Anda di halaman 1dari 94

PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN

Kelompok III
KETUA : ROSMIATI(120311816)
ANGGOTA :
1. NURUL FITRAH
2. PRISKILYA MIRU (120171805)
3. RINO AMEL NANARYIAN(tidak aktif)
4. ROSALINA LUTURMAS(120241831)
Diabetes Melitus
(Kencing Manis)
DIABETES MELITUS
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dengan
metabolisme yang tidak teratur. Ketika kita mengonsumsi
karbohidrat (termasuk gula dan pati, dll), bahan-bahan
tersebut dipecah menjadi dekstrosa setelah dicerna dan
menjadi glukosa pada saat diserap oleh usus kecil ke
dalam sistem peredaran darah. Pankreas mengeluarkan
insulin, yang membantu glukosa masuk ke dalam sel
untuk digunakan oleh tubuh.
DIABETES MELITUS
ADA merekomendasikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, tingkat
glukosa puasa normal haruslah berada di level 5.6 mmol/L. Toleransi
glukosa terganggu dikategorikan jika kadar glukosa puasa berada di antara
nilai 5,6 hingga 7 mmol/L. Glukosa Puasa Terganggu (IFG - Impaired Fasting
Glucose) dan Toleransi Glukosa Terganggu (IGT - Impaired Glucose
Tolerance) merupakan kondisi di antara Regulasi Glukosa Normal dan kadar
glukosa diabetes melitus, yaitu status sebelum menderita diabetes melitus.
Studi menunjukkan bahwa pasien yang masuk ke dalam kondisi IGT memiliki
tingkat risiko menderita penyakit jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan orang normal. Menurut standar dari Organisasi Kesehatan Dunia,
jika glukosa puasa* lebih tinggi dari 7 mmol/L atau kadar glukosa dalam
waktu 2 jam setelah makan lebih tinggi dari 11,1 mmol/L, maka orang
tersebut didiagnosis sebagai penderita diabetes melitus. *Puasa
didefinisikan sebagai 8 jam atau lebih tidak mengonsumsi makanan apa pun
RESIKO DIABETES
MELETUS
Jika Anda termasuk ke dalam salah satu dari kategori di
bawah ini, Anda memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi
untuk menderita diabetes melitus:  riwayat diabetes
melitus pada anggota keluarga dekat;
 penderita hipertensi atau hiperlipidemia (kadar lemak
dalam darah yang sangat tinggi);
PENYEBAB DIABETES
MELITUS
 Diabetes Melitus umumnya diklasifikasikan menjadi 4 kategori
dengan penyebab yang berbeda-beda:
 Diabetes Melitus Tipe 1 Disebut sebagai “Diabetes Melitus yang
Tergantung pada Insulin”. Terkait dengan faktor genetik dan
sistem kekebalan tubuh, yang mengakibatkan kerusakan sel-sel
yang memproduksi insulin, sehingga sel tidak mampu untuk
memproduksi insulin yang dibutuhkan oleh tubuh. Kelompok
orang yang paling sering mengidap penyakit ini adalah anak-anak
dan remaja, yang mewakili 3% dari jumlah seluruh pasien yang
ada.
 Obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes
melitus. Dengan demikian, kita bisa menurunkan
risiko diabetes melitus dengan mencegah obesitas.
Beberapa metode pencegahan disarankan di bawah
ini:
  menjaga berat badan ideal. Mereka yang sudah
mengalami kelebihan berat
 badan wajib menetapkan sasaran penurunan berat
badan (5-10% dari berat badan saat ini). o Indeks
Massa Tubuh (IMT/BMI - Body Mass Index) dari orang
Asia adalah 18,5-22,9. o IMT = Berat (kg) ÷ Tinggi (m)
÷ Tinggi (m)
 Pola makan yang seimbang dengan target “Tiga
rendah dan satu tinggi” – yaitu prinsip pola makan
rendah lemak, rendah gula, rendah natrium, dan
tinggi serat.
 Tetap aktif, berolahraga secara teratur dengan
intensitas sedang (dianjurkan untuk berolahraga
setiap hari selama 30 menit atau lebih selama
setidaknya 5 hari seminggu). Karena gejala awal
Diabetes Melitus yang tidak jelas, pemeriksaan
kesehatan yang tepat setiap tahun bisa membantu
mendeteksi penyakit ini sesegera mungkin.
 Diabetes Melitus Tipe 2 Disebut “Diabetes Melitus yang Tidak Tergantung pada Insulin”,
yang mewakili lebih dari 90% kasus diabetes melitus. Terkait dengan faktor pola makan
yang tidak sehat, obesitas, dan kurangnya olahraga. Sel-sel tubuh menjadi resisten
terhadap insulin dan tidak bisa menyerap dan menggunakan dekstrosa dan kelebihan
gula darah yang dihasilkan secara efektif. Jenis diabetes melitus ini memiliki predisposisi
genetik yang lebih tinggi daripada Tipe 1.
 Diabetes Melitus Gestasional: Terutama disebabkan oleh perubahan hormon yang
dihasilkan selama kehamilan dan biasanya berkurang atau menghilang setelah
melahirkan. Studi dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa wanita yang
pernah mengalami diabetes melitus gestasional memiliki Tingkat risiko yang lebih tinggi
untuk mengidap penyakit diabetes melitus tipe II, sehingga wanita tersebut harus lebih
memerhatikan pola makan yang sehat demi mengurangi risiko tersebut
 Jenis lain dari Diabetes Melitus: Ada beberapa penyebab
lain yang berbeda dari ketiga jenis diabetes melitus di atas,
termasuk sekresi insulin yang tidak memadai yang
disebabkan oleh penyakit genetik tertentu, disebabkan
secara tidak langsung oleh penyakit lainnya (misalnya
pankreatitis, yaitu peradangan pada pankreas), yang
diakibatkan oleh obat atau bahan kimia lainnya.
GEJALA DIABETES MELITUS
Beberapa pasien diabetes melitus mungkin mengalami gejala-gejala berikut dalam tahap awal penyakit
ini:
 sering merasa haus
 sering buang air kecil
 sering merasa lapar
 penurunan berat badan
 kelelahan
 penglihatan yang kabur
 tingkat penyembuhan luka yang lambat
 rasa gatal pada kulit, wanita mungkin merasa gatal di daerah vitalnya Beberapa pasien mungkin
tidak mengalami gejala-gejala di atas sama sekali, sehingga pemeriksaan kesehatan secara rutin
dianjurkan untuk menghindari penundaan tindakan medis yang diperlukan.
PENGOBATAN DIABETES MELITUS
Perubahan pola makan Semua pasien harus mengikuti petunjuk perubahan pola
makan yang ditetapkan. Setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda-beda,
pasien harus berkonsultasi kepada ahli gizi terdaftar untuk merancang menu yang
sesuai dengan pengelolaan penyakit dan proses penstabilan glukosa. Prinsip
umumnya adalah sebagai berikut:
 pola makan yang seimbang, teratur, dan dengan jumlah yang sesuai dengan
prinsip “kurangi jumlah makanan dan perbanyak waktu makan” untuk
menstabilkan glukosa.
 makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah yang tepat (termasuk biji-
bijian, sayuran rimpang, buah-buahan, dan produk susu). o Jumlah karbohidrat
haruslah sekitar 50% dari total asupan kalori. Misalnya, sekitar 750 kkal kalori
(setara dengan sekitar 188g karbohidrat, yaitu 18 - 19 porsi pertukaran
karbohidrat) yang akan diproduksi oleh karbohidrat dalam menu 1500 kkal. o
Pertukaran karbohidrat di atas haruslah merata di antara waktu makan utama
dan di waktu camilan, misalnya: 5 porsi untuk sarapan, makan siang, dan makan
malam, serta 1 porsi untuk waktu camilan di antara .
Pasien bisa memilih jumlah biji-bijian, sayuran rimpang, buah-buahan,
dan produk susu yang sesuai dengan “pertukaran karbohidrat”, misalnya: 1
porsi biji-bijian (10g karbohidrat) = sesendok sup penuh beras / 1/5 mangkuk
bihun/mie Shanghai (dimasak) / 1/3 mangkuk bubur Chiuchow / 1/3
mangkuk makaroni/spaghetti (dimasak) / 1/2 iris roti (tanpa pinggiran) / 1/2
mangkuk oat meal gandum (dimasak) (1 mangkuk = mangkuk 300ml ukuran
sedang) 1 porsi sayuran rimpang (10g karbohidrat) = kentang/ubi jalar
seukuran telur / labu/akar teratai seukuran 2 butir telur 1 porsi buah (10g
karbohidrat) = apel/jeruk/jeruk keprok/pir/buah kiwi berukuran kecil / 1/2
apel/jeruk berukuran besar / 10 buah anggur kecil / 1/2 buah pisang 1 porsi
produk susu (12g karbohidrat) = 240ml susu rendah lemak/skim / 4 sendok
sup bubuk susu ski
  Hindari makanan dan minuman yang kaya kandungan gula atau gula tambahan demi
mencegah lonjakan glukosa.
 Hindari konsumsi lemak yang terlalu banyak (terutama lemak jenuh seperti kulit dan
lemak hewan) untuk melindungi sistem kardiovaskular.
 Hindari minum terlalu banyak minuman beralkohol. Alkohol memengaruhi kemanjuran
obat dan bisa menyebabkan rendahnya kadar glukosa darah. Selain itu, hindari juga
mengonsumsi minuman beralkohol saat perut masih kosong. Jika tidak bisa dihindari,
konsumsi harus dibatasi hingga kurang dari 2 porsi alkohol untuk pria dan kurang dari 1
porsi alkohol untuk wanita setiap hari (1 porsi sama dengan 300ml bir / 150ml anggur
merah / 45ml minuman spirit)
 INJEKSI INSULIN

