Anda di halaman 1dari 37

Diet Pada Pasien Diabetes Melitus (Revisi)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengonsumsi bahan makanan serat terutama sayur dan buah serta beberapa jenis serat
lain seperti havermouth juga baik bagi penderita kolesterol tinggi. Untuk menurunkan
kolesterol, bisa mengkonsumsi vitamin E, vitamin C, dan berbagai zat lain seperti niasin dan
lesitin yang terkandung dalam beras, kedelai, gandum, kacang kedelai, dan bawang putih.
Untuk penderita penyakit diabetes mellitus pada prinsipnya harus melakukan
pengaturan makan dengan mengurangi karbohidrat kompleks. Makanan pokok yang banyak
mengandung serat seperti ubi sangat dianjurkan dibandingkan dengan nasi dan kentang.
Diet bagi penderita diabetes harus dikonsultasikan dengan dokter untuk mengatur
jumlah, jadwal, dan jenisnya. Jumlah kalori mesti pas sesuai kebutuhan, tak lebih atau
kurang. Jadwal harus dibuat tiga kali makan utama dan tiga kali makan antara dalam selang
waktu tiga jam. Penderita harus membatasi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi
kolesterol. Makanan yang dianjurkan adalah sayur dan buah yang kurang manis, seperti apel,
pepaya, tomat, kedondong, salak, dan pisang.
Dalam buku Kiat Mengatasi Penyakit yang ditulis Elvina Karyadi disebutkan, bawang
merah, bawang putih, dan buncis baik dikonsumsi penderita diabetes karena berefek
menurunkan lemak dan kadar glukosa darah.
Penyakit lain yang bisa dikurangi efeknya dengan mengatur pola makan adalah
hipertensi dan asam urat. Untuk penderita hipertensi, selain mengatur asupan kalori yang
seimbang, juga harus dibatasi makanan yang mengandung banyak lemak dan kolesterol.
Asupan garam (natrium klorida) juga mesti dikurangi.
Masalahnya, banyak makanan yang tanpa disadari mengandung banyak garam, mulai
dari camilan seperti biskuit dan mi instan sampai makanan diawetkan semisal ikan asin, serta
bumbu seperti kecap, terasi, dan taoco. Untuk mengurangi tekanan darah, dapat dengan
meningkatkan asupan kalium berbentuk suplemen atau lewat sayur yang mengandung banyak
mineral, seperti seledri, kol, jamur, dan kacang-kacangan.
Untuk penderita asam urat, terdapat sederetan makanan mengandung purin yang harus
dihindari, seperti jeroan, kacang-kacangan, dan makanan laut. Penderita asam urat sebaiknya
mengonsumsi makanan berkarbohidrat seperti nasi, terigu, roti, dan singkong. Namun,
karbohidrat sederhana seperti gula dan permen sebaiknya dihindari.
Beberapa penyakit, seperti diabetes mellitus dan asam urat, tak bisa disembuhkan secara
total. Namun, dengan pengaturan pola makan yang baik, perkembangan penyakit bisa
dihambat agar tak bertambah parah. Pengaturan pola makan ditambah dengan olahraga dan
istirahat cukup diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.Pengaturan makan
yang tepat sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian diabetes melitus atau kencing
manis yang secara medis didefinisikan sebagai kumpulan gejala terkait metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak akibat kekurangan atau gangguan fungsi insulin. Pengobatan
dengan perencanaan makanan diit/terapi nutrisi medik masih merupakan pengobatan utama,
tetapi bila hal ini dilaksanakan bersama dengan latihan jasmani/kegiatan fisik dan ternyata
gagal maka diperlukan penambahan obat oral atau insulin. Untuk itu dalam merencanakan
makan bagi penderita diabetes harus dibicarakan bersama antar dokter, ahli gizi, penderita
dan keluarganya. Dengan demikian dalam membuat aturan makan tersebut harus disesuaikan
dengan kondisi penderita diabetes secaa individual.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa mengenai makanan seimbang yang dapat diberikan
pada pasien dengan diabetes.
2. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana mengendalikan diabetesdengan
pengaturan pola makan.
3. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana memberikan perawatan diitetik bagi
penderita penyakit diabetes melitus.





C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui makanan seimbang yang dapat diberikan pada pasien dengan
diabetes.
2. Mahasiswa dapat memahami bagaimana mengendalikan diabetes dengan pengaturan pola
makan.
3. Mahasiswa dapat mengerti bagaimana memberikan perawatan diitetik bagi penderita
penyakit diabetes melitus.

