi. Edema serebri bertanggung jawab
atas 60-90% kematian akibat KAD. Insidens edema serebri di Amerika Serikat
sebesar 0,87%, Inggris 0,68% dan Kanada 0,46%. Mortalitas akibat edema serebri
sebesar 21-24%. Penyebab morbiditas dan mortalitas pada KAD selain edema
serebri adalah hipokalemia, hiperkalemia, hipoglikemia, komplikasi SSP yang
ain, hematoma, trombosis, sepsis, rhabdomiolisis, dan edema paru.

B. Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin.

2. Tatalaksana Non Farmakologi


a. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan
gizi baik sebagai berikut:
- Karbohidrat : 60-70%
- Protein : 10-15%
- Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut
dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi
insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam
salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat
mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter
status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan
3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.
Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya
diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi
300 mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati,
yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam
lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam
(terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung
lemak.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan
paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat
penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga
dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM
tanpa risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber
serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan
mineral.

b. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan
nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk
penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan
asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin
mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur),
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah
raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan
lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-
40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri
pendinginan antara 5-10 menit. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan
meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan
penggunaan glukosa.

c. Edukasi
Edukasi dilakukan dengan tujuan untuk promosi kesehatan, sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan pengelolaan DM secara holistik. Contohnya
meliputi edukasi atau penyuluhan tentang penyakit DM, cara penggunaan obat
antidiabetes, serta diskusi tentang DM.
Analisis Masalah

a. Apa saja tujuan dari penatalaksanaan KAD?


- Untuk memperbaiki perfusi jaringan dan mengeliminasi benda keton dengan
pemberian cairan
- Untuk mencegah komplikasi
- Untuk mengatasi gangguan elektrolit
- Untuk memutus mata rantai katabolisme
- Dan untuk meningkatkan penggunaan glukosa perifer dengar pemberian insulin

b. Bagaimana tatalaksana DM?


Tatalaksana DM dapat berupa Non farmakologi dan Farmakologi
- Secara non Farmakologi:
a. Melalui Diet
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik
sebagai berikut:
- Karbohidrat : 60-70%
- Protein : 10-15%
- Lemak : 20-25%

b. Olahraga
Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari
pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling
tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan
5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olahraga akan
memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam
tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

c. Edukasi
Contohnya meliputi edukasi atau penyuluhan tentang penyakit DM, cara
penggunaan obat antidiabetes, serta diskusi tentang DM.

- Secara Farmakologi :
1. Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM
Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak
lagi dapat memproduksi insulin.
2. Terapi obat hipoglikemik oral. Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan
untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II. Pemicu sekresi insulin,
golongan Sulfoniluria Golongan sulfonilurea sering disebut insulin
secretagogue. Mekanisme kerja golongan sulfonilurea merangsang sekresi
insulin dari granul sel-sel β Langerhans pancreas.
c. Apa faktor risiko dari Diabetes Melitus?
Terdapat dua pembagian faktor risiko yang dapat memicu kejadian diabetes melitus,
antara lain faktor risiko yang dapat dimodifikasi (di ubah) dan tidak dapat di
modifikasi.
1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain :
- Obesitas atau berat badan lebih dengan IMT ≥23 kg/m2
- Hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg
- Aktivitas fisik kurang, dislipidemia dengan kadar HDL250 mg/dL,
- Mengonsumsi makanan yang tidak sehat, mengandung tinggi glukosa dan
rendah serat

Sedangkan beberapa faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, seperti


- Usia
- Jenis kelamin
- Riwayat keluarga menderita diabetes melitus
- Ras dan etnis
- Pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4 kg atau
memiliki riwayat menderita diabetes melitus gestasional
- Riwayat lahir dengan berat badan rendah kurang dari 2500 gram
Daftar Pustaka

Bambang Tridjaya AAP., etc. all. 2015. Konsensus Nasioanl Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tipe 1. Text book
Widiasari, Kadek Resa., etc all. 2021. Diabetes melitus tipe 1: faktor risiko, diagnosis,
dan Tatalaksana. Ganesha Medicina Journal
Tjokroprawiro, Askandar., etcl all. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Text book

Anda mungkin juga menyukai