Injeksi insulin merupakan cara yang mirip dengan sekresi insulin normal
untuk mengelola glukosa. Tindakan pengobatan ini diterapkan kepada pasien
diabetes melitus tipe 1 dan kepada beberapa pasien diabetes melitus tipe 2
yang kadar glukosanya tidak bisa dikelola setelah pemberian obat
hipoglikemik oral. Suntikan insulin bisa diklasifikasikan menjadi 4 durasi kerja
insulin, yaitu durasi singkat, menengah, lama, dan insulin pra-campuran. Para
dokter umumnya akan menentukan jenis, dosis, dan frekuensi injeksi insulin
yang diperlukan. Injeksi bisa dilakukan oleh diri pasien sendiri setelah
menerima pelatihan terkait. Inkretin Mimetik Mirip dengan peptida-1 yang
mirip dengan glukagon (GLP-1) dari usus yang digunakan untuk
meningkatkan sekresi insulin dan mengendalikan glukosa.
KOMLIKASI DARI DM
 Komplikasi akut • Hipoglikemia Akut (rendahnya kadar gula darah yang tidak normal)
Pasien mungkin akan mengeluarkan keringat dingin, merasa gemetar, pucat, jantung
yang berdegup kencang, mengantuk atau bahkan pingsan. Jika pasien sadar, berikan
10-15g karbohidrat, misalnya 2-3 blok gula kubus/permen rasa buah, atau 1/3 gelas
minuman ringan/jus buah, dan berikan 3-4 potong biskuit setelah gejalanya membaik.
• Hiperglikemia Akut (tingginya kadar gula darah yang tidak normal) Pasien mungkin
akan bernapas secara dalam dan cepat, merasa mual, muntah, dan sensasi haus yang
berlebihan hingga pingsan atau koma (keadaan tidak sadar dalam jangka waktu yang
lama). Pasien dalam kondisi ini harus dirawat di rumah sakit sesegera mungkin.
 Komplikasi kronis Jika diabetes melitus tidak dikendalikan secara memadai dan kadar
glukosa tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, pembuluh darah dan sistem saraf
bisa dengan mudah terganggu, yang mengakibatkan kerusakan organ dalam jangka
waktu yang lama hingga mengakibatkan kegagalan organ.
PERAWATAN DIABETES MELITUS
 Pengendalian penyakit: Mengikuti prinsip pola makan penderita diabetes
melitus,Memantau kondisi glukosa di rumah, misalnya dengan melakukan tes
glukosa sendiri, Mengonsumsi obat secara tepat waktu dan memahami khasiat dan
efek samping obat o Teknik injeksi insulin
 Berolahraga setiap hari dan mengendalikan berat badan  Pencegahan
komplikasi ,Memahami gejala, pencegahan, dan manajemen hipoglikemia
 Perawatan kaki, dengan menjaga agar kaki tetap kering dan bersih, memakai alas
kaki pelindung, dan mencegah cedera o Perawatan mulut, pemeriksaan gigi secara
teratur, dan pencegahan infeksi , Memonitor tekanan darah dan lipid darah,
mendeteksi masalah secara dini, Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman
beralkohol untuk mengurangi risiko komplikasi
 Mengenakan gelang tangan atau membawa kartu yang menunjukkan bahwa dirinya
merupakan penderita diabetes melitus
 Menghadiri konsultasi dan pemeriksaan lanjutan, mendeteksi dan mengelola
komplikasi tahap awal.
Thank You
KEPERAWATAN
MATERNITAS II