D. Identifikasi Masalah
1. Makanan Seimbang.
2. Mengendalikan diabetes dengan pengaturan pola makan.
3. Perawatan diitetik bagi penderita penyakit diabetes melitus.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah
melebihi normal. Insulin yang dihasilkan koleh kelenjar pankreas sangat penting untuk
menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal (non diabetes) waktu
puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi
gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa
darah cenderung naik. Gejala bagi penderita Diabetes Mellitus adalah dengan keluhan banyak
minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas
serta penurunan berat
badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa 126 mg/dL dan
kadar gula darah sewaktu 200 mg/dL (Badawi, 2009).
Penyebab Diabetes Mellitus
Orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus adalah :
Usia Diatas 45 Tahun.
Pada orang-orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun, hal ini diakibatkan
aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi berkurang dan sensitifitas sel-
sel jaringan menurun sehingga tidak menerima insulin.
Obesitas Atau Kegemukan.
Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga dapat memicu
munculnya Diabetes Mellitus.
Pola Makan
Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan.
Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab Diabetes
Mellitus, misalnya makanan gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim.


Riwayat Diabetes Mellitus Pada Keluarga
Sekitar 15-20 % penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus) mempunyai
riwayat keluarga Diabetes Mellitus, sedangkan IDDM (Insulin Dependen Diabetes Mellitus)
sebanyak 57 % berasal dari keluarga DiabetesMellitus.
Kurangnya Berolahraga Atau Beraktivitas
Olahraga dapat dilakukan 3-5 kali seminggu, kurang berolahraga dapat menurunkan
sensitifitas sel terhadap insulin dapat menurun sehingga dapat mengakibatkan penumpukan
lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan Diabetes Mellitus (Waspadji, 2002).

Tipe Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus Tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
Penyebab utama Diabetes Mellitus Tipe I adalah terjadinya kekurangan hormon insulin pada
proses penyerapan makanan. Fungsi utama hormon insulin dalam menurunkan kadar glukosa
secara alami dengan cara :
Meningkatkan jumlah gula yang disipan didalam hati.
Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula.
Mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula.
Jika insulin berkurang, kadar gula didalam darah akan meningkat. Gula dalam darah berasal
dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula disimpan dan sebagian
lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormone insulin sebagai stabilizer alami
terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika terjadi gangguan sekresi (produksi) hormone
insulin ataupun terjadi gangguan pada proses penyerapan hormone insulin pada sel-sel darah
maka potensi terjadinya Diabetes Mellitus sangat besar sekali.

b. Diabetes Mellitus Tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Jika pada Diabetes Mellitus Tipe I penyebab utamanya adalah dari malfungsi kelenjar
pankreas, maka pada Diabetes Mellitus Tipe II, gangguan utama justru terjadi pada volume
reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah. Dalam kondisi ini produktivitas
hormone insulin bekerja dengan baik, namun tidak terdukung oleh kuantitas volume reseptor
yang cukup pada sel
darah, keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin. Dibawah ini terdapat beberapa fakor-
faktor yang memiliki peranan penting terjadinya hal tersebut :
Obesitas.
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat.
Kurang gerak badan (olahraga).
Faktor keturunan.
Diabetes Mellitus tidak menakutkan bila diketahui lebih awal. Gejala-gejala yang timbul
sangat tidak bijaksana untuk dibiarkan, karena justru akan menjerumuskan kedalam
komplikasi yang lebih fatal. Jika berlangsung menahun kondisi penderita Diabetes Mellitus
berpeluang besar menjadi ketoasidosis ataupun hipoglikemia (Soegondo, 2004).

Patofisiologi Diabetes Mellitus
Pengelolaan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian kelambung dan selanjutnya
ke usus. Didalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar makanan
karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.
Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah
dan diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ dalam tubuh sebagai
bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu
kedalam sel supaya dapat diolah yang akhirnya adalah timbulnya energi yang disebut dengan
proses metabolisme. Dalam proses metabolism itu insulin memegang peran yang sangat
penting yaitu bertugas memasukkan glukosa kedalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan
sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta
dipankreas.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, kemudian didalam sel glukosa itu
dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat masuk kedalam
dengan akibat glukosa akan tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya
didalam meneingkat. Dalam keadaan seperti itu badan akan menjadi lemah tidak ada sumber
energi didalam sel. Pada keadaan tadi jumlah kuncinya yang kurang, meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa
yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangn bahan bakar (glukosa) dan glukosa
didalam pembuluh darah meningkat (Waspadji, 2002).