HYPEREMESIS GRAVIDARUM
Pengertian Hiperemesis Gravidarum

• Hiperemesis Gravidarum adalah mual


muntah berlebihan selama masa hamil
karena intensitasnya melebihi muntah
normal dan berlangsung
selama kehamilan trimester pertama
(Varney,2006).
• Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual
muntah pada ibu hamil trimester pertama
yang terjadi setiap saat (Wiknjosastro,2007).
Penyebab Hiperemesis Gravidarum

• Penyebab hiperemesis gravidarum belum


pasti, diduga karena faktor hormonal,
neurologis,
metabolik, psikologis, keracunan, faktor
endokrin, paritas, riwayat kehamilan mola
dan kembar.
Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil lebih
berisiko mengalami hiperemesis gravidarum, yaitu:

• Baru pertama kali mengandung


• Mengandung anak kembar
• Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
hiperemesis gravidarum
• Mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan
sebelumnya
• Mengalami obesitas
• Mengalami hamil anggur
Faktor resiko terjadinya hiperemesis gravidarum:

• Riwayat kehamilan sebelumnya dengan hyperemesis


gravidarum 
• Riwayat keluarga Baik orang tua atau saudara kandung
perempuan yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum
selama kehamilan akan turut mempengaruhi. 
• Berat badan berlebih 
• Adanya penyakit trofoblas atau penyakit lain dalam rahim 
• Mengandung bayi kembar. Semakin banyak bayi kembar
yang dikandung (kembar 2,3, atau lebih) maka semakin
besar resikonya
• Kehamilan pertama. Diduga karena belum “terbiasa” dengan
janin, dan kemungkinannya akan berkurang pada saat
kehamilan ke-2, 3, dan seterusnya 
Gejala Hiperemesis Gravidarum

• Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat


hamil, yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini
bisa sampai mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan
berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu
hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.

• Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis


gravidarum juga dapat mengalami gejala tambahan berupa:
• Sakit kepala
• konstipasi
• Sangat sensitif terhadap bau
• Produksi air liur berlebihan
• Inkontinensia urine
• Jantung berdebar
Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

• Peningkatan kadar esterogen dapat
menyebabkan mual pada trimester
pertama. Apabila mual muntah terjadi
terus menerus dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat, dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Sehingga
oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-
asetik, asam hidroksida dan aseton darah.
Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

• Hiperemesis gravidarum dapat


menyebabkan komplikasi  selama kehamilan
pada organ tubuh, diantaranya kelainan organ
hepar, jantung, otak dan ginjal.
Adapun kelainan organ pada hepar
menyebabkan degenerasi lemak sentrilobuler
tanpa nekrosis; pada jantung menyebabkan
jantung gatrofi, kecil dan biasa; pada otak
menyebabkan perdarahan bercak dan
pada ginjal menyebabkan pucat,
degenerasi lemak pada tubuli kontroli.
selain itu juga Hiperemesis Gravidarum dapat
menyebabkan:

• Dehidrasi berat
• Ikterik
• Takikardia
• Suhu meningkat
• Alkalosis
• Kelaparan
• Gangguan emosional yang berhubungan dengan
kehamilan dan hubungan keluarga.
Manifestasi Klinik.