B. Makanan Seimbang
Makanan seimbang merupakan makanan yang harus dimakan untuk memastikan tubuh
badan seseorang berfungsi dengan normal. Makanan seimbang seharusnya memberikan kita
tenaga. makanan yang mencukupi, karbohidrat, protein dan lemak secara optimum,
kandungan fiber yang mencukupi dan kandungan bahan galian, vitamin dan asid
lemak.Makanan yang memberi tenaga dapat membina badan, dan dapat menjauhi kita
daripada mendapat penyakit. Amalan pemakanan sihat adalah satu faktor yang penting ke
arah kesihatan sekeluarga dan seharusnya dipupuk dari rumah. Selain daripada menyelerakan
dan mampu dibeli, makanan yang dikongsi bersama sekeluarga mestilah berkhasiat dan sihat.
Makanan seimbang seharusnya memberi :
1. Tenaga makanan yang mencukupi.
2. Karbohidrat, protein dan lemak secara optimum.
3. Kandungan fiber yang mencukup.
4. Kandungan bahan galian, vitamin dan asid lemak.
Makanan ini terdiri dari tiga kumpulan iaitu makanan yang memberi tenaga, menjauhi
dari penyakit dan membina sel-sel dan tisu tubuh.
1. Makanan yang memberi tenaga
Di Indonesia tenaga 50-60% penduduk didapati dari pada nasi. Namun begitu makanan
lain yang menghasilkan tenaga termasuk semua jenis bijirin seperti jagung, gandum, beras,
bali, ubi keledek, keladi, ubi kayu, kentang dan lain-lain. Makanan lain yang menghasilkan
tenaga adalah makanan yang mengandungi gula seperti gula pasir, sirap, jem dan madu.


2. Makanan membina badan
Protein adalah makanan membina badan. Protein membina sel-sel atau jeringan tisu
dalam badan kita. Punca protein adalah daripada ikan, ketam, kepah, sotong, ayam, itik, dan
lembu. Kekurangan sumber protein boleh membantutkan pertumbuhan seseorang termasuk
pembentukan otot. Kekurangan protein juga mempengaruhi pembentukan darah dan ini
menyebabkan badan menjadi lesu.
3. Makanan menjauhi penyakit
Makanan jenis ini merupakan makanan yang membekalkan tubuh dengan bahan-bahan
yang mengekalkan semua perjalanan organ di dalamnya. Ia mencegah tubuh daripada
menghidap penyakit. Makanan jenis ini meliputi sayur-sayuran dan buah-buahan. Pengaturan
makan yang tepa tsangat penting dalam pencegahan dan pengendalian diabetes melitus atau
kencing manis yang secara medis didefinisikan sebagai kumpulan gejala terkai metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak akibat kekurangan atau gangguan fungsi insulin.
C. Mengendalikan Diet Pada Pasien Diabetes Dengan Pengaturan Pola
Makan
Yang perlu diperhatikan dalam proses diet adalah:
Makan secara teratur sesuai porsi natau jadwal makan yang sudah di tentukan oleh dokter atau
ahli gizi.
Kurangi makanan sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, ketan, ubi, roti dan lain lain.
Hindari mengkonsumsi gula murni seperti gula, permen, coklat, sirop, kue yang manis serta
buah yang dikalengkan.
Makanlah banyak sayur sayuran dan buah buahan.