Tidak didapati gejala klinis spesifik pada infeksi H.


pylori. Pasien dapat mengeluhkan dispepsia, mual
dan perasaan tidak nyaman dengan berbagai
keluhan saluran cerna bahkan sebagian besar
orang tetap asimptomatik. Pada dasarnya semua
orang dengan kolonisasi H. pylori mengalami
inflamasi pada lambung dan pada individu tersebut
akan berkembang jadi penyakit seperti gastritis,
ulkus peptikum, dyspepsia nonulcer,
Gastroesophageal Reflux Disease,
adenokarsinoma atau limfoma.
Penanganan Hiperemesis Gravidarum

1. komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)


tentang kehamilan muda yang disertai dengan
emesis gravidarum;
2. Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari
tempat tidur agar terjadi adaptasi aliran darah menuju
susunan saraf pusat;
3. Nasehatkan tentang diit ibu hamil: makan porsi
sedikit tapi sering, menghindari makanan yang
merangsang muntah;
4. Pemberian obat-obatan ringan seperti: sedatif,
vitamin, anti emetik, anti histamin.
5. Dukungan psikologis berupa: menghilangkan rasa takut,
mengurangi pekerjaan, menghilangkan masalah dan konflik;
6. Perawatan di rumah sakit meliputi: isolasi sampai mual
muntah berkurang; penambahan cairan (glukosa 5% 2-3 liter
dalam 24 jam, pemberian kalium dan vitamin apabila
diperlukan); terminasi kehamilan apabila kondisi memburuk.
7. Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis urun, kultur urin;
darah rutin; fungsi hati (SGOT, SGPT, alkaline fostase);
pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH); Na, Cl, K, glukosa,
kreatinin, asam urat; serta USG untuk
menghindari kehamilan mola.
Pengobatan Hiperemesis Gravidarum

• Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan


mual dan muntah, mengganti cairan dan elektrolit yang
hilang akibat muntah berlebihan, menambah asupan
nutrisi dalam tubuh, serta mengembalikan nafsu makan.

• Beberapa obat yang dapat dokter diberikan adalah:


• Obat antimual, seperti Prometazine.
• Vitamin B1 atau tiamin.
• Pyridoxine atau vitamin B6.
• Suplemen vitamin dan nutrisi.
 Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian


adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan :
( Rustan Mochtar, 1998 )
1.      Faktor Organik,
• Yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon
dari jaringan ibu terhadap janin.
2.      Faktor Psikologik.
• Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3.      Faktor Endokrin
• Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
 Penatalaksanaan

1.      Pencegahan
• ·         Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
• ·         Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
• ·         Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
• ·         Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
2.      Obat-obatan
• Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6
Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin.
Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
3.      Isolasi
• Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak
diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4.      Terapi psikologik
• Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
5.      Cairan parenteral
• Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intra vena.
6.      Penghentian kehamilan
• Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi,
ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
Diagnosa Keperawatan yang muncul:
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kehilangan
nutrisi dan cairan yang berlebihan dan
intake yang kurang.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri ulu hati
berhubungan dengan frekuensi muntah
yang sering.
3. Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit dan pengobatan berhubungan
dengan informasi yang tidak adekut.
Interverensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit, gejala, dan tanda, serta yang perlu di
perhatikan dalam perawatannya.
2. Beri penjelasan tentang proses penyakit, gejala,
dan tanda dan hal yang perlu di perhatikan dalam
perawatan dan pengobatan.
3. Jelaskan tentang pentingnya perawatan dan
pengobatan.
4. Jelaskan tentang pentingnya istirahat total
5. Berikan informasi tertulis atau verbal yang tepat
tentang diet pra natal dan suplemen vitamin atau
zat besi setiap hari.
 Evaluasi Keperawatan

1.  Keseimbangan cairan dan elektrolit


2.  Frekuensi dan beratnya muntah
3.  Intake oral
4.  Pengetahuan dan kesanggupan klien untuk mengikuti diet
yang telah diprogramkan
5.  Tingkat nyeri epigastrium
6.   Kemampuan dalam beraktivitas
7.   Kebersihan membrane mukosa oral
8.   Mekanisme koping dalam penerimaan kehamilan
9.   Perasaan dan kekhawatiran terhadap kesejahteraan janin
meliputi TFU dan DJJ
Penyakit pada masa kehamilan
(Hipertensi)
Defenisi hipertensi

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam


kehamilan dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg
dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan
tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas
nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal
dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011).
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
• Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum
usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama
kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
• Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.
• Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-
kejang sampai dengan koma.
Lanjutan...
• Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah
hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau
hipertensi kronik disertai proteinuria.
• Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalin atau kehamilan dengan preeklamsi tetapi
tanpa proteinuria (prawirohardjo, 2013).
Etiologi

Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi


dalam kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada
beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor risiko. Beberapa
faktor risiko sebagai berikut :
- Primigravida, primipaternitas
- Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan
multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
- Umur
Lanjutan...
- Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
- Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada
sebelum hamil
- Obesitas.
Patofisiologi
Menurut Sarwono (2009) ,tanda dan gejala pada
hipertensi dalam kehamilan :
- Tekanan darah diastolic merupakan indikator dalam
penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh
karena tekanan diastolic mengukur tahanan perifer
dan tidak tergantung keadaan emosional pasien
- Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah ≥ 90
mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.
- Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam :
a. Hipertensi karena kehamilan, Jika hipertensi
terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu,
selama persalinan, dan / atau dalam 48 jam pasca
persalinan.
b. Hipertensi kronlk, jika hipertensi terjadi sebelum
kehamilan 20 minggu.
Manifestasi klinis
kehamilan adalah sebagai berikut :
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi :
- Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.
- Mengalami hipertensi diberbagai level.
- Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
- Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia mungkin
akan terjadi.
- Berpotensi gagal hati.
- Kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
- Meningkatnya enzim hahati.
- Jumlah trombosit menurun.
Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia
• Volume plasma
• Hipertensi
• Fungsi ginjal
• Elektrolit
• Viskositas darah
• Hematokrit
• Edema
• Neurologik
Pemeriksaan diagnostik
• Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
• Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin
dan protein.
• Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
• Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan
elektrolit abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
• Tes non tekanan dengan profil biofisik.
• USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status
janin
• Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan
ibu
Penatalaksanaan
• Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk menurunkan gejala klinis
dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior,
terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan plasenta
sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah
menuju ginjal dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat
gejala kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin
kabur.
• Hipertensi berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah baring ke satu sisi dalam
suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi,
pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.
• Hipertensi kronik
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi menyeluruh, pemeriksaan
laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi
paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam
kehamilan
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut
juga dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan
Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam
kehamilan diantaranya :
• Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan
tirah baring.
• Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
• Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein,
rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak.
• Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan
janin dengan USG.
Lanjutan...
• Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur,
yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu
hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama
trimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2
minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian
menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
• Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan
dapat menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang
merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan
diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti hipertensi
dengan agen farmakologi memiliki tujuan untuk mengurangi
Komplikasi

Pada ibu :
• Eklampsia
• Pre eklampsia berat
• Solusio plasenta Kelainan ginjal
• Perdarahan subkapsula hepar
• Kelainan pembekuan darah
• Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan
low platellet count).
• Ablasio retina.
Pada janin :
• Terhambatnya pertumbuhan janin
dalam uterus
• Kelahiran premature
• Asfiksia neonatorum
• Kematian dalam uterus
• Peningkatan angka kematian dan
kesakitan perinatal.
TERIMA KASIH 🙂
Anemia
pada ibu
hamil
Defenisi

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah


atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah
berada di bawah normal.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin
(Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan
zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimeter 1
dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimeter 2.
Perdarahan yang
berlebihan

Malnutrisi

Kurang zat besin


Etiologi dalam diet
rusaknya sel darah
merah secara
berlebihan hemolisis
atau kekurangan
pembentukan sel darah
merah ( hematopoiesis
yang tidak efektif)
Klasifikas
i

Anemia  Anemia   Anemia


defisiensi Megaloblas Anemia
Hipoplastik
zat Besi  tik Mieloptisik
 
Pemeriksaan hemoglobin

Anemia ringan : Hb
9-10 gr %

Anemia sedang
:Hb 7-8 gr % 
 
Anemia berat : Hb
< 7 gr %
Anemia defisiensi besi
adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah.
 Pengobatannya adalah
pemberian tablet besi yaitu keperluan
zat besi untuk wanita hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan.
Lanjutan....

Prognosis:
a. Prognosis Anemia defesiensi besi dalam kehamilan
umumnya baik bagi ibu dan anak . Persalinan dapat
berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau
komplikasi lain
b. Pencegahan dan Pengobatan:
Di daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi
sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat ferrosus atau
glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu, ibu di
beri nasehat untuk makan lebih banyak protein dan sayur
yang banyak mengandung mineral dan vitamin.
Anemia megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan karena
defesiensi asam folat.
Diagnosis:
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila
ditemukan megeloblas atau promegaloblas
dalam darah atau sum-sum tulang belakang
Prognosis:
Anemia megaloblastik dalam kehamilan
mempunyai prognosis cukup baik Pengobatan
dengan asam folat hampir selalu berhasil.        
Lanjutan.........

• Pencegahan dan Pengobatan:


1. Asam folat 15-30 mg per hari.
2. Vitamin B12 3x1 tablet per hari.
3. Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari.
4. Pada kasus berat diberikan penambah darah.
Anemia hipoplastik
Yaitu Anemia yang disebabkan oleh
penurunan fungsi kerja sumsum tulang
untuk membentuk sel darah merah
baru akibat hiposelularitas,
 hiposelularitas ini dapat terjadi akibat:
 paparan racun,
 radiasi, reaksi terhadap obat atau virus,
 dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
Anemia Mieloptisik
Anemia hemolitik adalah Anemia yang
disebabkan penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatanya. 
 Gejala utamamya adalah
1. anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah,
2. kelelahan,
3. kelemahan.
Lanjutan.........

 Pengobatanya
Tergantung pada jenis anemia ini serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka
infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah.
Namun pada beberapa jenis obat-obtan, hal ini
tidak memberikan hasil sehingga penambah darah
berulang dapat membantu penderita.
Tanda dan gejala

1. lemah,
2. pucat,
3. mudah pingsan,
4. Selera makan hilang
5. tekanan darah dalam batas normal
6. Palpitasi,
7. berkunang-kunang,
8. perubahan jaringan epitel kuku,
9. gangguan sistem neuromuskular,
10.disphagia, dan pembesaran kelenjar limpa
Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada
Kehamilan

Anemia juga menyebabkan rendahnya


kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup mendapat pasokan oksigen.
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat.
Penyebab anemia pada ibu hamil adalah
menurunnya hemoglobin dalam darah.
Hemoglobin memiliki peranan penting dalam
transportasi oksigen ke dalam jaringan tubuh.
Selama masa kehamilan akan terjadi sebuah
peningkatan volume darah, hal inilah yang bisa
membuat hemoglobin dalam darah menurun.
Faktor Predisposisi Anemia pada Ibu Hamil

1. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari


35 tahun.
2. Paritas
(Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai risiko lebih besar untuk
mengalami anemia dibanding yang
paritas rendah.)
3. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat
4. Pengetahuan
5. Pemeriksaan Antenatal Care
6. Pola makan dan Kepatuhan
mengkonsumsi tablet Fe
Cara Pencegahan Anemia dalam Kehamilan

 Menjaga asupan zat besi.


Misalnya meningkatkan konsumsi makanan yang
tinggi zat besi seperti:
a. beras merah,
b. sayuran berwarna hijau tua,
c. kacang-kacangan,
d. oatmeal maupun daging.
• Konsumsi suplemen zat besi ini akan membawa
perubahan pada kondisi ibu hamil kurang lebih
setelah satu minggu dan kondisi anemia ibu hamil
biasanya sudah bisa teratasi setelah satu bulan.
Penatalaksanaan

Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan


Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet
besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena
akan mengganggu penyarapannya.
Anemia defisiensi besi yang tidak tertangani dengan tepat,
dapat mengakibatkan abortus pada kehamilan muda, dan
dalam kehamilan tua dapat menyebabkan persalinan lama,
perdarahan pasca melahirkan, dan infeksi.
Pengobatan
Anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.
Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi
glukonat atau suatu polisakarida.
Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30
menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari,
kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap
zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam
dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan
menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit.
Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna
hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak
berbahaya Medicastore, 2007).
Terima kasih
GANGGUAN KARDIOVASKULER
PADA KEHAMILAN
PENGERTIAN

Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan dapat memberatkan
penyakit jantung yang dideritanya. Dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab
kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau persalinan.Penyakit jantung dalam kehamilan
merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau persalinan. Pasien
dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan. Klasifikasi fungsional yang diajukan oleh New
York Heart Association adalah:1,2,3,4
• Klas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi kegiatan fisik).
• Klas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat (bila melakukan aktifitas fisik maka
terasa lelah, jantung berdebar-debar, sesak nafas atau terjadi angina pektoris).
• Klas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit saja merasa lelah, sesak nafas, jantung
berdebar).
• Klas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan (memperlihatkan gejala-gejala dekompensasio
walaupun dalam istirahat). Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus atau
kematian intrauterin karena oksigenasi janin terganggu. Dengan kehamilan pekerjaan jantung menjadi
sangat berat sehingga klas I dan II dalam kehamilan dapat masuk ke dalam klas III atau IV.
EPIDEOMOLOGI
• Di Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1 –
2%. Penyakit jantung rematik merupakan jenis penyakit jantung terbanyak, dan lebih dari 90%
biasanya dengan kelainan katup mitral (stenosis katup mitral), disusul penyakit jantung kongenital
dan penyakit otot jantung Free PPT _ Click to add title
• Meskipun banyak kasus penyakit jantung dengan kehamilan dijumpai di klinik dan rumah sakit di
Indonesia, akan tetapi hanya sedikit yang pernah dilaporkan dalam tulisan ilmiah. Dari laporan
pendahuluan mengenai insiden kelainan jantung pada kehamilan diperoleh angka
• 3,1 % dari sekitar 20 % penderita yang dirawat di Bagian Kebidanan dan Kandungan
RSCM/FKUI Jakarta dan dikonsulkan ke kardiologis (Aziz, Hartanuh, Sugeng dan Samil).
Menurut Samil angka kematian penyakit jantung di Bagian Kebidanan dan Kandungan RSCM
Jakarta merupakan urutan keempat setelah eklamsia, perdarahan dan infeksi.
EPIDEOMOLOGI
• Mortalitas terbanyak pada multipara sebesar 1,6 %, dengan insiden 1,21 % dari seluruh kasus
obstetric/ginekologis yang dirawar di bagian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang
DW, Suhatno Djoko Sumantri terhadap 4741 kasus persalinan di RSU Dr.
• Soetomo Surabaya selama empat tahun (1990-1993), didapatkan ibu hamil dengan penyakit
jantung (tidak termasuk hipertensi dalam kehamilan) adalah 31 kasus per tahun atau 0,65 %
per tahun dengan angka kematian sebesar 4,88 %.
• Dibandingkan dengan 0,3 % per tahun 91972-1973) dan 0,5% per tahun (1978-1982), angka
kejadian ibu hamil dengan penyakit jantung tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari
tahun ke tahun.1
ETIOLOGI

• Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder. Kelainan primer akibat kelainan
kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati. Sedangkan sekunder akibat penyakit lain seperti
hipertensi, anemia berat, dan lain-lain
Kehamilan dan Fisiologi Kardiovaskuler