D. Perawatan Diet Bagi Penderita Penyakit Diabetes Melitus
1. Dasar-dasar Perawatan Dietik bagi Penderita Diabetes Melitus
Tujuanperawatan diet bagi penderita penyakit diabetes melitus adalah:
Mencegah terjadinya hiperglikemia postprandial yang berlebihan.
Mencegah terjadinya hipoglikemia apabila penderita memakai obat insulin
Memelihara agar tidak terjadi kelebihan berat badan
Menjaga agar kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah penderita tetap pada batas yang
normal
Mencegah kerusakan pada pembuluh darah
Agar diet lebih bervariasi, penderita dianjurkan menggunakan bahan makanan penukar
yang dapat dipilih dari Daftar Bahan Makanan Penukar yang khusus dibuat bagi penderita
diabetes melitus. Dengan menggunakan daftar itu, penderita dapat memilih bahan makanan
yang akan digunakan dalam dietnya asal kandungan hidrat arangnya tidak berbeda. Jadi jika
penderita ingin mengganti nasi dengan roti misalnya maka jumlah roti yang kandungan hidrat
arangnya setara dengan 100 gram beras adalah 80 gram roti. Demikian pula halnya dengan
bahan makanan yang lain sehingga praktis semua bahan makanan boleh dimakan oleh
penderita diabetes melitus, asalkan dalam jumlah yang ekivalen dengan kandungan hidrat
arang dari bahan makanan yang ditukar.Apa pun pendekatan yang digunakan dalam
perawatan penderita diabetes melitus, pengaturan diet bagi penderita tetap menjadi bagian
paling penting dalam upaya perawatan secara keseluruhan.
Dengan pembatasan-pembatasan dalam diet yang harus diikutinya, penderita harus
dapat memenuhi kebutuhan tubuhnya akan berbagai zat gizi yang lain seperti mineral,
vitamin, dan sebagainya.
Disamping itu pengaturan makanan penting oleh penderita, baik waktu waktu penderita
menggunakan insulin ataupun tidak. Ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh penderita
diabetes harus diterjemahkan menjadi petunjuk praktis yang dapat digunakan sebagai
pedoman penderita dalam mengatur makanannya sehari-hari. Penderita, disamping harus
memperoleh kecukupan zat gizi sesuai dengan kebutuhannya, harus mampu memelihara
kandungan glukosa darahnya pada tingkat normal selama 24 jam.
2. Beberapa Ketentuan Khusus dalam Deit Penderita Diabetes Melitus
Diet yang dianjurkan untuk penderita diabetes tipe I sebagai berikut :
Karbohidrat 50% - 60% dari total kalori (terutama karbohidrat kompleks dan serat yang
dapat larut).
Lemak 25% atau kurang dari total kalori (kurang konsumsi lemak jenuh).
Protein 10% - 20% dari total kalori.
Batasi konsumsi alkohol.
Dianjurkan untuk menggunakan pemanis alternatif seperti sorbitol dan aspartam.
Tips untuk Penderita Diabetes Mellitus Untuk Penderita Diabetes Tipe I
Makanan lengkap dan snack untuk mencegah fluktuasi gula darah
Komposisi pati, protein, dan lemak yang berimbang pada setiap kali makan.
Konsumsi makanan yang banyak mengandung serat.
Untuk Penderita Diabetes Tipe II
Konsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat untuk mempertahankan berat badan
normal.
Makanan yang harus dikurangi :
Produk makanan dengan kandungan gula murni tinggi.
Lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol.
Makanan dengan kandungan garam tinggi untuk mencegah naiknya tekanan darah.

E. Penatalaksanaan Pola Makan Pada Pederita DM
Pola makan adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang tidak
mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan
(Ramadhan, 2008). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu
sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian pola makan dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola makan
adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud
tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang
berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya (Depdiknas, 2001).
Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan Diabetes Mellitus, namun
penderita Diabetes Mellitus sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang
dapat merugikan penderita tersebut seperti penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan
mereka, sebenarnya anjuran makan pada penderita Diabetes Mellitus sama dengan anjuran
makan sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
masing-masing penderita Diabetes Mellitus (Badawi, 2009). Pengaturan diet pada penderita
Diabetes Melitus merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan Diabetes Mellitus
yaitu mencakup pengaturan dalam :
Jumlah Makanan
Syarat kebutuhan kalori untuk penderita Diabetes Mellitus harus sesuai untuk mencapai
kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi energy adalah
60-70 % dari karbohidrat, 10-15 % dari protein, 20-25 % dari lemak. Makanlah aneka ragam
makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang
bersumber dari nasi serta penggantinya seperti : roti, mie, kentang, dan lainlain.
Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral.
Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam,
daging, susu, keju, dan lain-lain.
Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan sumber zat
pengatur antara lain : sayuran dan buah-buahan.
Ada beberapa jenis diet dan jumlah kalori untuk penderita Diabetes Mellitus menurut
kandungan energi, karbohidrat, protein dan lemak :

Tabel 1. Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi,Karbohidrat, Protein
dan Lemak
Jenis Diet Energi (Kkal) Karbohidrat
(gr)
Protein (g) Lemak (g)
I 1100 172 43 30
II 1300 192 45 35
III 1500 237 51,5 36,5
IV 1700 275 55,5 36,5
V 1900 299 60 48
VI 2100 319 62 53
VII 2300 369 73 59
VIII 2500 396 80 62
Sumber : Almatsier, 2006
Keterangan :
Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.
Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi.
Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenile diabetes) atau
diabetes dengan komplikasi.

Jenis Bahan Makanan
Banyak yang beranggapan bahwa penderita Diabetes Mellitus harus makan makanan
khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar
glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita Diabetes
Mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang
dianjurkan untuk penderita Diabetes Mellitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-
mayur dan buah-buahan segar. Yang
terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar
gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan makanan
yang memperparah penyakit Diabetes Mellitus.



BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk penderita penyakit diabetes mellitus pada prinsipnya harus melakukan
pengaturan makan dengan mengurangi karbohidrat kompleks. Makanan pokok yang banyak
mengandung serat seperti ubi sangat dianjurkan dibandingkan dengan nasi dan kentang. Diet
bagi penderita diabetes harus dikonsultasikan dengan dokter untuk mengatur jumlah, jadwal,
dan jenisnya. Jumlah kalori mesti pas sesuai kebutuhan, tak lebih atau kurang. Jadwal harus
dibuat tiga kali makan utama dan tiga kali makan antara dalam selang waktu tiga jam.
Penderita harus membatasi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi kolesterol.
Makanan yang dianjurkan adalah sayur dan buah yang kurang manis, seperti apel, pepaya,
tomat, kedondong, salak, dan pisang.
Tujuanperawatan diet bagi penderita penyakit diabetes melitus adalah:
Mencegah terjadinya hiperglikemia postprandial yang berlebihan.
Mencegah terjadinya hipoglikemia apabila penderita memakai obat insulin
Memelihara agar tidak terjadi kelebihan berat badan
Menjaga agar kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah penderita tetap pada batas yang
normal
Mencegah kerusakan pada pembuluh darah.
Pola makan adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang tidak
mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan
(Ramadhan, 2008). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu
sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Pengaturan makan merupakan pilar
utama dalam pengelolaan Diabetes Mellitus, namun penderita Diabetes Mellitus sering
memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut
seperti penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka, sebenarnya anjuran makan
pada penderita Diabetes Mellitus sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan
menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing penderita Diabetes
Mellitus (Badawi, 2009).
Tips untuk Penderita Diabetes Mellitus Untuk Penderita Diabetes Tipe I
Makanan lengkap dan snack untuk mencegah fluktuasi gula darah
Komposisi pati, protein, dan lemak yang berimbang pada setiap kali makan.
Konsumsi makanan yang banyak mengandung serat.
Untuk Penderita Diabetes Tipe II
Konsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat untuk mempertahankan berat badan
normal.
Makanan yang harus dikurangi :
Produk makanan dengan kandungan gula murni tinggi.
Lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol.
Makanan dengan kandungan garam tinggi untuk mencegah naiknya tekanan darah.

B. SARAN
Pengaturan pola makan pada penderita Diabetes Melitus sangatlah penting dan
membutuhkan kesabaran baik dari penderita DM sendiri, maupun dari perawat itu sendiri.
Setelah membaca dan mediskusikan makala ini diharapkan kelak mahasiswa sebagai calon
perawat dapat mengaplikasikan dalam profesinya, agar seluruh konsep dan pembahasan dari
makalah dapat bejalan sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.http://mypotik.blogspot.com/2010/05/mengendalikan-diabetes-dengan.html.diakses
tanggal 06/04-2011
2. Almatsier.S. Penuntun Diet. .2005.Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
3. Arcole MargatanCatur laksana Diabetes Melitus.Dalam :Yang Manis Jangan pipis.
2006.Penerbit CV.Aneka.Solo.
4. Hiswandi.Peranan Gizi Dan Diabetes Melitus.2002.Universitas Sumatera Utara.Medan

Read more: http://yayannerz.blogspot.com/2011/04/diet-pada-diabetes-
melitus.html#ixzz1UubV7Qgq




















Kebutuhan Kolesterol Oleh Tubuh
Posted on March 2, 2011 by Artikel Kedokteran
Kolesterol dibutuhkan oleh manusia. Kolesterol berfungsi sangat penting, yaitu membungkus
serabut saraf dan memelihara dinding sel. Kolesterol adalah salah satu bahan untuk
menghasilkan vitamin D, hormon, dan enzim pencernaan. Itu jika dalam kadar normal. Jika
berlebihan, kolesterol akan menimbulkan penyakit. Kolesterol akan menumpuk di dinding
pembuluh darah. Makin lama muncul plak yang bertambah tebal, dan hal ini bisa menyumbat
pembuluh darah. Penyumbatan bisa terjadi pada semua pembuluh darah, tidak terkecuali
pembuluh darah jantung dan otak.