Adaptasi normal yang dialami seorang wanita


yang mengalami kehamilan termasuk system
kardiovaskuler akan memberikan gejala dan
tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit
jantung. Keadaan ini yang menyebabkan
beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi
pada saat kehamilan
 Perubahan Hemodinamik
• Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena peningkatan volume
darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama dan mencapai puncaknya
pada usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai aterm. Sebagian besar
peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae,
ginjal, otot polos dan sistem vaskuler kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada
wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar
dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan
• terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin. Peningkatan volume
darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah pertukaran gas pernafasan,
nutrien dan metabolit ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah yang
banyak saat kelahiran.
 Distribusi Aliran Darah
Aliran darah pada wanita hamil tidak sepenuhnya diketahui. Distribusi aliran darah
dipengaruhi oleh resistensi vaskuler lokal. Renal blood flow meningkat sekitar 30 persen
pada trimester pertama dan menetap atau sedikit menurun sampai melahirkan. Aliran darah
ke kulit meningkat 40 - 50 persen yang berfungsi untuk menghilangkan panas. Mammary
blood flow pada wanita tanpa kehamilan kurang dari 1 persen dari cadiac output. Dan
dapat mencapai 2 persen pada saat kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak hamil aliran
darah ke rahim sekitar 100 ml/menit (2 persen dari cadiac output) dan akan meningkat dua
kali lipat pada kehamilan 28 minggu dan meningkat mencapai 1200 ml/menit pada saat
kehamilan aterm, mendekati jumlah nilai darah yang mengalir ke ginjalnya sendiri.
 Perubahan hemodinamik dengan exercise
Kehamilan akan merubah respons hemodinamik terhadap exercise. Pada wanita hamil
derajat exercise yang diberikan pada posisi duduk menyebabkan peningkatan cadiac output
yang lebih besar dibanding dengan wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang
sama. Dan maksimum cadiac output dicapai pada tingkatan exercise yang lebih rendah.
Peningkatan cadiac output relatif lebih besar dari peningkatan konsumsi oksigen, sehingga
terdapat perbedaan oksigen arterio-venous yang lebih lebar dari yang dihasilkan pada
wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Keadaan ini menunjukkan
pelepasan oksigen ke perifer sedikit kurang efisien selama kehamilan.2
Pada wanita tanpa kehamilan, latihan
akan meningkatkan stroke volume yang
lebih besar dan sedikit peningkatan
denyut jantung dari pada yang didapati
pada individu yang tidak terlatih. Pada
saat kehamilan efek latihan ini tidak
terlihat dan kemungkinan karena
peningkatan stroke volume dibatasi akibat
kompresi vena kava inferior atau
meningkatnya distensibility vena.
Kelainan Katup Jantung pada Kehamilan
Kelainan Katup Jantung pada Kehamilan
Kelainan katup jantung adalah salah satu penyakit jantung yang sering
ditemukan pada saat kehamilan. Gangguan ini dapat meningkatkan
• Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder. Kelainan primer akibat kelainan
• kejadian gagal jantung,
Etiologi kelainan morbiditas
jantung dapat dan mortalitas
primer maupun pada ibu
sekunder. Kelainan dan
primer janin
akibat yang
kelainan
kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati. Sedangkan sekunder akibat penyakit lain seperti
dikandung.
kongenital, Jenis-jenis
katup, kelainan ini
iskemik dan kardiomiopati.
hipertensi, anemia berat, dan lain-lain
meliputi
Sedangkan mitral
sekunder akibatstenosis
penyakit lainyang
seperti
hipertensi,
disebabkan anemia berat, dan lain-lain
penyakit jantung rematik, mitral dan aorta regurgitasi,
kelainan katup tricuspid serta katup jantung prostetik
Risiko terjadinya komplikasi jantung pada ibu hamil akan menigkat pada kasus dengan
stenosis katup yang berat serta menurunkan fungsi sistolik ventrikel kiri (stenosis aorta
dengan area katup <1,5 cm2 dan stenosis mitral dengan area katup < 2 cm2), seperti
stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal, regurgitasi berat dengan gangguan fungsi
ventrikel kiri dan sindrom Marfan’s dengan aneurisma pada ascending aorta. Risiko juga
akan meningkat pada ibu yang memiliki riwayat penyakit jantung seperti: aritmia, gagal
jantung dengan kelas NYHA III-IV. Untuk itu peran konseling sebelum konsepsi sangat
diperlukan. Semua kejadian kelainan katup diharapkan dapat ditemukan sebelum
kehamilan terjadi. Untuk mendapatkan adanya kelainan katup diperlukan pemeriksaan
fisik jantung yang tepat. Auskultasi jantung yang benar tentu sangat membantu untuk
menemukan kecurigaan terjadinya kelaina katup jantung
Stenosis Mitral
Penyakit jantung rematik adalah penyebab utama kelainan katup ini. Pada
stenosis mitral terjadi tahanan pada ventrikel kiri yang menyebabkan tekanan
pada atrium kiri dan vena pulmonal meningkat. Hal ini dapat menimbulkan
kongesti pulomal dan edema. Selain itu, stenosis mitral dapat diikuti dengan
aritmia atrial selama kehamilan dan saat melahirkan. Karena selama
kehamilan terjadi peningkatan volume dan curah jantung maka dapat terjadi
sesak nafas dan menurunnya kemampuan aktivitas fisik. Bila frekuensi detak
jantung meningkat maka pengisian saat diastolik turun maka tekanan atrial
yang meningkat dapat menimbulkan kongesti paru dan edema. Risiko
maternal pada ibu dengan mitral stenosis yang lain adalah tromboemboli
Evaluasi Pasien dengan Penyakit Jantung
Anamnesa Pada pasien dengan penyakit jantung yang telah terdiagnosis sebelum
kehamilannya, harus dicari data-data mengenai: usia saat pertama kali diagnosis ditegakkan,
gejala-gejala sebelumnya dan komplikasi yang ada, prosedur diagnostik sebelumnya termasuk
kateterisasi jantung, excercise test (treadmill) atau ekokardiografi, riwayat pengobatan
sebelumnya, riwayat operasi, derajat kesembuhan, gejala sisa, obat-obat yang dipakai, diet,
pembatasan-pembatasan aktifitas, serta sedapat mungkin didapatkan catatan medis mengenai
perawatan rumah sakit, prosedur diagnostik dan pengobatan sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik perlu dievaluasi mengenai berat badan dan tinggi
badan, kelainan pada wajah, jari-jari dan tubuh yang menunjukkan kelainan kongenital dan
perubahan-perubahan pada kulit seperti sianosis, pucat, angioma, xantelasma, dan xanthoma.
Tekanan darah harus diukur secara hati-hati dengan cuff yang sesuai, kalau perlu pada kedua
lengan dan pada beberapa posisi. Denyut nadi radial harus dinilai dengan cermat, pada Aorta
Insufisiensi dapat dijumpai denyut yang kolaps (Collapsing pulse), denyut yang lemah pada
cadiac output yang rendah, pulsus alternans atau pulsus paradoksus.
Diagnosis
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan bila ditemukan adanya satu
diantara gejala-gejala berikut :
1. Bising diastolik, presistolik, atau bising jantung terus-
menerus; 2. Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai
thrill;
3. Pembesaran jantung yang jelas pada gambaran foto toraks;
4. Aritmia yang berat. Kadang-kadang penyakit jantung dalam
kehamilan baru diketahui kalau sudah terjadi dekompensasio
seperti adanya sesak nafas, sianosis, edema atau ascites.
Penanganan