Ada dua jenis kolesterol, yaitu low density lipoprotein (LDL). Orang menyebutnya sebagai
kolesterol jahat. Normalnya, di bawah 130 mg/dl darah. Jenis kedua high density lipoprotein
cholesterol (HDL), dikenal sebagai kolesterol baik. Takaran normal di atas 45 mg/dl. Tetapi,
pada penelitian terbaru dalam Jurnal American Academy of Neurology, vol.68, no.8,
February 20, 2007 ditemukan bahwa HOL-C yang tinggi dalam darah merupakan faktor
risiko terkenanya stroke iskemik pada wanita dengan umur kurang dari 55 tahun. Ada satu
jenis lagi yang dimasukkan dalam pengukuran kolesterol, yaitu trigeliserida.
Trigliserida normalnya 200 mg/dl. Selain ketiga unsur tadi, pasien biasanya juga dianjurkan
dokter untuk memerhatikan kolesterol total yang berkadar normal di bawah 200 mg/di darah.
Andai kata LDL, total kolesterol, dan trigliserida di atas normal, peluang terjadinya serangan
stroke terbuka.
Walaupun pasien sudah menjalani terapi stroke dan kolesterolnya sudah berhasil diturunkan
ke posisi normal, bukan tidak mungkin kadar kolesterolnya akan kembali melonjak. Itu bila
makanan dan pola hidup sehat tidak dijaga dengan benar. Ini akan memicu serangan ulang
stroke.
Untuk mencegahnya, pasien harus rutin mengonsumsi obat-obat penurun kadar kolesterol.
Ada beberapa obat yang bisa menurunkan kolesterol, seperti golongan statin. Yang termasuk
dalam golongan ini, misalnya atorvastatin, simvastatin, rosuvastatin, lovastatin, dan lain-lain.
Obat-obat dari golongan statin ini bekerja mengharnbat produksi kolesterol secara endogen di
hati. Yang dimaksud endogen adalah kolesterol yang diperoleh tubuh. Sebanyak 80 persen
kolesterol darah diproduksi tubuh, sedangkan sisanya dari makanan.
Selain itu juga diubah kebiasaan makan. Makanan-makanan yang berlemak, seperti jeroan
sebaiknya dihindari. Berat badan juga perlu dijaga agar tidak terlalu berlebihan. Berat badan
yang normal bisa diukur dari indeks masa tubuh (IMT). Ukurannya: berat badan dibagi tinggi
badan dalam meter kuadrat. Berat badan yang ideal adalah bila indeks masa tubuhnya 18,5
hingga 24,9. Juga harus memerhatikan lingkar pinggang maksimum 80 sentimeter.
Pustaka
Stroke??? Sebaiknya anda tahu sebelum anda tersera Oleh Alfred Sutrisno,
Dr, Sp.BS


ASKEP DIABETES MELLITUS
1. Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demham
tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau
nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (
Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar,
2001).
1. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira kira 15 cm, lebar 5 cm,
mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata rata 60 90 gram. Terbentang
pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan
maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan
bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau
terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari
epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
(1). Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
(2). Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi
insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di
seluruh pankreas dengan berat hanya 1 3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans
berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang
terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100
225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
(1). Sel sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 40 % ; memproduksi glikagon yang manjadi
faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai anti insulin like activity .
(2). Sel sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 80 % , membuat insulin.
(3). Sel sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 15 %, membuat somatostatin.
Masing masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di
bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak
mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda
dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk
insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul
insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai
ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri
dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 7
dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan
protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput
yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik
kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100
mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah,
produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon
gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme
utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke
jaringan terutama sel sel otot, fibroblas dan sel lemak.
1. Etiologi
1. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
2. Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin
akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap
insulin.
1. Gangren Kaki Diabetik
Faktor faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi
endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
4. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng
parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 180
mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya
poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis
dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu
teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu
dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan
enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel /
jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama
yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal
dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor faktor disebutkan dalam
etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga
akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran
darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi
gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di
malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (Levin,1993). Infeksi sering merupakan
komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga
faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
5. Klasifikasi
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti claw,callus .
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis
) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
1. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di
jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi
pembuluh darah kaki teraba baik.
6. Dampak masalah
Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan individu dan
keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi :
1. Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini, Gordon telah
mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui
perubahan tersebut.
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
1. Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah
tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,
banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
1. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien
sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan.
1. Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur
penderita mengalami perubahan.
1. Pola aktivitas dan latihan
Adanya luka gangren dan kelemahan otot otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
1. Pola hubungan dan peran
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri
dari pergaulan.
1. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak
peka terhadap adanya trauma.
1. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan
peran pada keluarga ( self esteem ).
1. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
10. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung dan lain lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak
menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.
1. Dampak pada keluarga
Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
muncul bermacam macam reaksi psikologis dari kelurga, karena masalah kesehatan yang
dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu
perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga
dan perubahan peran pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat
menjalankan perannya.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DM
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik hendaknya
dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia terhadap
masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien
keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan
kontribusi perawat dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese
1. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
1. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka
yang tidak sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
1. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
1. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
1. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita
DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal
hipertensi, jantung.
1. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan
dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
1. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda
tanda vital.
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
1. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu
kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut
dan kuku.
1. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
1. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
1. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
1. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
1. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
1. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam
post prandial > 200 mg/dl.
1. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
1. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.
1. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta sintesa
data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan
berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
1. Kebutuhan dasar atau fisiologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang
masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk
diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula
darah.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
1. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu
ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan
penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas,
diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
1. Diagnosa no. 1
Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah
gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
1. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ),
hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut
dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
1. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek
dari stres.
1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga
perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
1. Diagnosa no. 2
Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu
dalam menentukan tindakan selanjutnya.
1. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan
yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis
dapat menghambat proses granulasi.
1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan
gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula
darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
1. Diagnosa no. 3
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 37,5
0
C, N: 60 80 x
/menit, T : 100 130 mmHg, RR : 18 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
1. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan
tindakan.
1. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
1. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
1. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
1. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC
sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
1. Diagnosa no. 4
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil : 1. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
1. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah
dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
1. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
1. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
1. Diagnosa no. 5
Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
1. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
1. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet ).
1. Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan
sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula
darah dan mencegah komplikasi.
1. Diagnosa no. 6
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula
darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 37,5
0
C )
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu
menentukan tindakan selanjutnya.
1. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama
perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi
kuman.
1. Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
1. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan
terjadi penyebaran infeksi.
1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar
gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.
1. Diagnosa no. 7
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
1. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
1. Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
1. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta
dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam
melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
1. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu
berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.
1. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas
pasien.
1. Diagnosa no. 8
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui
sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
1. Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan
kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
1. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman.
1. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
1. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
1. Diagnosa no. 9
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil : - Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa
malu dan rendah diri.
- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan
keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
1. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
1. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
1. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain
dan menghilangkan perasaan terisolasi.
1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.
1. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
1. Diagnosa no.10
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
1. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur
akan mempengaruhi pola tidur pasien.
1. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan
dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan
pasien.
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi
akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
1. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan
pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi,
dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon
pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan
yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan
di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan
sesuai dengan pernyataan tujuan.
Like this:
Suka
Be the first to like this post.
Filed under: Askep





ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS (KENCING
MANIS)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN
GANGREN
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah
sebagai berikut :
1.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
Kulit sekitar luka teraba hangat.
Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ),
hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut
dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari
stres.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula
darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga
perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
2.Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu
dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan
yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis
dapat menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan
gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula
darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
3.Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 37,5 0C, N: 60 80 x
/menit, T : 100 130 mmHg, RR : 18 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan
tindakan.
3.Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5.Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6.Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC
sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
4.Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
6.Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula
darah.
7.Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
9.Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
10.Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
12 comments - What do you think? Posted by indonesian nurse - April 12, 2008 at 3:07 pm
Categories: askep Tags: askep, DM, kencing manis, keperawatan, klien

Anda mungkin juga menyukai