Penanganan Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi penambahan berat badan yang
berlebihan, anemia secepat mungkin diatasi, infeksi saluran pernafasan atas dan preeklampsia sedapat-
dapatnya dijauhkan karena sangat memberatkan pekerjaan jantung. Saat-saat berbahaya adalah pada
kehamilan 28 – 32 minggu karena merupakan puncak hemodilusi, partus kala II karena venous return yang
meningkat saat mengedan, dan masa postpartum sebagai akibat kembalinya cairan tubuh ke dalam sistim
sirkulasi sehingga beban jantung bertambah berat.
• a) Kelas I dan II Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan
pervaginam. Namun tetap harus diwaspadai terjadinya gagal jantung pada kehamilan, persalinan dan nifas.
Faktor pencetus utama terjadinya gagal jantung adalah endokarditis, oleh karena itu semua wanita hamil
dengan penyakit jantung harus sedapat mungkin dicegah terjadinya infeksi terutama infeksi saluran napas
atas . Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan,
yaitu : 1. cukup istirahat ( 10 jam istirahat malam, ½ jam setiap kali setelah makan ) dan hanya pekerjaan
ringan yang diizinkan. 2. harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan orang-orang yang dapat
menularkan infeksi saluran nafas atas, merokok, penggunaan obat-obat yang memberatkan pekerjaan
jantung. 3. tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui, seperti adanya batuk, ronki basal,
dispnoe dan hemoptoe.
• Kelas III dan IV Bila seorang ibu hamil dengan kelainan jantung kelas III dan IV ada dua
kemungkinan penatalaksanaan yaitu : terminasi kehamilan atau meneruskan kehamilan dengan
tirah baring total dan pengawasan ketat, dan ibu dalam posisi setengah duduk. Kelas III sebaiknya
tidak hamil, kalau hamil pasien harus dirawat di Rumah Sakit selama kehamilan, persalinan dan
nifas, dibawah pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli kebidanan, atau dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan abortus terapeutikus. Persalinan hendaknya pervaginam dan dianjurkan untuk
sterilisasi. Kelas IV tidak boleh hamil. Kalau hamil juga, pimpinan yang terbaik ialah
mengusahakan persalinan pervaginam.
• Pengawasan Nifas Pengawasan nifas sangat penting diperhatikan, mengingat kegagalan jantung
dapat terjadi pada saat nifas, walaupun pada saat kehamilan atau persalinan tidak terjadi
kegagalan jantung. Komplikasi-komplikasi nifas seperti perdarahan post partum, anemia, infeksi
dan tromboemboli akan lebih berbahaya pada pasien-pasien dengan penyakit jantung. Sebaiknya
penderita penyakit jantung dirawat di rumah sakit sekurang-kurangnya 14 hari setelah melahirkan
dengan istirahat dan mobilisasi tahap demi tahap serta diberi antibiotika untuk mencegah
endokarditis. Laktasi dibolehkan bagi wanita yang sanggup secara fisik, namun bagi penderita
penyakit jantung kelas III dan IV tetap dilarang untuk menyusui.
Asuhan Antenatal dan Kontrasespsi

Sebagian besar wanita hamil dengan penyakit jantung sudah mengetahui tentang
kelainan jantung yang d
ialaminya dan biasanya sudah mendapat pengobatan atau bahkan telah menjalani
operasi jantung, jauh sebelum kehamilannya. Oleh karena itu konseling prakonsepsi
memegang peranan penting dalam manajemen penyakit jantung dalam kehamilan.
Dalam konseling prakonsepsi, kepada calon ibu hamil dan partnernya harus
diberikan penjelasan yang menyeluruh tentang kondisi penyakit jantung yang
dialami dan risiko-risiko yang akan terjadi dalam kehamilannya.
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai