Kelompok III
KETUA : ROSMIATI(120311816)
ANGGOTA :
1. NURUL FITRAH
2. PRISKILYA MIRU (120171805)
3. RINO AMEL NANARYIAN(tidak aktif)
4. ROSALINA LUTURMAS(120241831)
Diabetes Melitus
(Kencing Manis)
DIABETES MELITUS
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dengan
metabolisme yang tidak teratur. Ketika kita mengonsumsi
karbohidrat (termasuk gula dan pati, dll), bahan-bahan
tersebut dipecah menjadi dekstrosa setelah dicerna dan
menjadi glukosa pada saat diserap oleh usus kecil ke
dalam sistem peredaran darah. Pankreas mengeluarkan
insulin, yang membantu glukosa masuk ke dalam sel
untuk digunakan oleh tubuh.
DIABETES MELITUS
ADA merekomendasikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, tingkat
glukosa puasa normal haruslah berada di level 5.6 mmol/L. Toleransi
glukosa terganggu dikategorikan jika kadar glukosa puasa berada di antara
nilai 5,6 hingga 7 mmol/L. Glukosa Puasa Terganggu (IFG - Impaired Fasting
Glucose) dan Toleransi Glukosa Terganggu (IGT - Impaired Glucose
Tolerance) merupakan kondisi di antara Regulasi Glukosa Normal dan kadar
glukosa diabetes melitus, yaitu status sebelum menderita diabetes melitus.
Studi menunjukkan bahwa pasien yang masuk ke dalam kondisi IGT memiliki
tingkat risiko menderita penyakit jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan orang normal. Menurut standar dari Organisasi Kesehatan Dunia,
jika glukosa puasa* lebih tinggi dari 7 mmol/L atau kadar glukosa dalam
waktu 2 jam setelah makan lebih tinggi dari 11,1 mmol/L, maka orang
tersebut didiagnosis sebagai penderita diabetes melitus. *Puasa
didefinisikan sebagai 8 jam atau lebih tidak mengonsumsi makanan apa pun
RESIKO DIABETES
MELETUS
Jika Anda termasuk ke dalam salah satu dari kategori di
bawah ini, Anda memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi
untuk menderita diabetes melitus: riwayat diabetes
melitus pada anggota keluarga dekat;
penderita hipertensi atau hiperlipidemia (kadar lemak
dalam darah yang sangat tinggi);
PENYEBAB DIABETES
MELITUS
Diabetes Melitus umumnya diklasifikasikan menjadi 4 kategori
dengan penyebab yang berbeda-beda:
Diabetes Melitus Tipe 1 Disebut sebagai “Diabetes Melitus yang
Tergantung pada Insulin”. Terkait dengan faktor genetik dan
sistem kekebalan tubuh, yang mengakibatkan kerusakan sel-sel
yang memproduksi insulin, sehingga sel tidak mampu untuk
memproduksi insulin yang dibutuhkan oleh tubuh. Kelompok
orang yang paling sering mengidap penyakit ini adalah anak-anak
dan remaja, yang mewakili 3% dari jumlah seluruh pasien yang
ada.
Obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes
melitus. Dengan demikian, kita bisa menurunkan
risiko diabetes melitus dengan mencegah obesitas.
Beberapa metode pencegahan disarankan di bawah
ini:
menjaga berat badan ideal. Mereka yang sudah
mengalami kelebihan berat
badan wajib menetapkan sasaran penurunan berat
badan (5-10% dari berat badan saat ini). o Indeks
Massa Tubuh (IMT/BMI - Body Mass Index) dari orang
Asia adalah 18,5-22,9. o IMT = Berat (kg) ÷ Tinggi (m)
÷ Tinggi (m)
Pola makan yang seimbang dengan target “Tiga
rendah dan satu tinggi” – yaitu prinsip pola makan
rendah lemak, rendah gula, rendah natrium, dan
tinggi serat.
Tetap aktif, berolahraga secara teratur dengan
intensitas sedang (dianjurkan untuk berolahraga
setiap hari selama 30 menit atau lebih selama
setidaknya 5 hari seminggu). Karena gejala awal
Diabetes Melitus yang tidak jelas, pemeriksaan
kesehatan yang tepat setiap tahun bisa membantu
mendeteksi penyakit ini sesegera mungkin.
Diabetes Melitus Tipe 2 Disebut “Diabetes Melitus yang Tidak Tergantung pada Insulin”,
yang mewakili lebih dari 90% kasus diabetes melitus. Terkait dengan faktor pola makan
yang tidak sehat, obesitas, dan kurangnya olahraga. Sel-sel tubuh menjadi resisten
terhadap insulin dan tidak bisa menyerap dan menggunakan dekstrosa dan kelebihan
gula darah yang dihasilkan secara efektif. Jenis diabetes melitus ini memiliki predisposisi
genetik yang lebih tinggi daripada Tipe 1.
Diabetes Melitus Gestasional: Terutama disebabkan oleh perubahan hormon yang
dihasilkan selama kehamilan dan biasanya berkurang atau menghilang setelah
melahirkan. Studi dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa wanita yang
pernah mengalami diabetes melitus gestasional memiliki Tingkat risiko yang lebih tinggi
untuk mengidap penyakit diabetes melitus tipe II, sehingga wanita tersebut harus lebih
memerhatikan pola makan yang sehat demi mengurangi risiko tersebut
Jenis lain dari Diabetes Melitus: Ada beberapa penyebab
lain yang berbeda dari ketiga jenis diabetes melitus di atas,
termasuk sekresi insulin yang tidak memadai yang
disebabkan oleh penyakit genetik tertentu, disebabkan
secara tidak langsung oleh penyakit lainnya (misalnya
pankreatitis, yaitu peradangan pada pankreas), yang
diakibatkan oleh obat atau bahan kimia lainnya.
GEJALA DIABETES MELITUS
Beberapa pasien diabetes melitus mungkin mengalami gejala-gejala berikut dalam tahap awal penyakit
ini:
sering merasa haus
sering buang air kecil
sering merasa lapar
penurunan berat badan
kelelahan
penglihatan yang kabur
tingkat penyembuhan luka yang lambat
rasa gatal pada kulit, wanita mungkin merasa gatal di daerah vitalnya Beberapa pasien mungkin
tidak mengalami gejala-gejala di atas sama sekali, sehingga pemeriksaan kesehatan secara rutin
dianjurkan untuk menghindari penundaan tindakan medis yang diperlukan.
PENGOBATAN DIABETES MELITUS
Perubahan pola makan Semua pasien harus mengikuti petunjuk perubahan pola
makan yang ditetapkan. Setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda-beda,
pasien harus berkonsultasi kepada ahli gizi terdaftar untuk merancang menu yang
sesuai dengan pengelolaan penyakit dan proses penstabilan glukosa. Prinsip
umumnya adalah sebagai berikut:
pola makan yang seimbang, teratur, dan dengan jumlah yang sesuai dengan
prinsip “kurangi jumlah makanan dan perbanyak waktu makan” untuk
menstabilkan glukosa.
makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah yang tepat (termasuk biji-
bijian, sayuran rimpang, buah-buahan, dan produk susu). o Jumlah karbohidrat
haruslah sekitar 50% dari total asupan kalori. Misalnya, sekitar 750 kkal kalori
(setara dengan sekitar 188g karbohidrat, yaitu 18 - 19 porsi pertukaran
karbohidrat) yang akan diproduksi oleh karbohidrat dalam menu 1500 kkal. o
Pertukaran karbohidrat di atas haruslah merata di antara waktu makan utama
dan di waktu camilan, misalnya: 5 porsi untuk sarapan, makan siang, dan makan
malam, serta 1 porsi untuk waktu camilan di antara .
Pasien bisa memilih jumlah biji-bijian, sayuran rimpang, buah-buahan,
dan produk susu yang sesuai dengan “pertukaran karbohidrat”, misalnya: 1
porsi biji-bijian (10g karbohidrat) = sesendok sup penuh beras / 1/5 mangkuk
bihun/mie Shanghai (dimasak) / 1/3 mangkuk bubur Chiuchow / 1/3
mangkuk makaroni/spaghetti (dimasak) / 1/2 iris roti (tanpa pinggiran) / 1/2
mangkuk oat meal gandum (dimasak) (1 mangkuk = mangkuk 300ml ukuran
sedang) 1 porsi sayuran rimpang (10g karbohidrat) = kentang/ubi jalar
seukuran telur / labu/akar teratai seukuran 2 butir telur 1 porsi buah (10g
karbohidrat) = apel/jeruk/jeruk keprok/pir/buah kiwi berukuran kecil / 1/2
apel/jeruk berukuran besar / 10 buah anggur kecil / 1/2 buah pisang 1 porsi
produk susu (12g karbohidrat) = 240ml susu rendah lemak/skim / 4 sendok
sup bubuk susu ski
Hindari makanan dan minuman yang kaya kandungan gula atau gula tambahan demi
mencegah lonjakan glukosa.
Hindari konsumsi lemak yang terlalu banyak (terutama lemak jenuh seperti kulit dan
lemak hewan) untuk melindungi sistem kardiovaskular.
Hindari minum terlalu banyak minuman beralkohol. Alkohol memengaruhi kemanjuran
obat dan bisa menyebabkan rendahnya kadar glukosa darah. Selain itu, hindari juga
mengonsumsi minuman beralkohol saat perut masih kosong. Jika tidak bisa dihindari,
konsumsi harus dibatasi hingga kurang dari 2 porsi alkohol untuk pria dan kurang dari 1
porsi alkohol untuk wanita setiap hari (1 porsi sama dengan 300ml bir / 150ml anggur
merah / 45ml minuman spirit)
INJEKSI INSULIN
Injeksi insulin merupakan cara yang mirip dengan sekresi insulin normal
untuk mengelola glukosa. Tindakan pengobatan ini diterapkan kepada pasien
diabetes melitus tipe 1 dan kepada beberapa pasien diabetes melitus tipe 2
yang kadar glukosanya tidak bisa dikelola setelah pemberian obat
hipoglikemik oral. Suntikan insulin bisa diklasifikasikan menjadi 4 durasi kerja
insulin, yaitu durasi singkat, menengah, lama, dan insulin pra-campuran. Para
dokter umumnya akan menentukan jenis, dosis, dan frekuensi injeksi insulin
yang diperlukan. Injeksi bisa dilakukan oleh diri pasien sendiri setelah
menerima pelatihan terkait. Inkretin Mimetik Mirip dengan peptida-1 yang
mirip dengan glukagon (GLP-1) dari usus yang digunakan untuk
meningkatkan sekresi insulin dan mengendalikan glukosa.
KOMLIKASI DARI DM
Komplikasi akut • Hipoglikemia Akut (rendahnya kadar gula darah yang tidak normal)
Pasien mungkin akan mengeluarkan keringat dingin, merasa gemetar, pucat, jantung
yang berdegup kencang, mengantuk atau bahkan pingsan. Jika pasien sadar, berikan
10-15g karbohidrat, misalnya 2-3 blok gula kubus/permen rasa buah, atau 1/3 gelas
minuman ringan/jus buah, dan berikan 3-4 potong biskuit setelah gejalanya membaik.
• Hiperglikemia Akut (tingginya kadar gula darah yang tidak normal) Pasien mungkin
akan bernapas secara dalam dan cepat, merasa mual, muntah, dan sensasi haus yang
berlebihan hingga pingsan atau koma (keadaan tidak sadar dalam jangka waktu yang
lama). Pasien dalam kondisi ini harus dirawat di rumah sakit sesegera mungkin.
Komplikasi kronis Jika diabetes melitus tidak dikendalikan secara memadai dan kadar
glukosa tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, pembuluh darah dan sistem saraf
bisa dengan mudah terganggu, yang mengakibatkan kerusakan organ dalam jangka
waktu yang lama hingga mengakibatkan kegagalan organ.
PERAWATAN DIABETES MELITUS
Pengendalian penyakit: Mengikuti prinsip pola makan penderita diabetes
melitus,Memantau kondisi glukosa di rumah, misalnya dengan melakukan tes
glukosa sendiri, Mengonsumsi obat secara tepat waktu dan memahami khasiat dan
efek samping obat o Teknik injeksi insulin
Berolahraga setiap hari dan mengendalikan berat badan Pencegahan
komplikasi ,Memahami gejala, pencegahan, dan manajemen hipoglikemia
Perawatan kaki, dengan menjaga agar kaki tetap kering dan bersih, memakai alas
kaki pelindung, dan mencegah cedera o Perawatan mulut, pemeriksaan gigi secara
teratur, dan pencegahan infeksi , Memonitor tekanan darah dan lipid darah,
mendeteksi masalah secara dini, Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman
beralkohol untuk mengurangi risiko komplikasi
Mengenakan gelang tangan atau membawa kartu yang menunjukkan bahwa dirinya
merupakan penderita diabetes melitus
Menghadiri konsultasi dan pemeriksaan lanjutan, mendeteksi dan mengelola
komplikasi tahap awal.
Thank You
KEPERAWATAN
MATERNITAS II
HYPEREMESIS GRAVIDARUM
Pengertian Hiperemesis Gravidarum
• Peningkatan kadar esterogen dapat
menyebabkan mual pada trimester
pertama. Apabila mual muntah terjadi
terus menerus dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat, dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Sehingga
oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-
asetik, asam hidroksida dan aseton darah.
Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
• Dehidrasi berat
• Ikterik
• Takikardia
• Suhu meningkat
• Alkalosis
• Kelaparan
• Gangguan emosional yang berhubungan dengan
kehamilan dan hubungan keluarga.
Manifestasi Klinik.
1. Pencegahan
• · Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
• · Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
• · Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
• · Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
2. Obat-obatan
• Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6
Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin.
Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
3. Isolasi
• Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak
diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
• Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
5. Cairan parenteral
• Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intra vena.
6. Penghentian kehamilan
• Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi,
ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
Diagnosa Keperawatan yang muncul:
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kehilangan
nutrisi dan cairan yang berlebihan dan
intake yang kurang.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri ulu hati
berhubungan dengan frekuensi muntah
yang sering.
3. Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit dan pengobatan berhubungan
dengan informasi yang tidak adekut.
Interverensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit, gejala, dan tanda, serta yang perlu di
perhatikan dalam perawatannya.
2. Beri penjelasan tentang proses penyakit, gejala,
dan tanda dan hal yang perlu di perhatikan dalam
perawatan dan pengobatan.
3. Jelaskan tentang pentingnya perawatan dan
pengobatan.
4. Jelaskan tentang pentingnya istirahat total
5. Berikan informasi tertulis atau verbal yang tepat
tentang diet pra natal dan suplemen vitamin atau
zat besi setiap hari.
Evaluasi Keperawatan
Pada ibu :
• Eklampsia
• Pre eklampsia berat
• Solusio plasenta Kelainan ginjal
• Perdarahan subkapsula hepar
• Kelainan pembekuan darah
• Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan
low platellet count).
• Ablasio retina.
Pada janin :
• Terhambatnya pertumbuhan janin
dalam uterus
• Kelahiran premature
• Asfiksia neonatorum
• Kematian dalam uterus
• Peningkatan angka kematian dan
kesakitan perinatal.
TERIMA KASIH 🙂
Anemia
pada ibu
hamil
Defenisi
Malnutrisi
Anemia ringan : Hb
9-10 gr %
Anemia sedang
:Hb 7-8 gr %
Anemia berat : Hb
< 7 gr %
Anemia defisiensi besi
adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya adalah
pemberian tablet besi yaitu keperluan
zat besi untuk wanita hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan.
Lanjutan....
Prognosis:
a. Prognosis Anemia defesiensi besi dalam kehamilan
umumnya baik bagi ibu dan anak . Persalinan dapat
berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau
komplikasi lain
b. Pencegahan dan Pengobatan:
Di daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi
sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat ferrosus atau
glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu, ibu di
beri nasehat untuk makan lebih banyak protein dan sayur
yang banyak mengandung mineral dan vitamin.
Anemia megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan karena
defesiensi asam folat.
Diagnosis:
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila
ditemukan megeloblas atau promegaloblas
dalam darah atau sum-sum tulang belakang
Prognosis:
Anemia megaloblastik dalam kehamilan
mempunyai prognosis cukup baik Pengobatan
dengan asam folat hampir selalu berhasil.
Lanjutan.........
Pengobatanya
Tergantung pada jenis anemia ini serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka
infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah.
Namun pada beberapa jenis obat-obtan, hal ini
tidak memberikan hasil sehingga penambah darah
berulang dapat membantu penderita.
Tanda dan gejala
1. lemah,
2. pucat,
3. mudah pingsan,
4. Selera makan hilang
5. tekanan darah dalam batas normal
6. Palpitasi,
7. berkunang-kunang,
8. perubahan jaringan epitel kuku,
9. gangguan sistem neuromuskular,
10.disphagia, dan pembesaran kelenjar limpa
Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada
Kehamilan
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan dapat memberatkan
penyakit jantung yang dideritanya. Dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab
kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau persalinan.Penyakit jantung dalam kehamilan
merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau persalinan. Pasien
dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan. Klasifikasi fungsional yang diajukan oleh New
York Heart Association adalah:1,2,3,4
• Klas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi kegiatan fisik).
• Klas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat (bila melakukan aktifitas fisik maka
terasa lelah, jantung berdebar-debar, sesak nafas atau terjadi angina pektoris).
• Klas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit saja merasa lelah, sesak nafas, jantung
berdebar).
• Klas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan (memperlihatkan gejala-gejala dekompensasio
walaupun dalam istirahat). Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus atau
kematian intrauterin karena oksigenasi janin terganggu. Dengan kehamilan pekerjaan jantung menjadi
sangat berat sehingga klas I dan II dalam kehamilan dapat masuk ke dalam klas III atau IV.
EPIDEOMOLOGI
• Di Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1 –
2%. Penyakit jantung rematik merupakan jenis penyakit jantung terbanyak, dan lebih dari 90%
biasanya dengan kelainan katup mitral (stenosis katup mitral), disusul penyakit jantung kongenital
dan penyakit otot jantung Free PPT _ Click to add title
• Meskipun banyak kasus penyakit jantung dengan kehamilan dijumpai di klinik dan rumah sakit di
Indonesia, akan tetapi hanya sedikit yang pernah dilaporkan dalam tulisan ilmiah. Dari laporan
pendahuluan mengenai insiden kelainan jantung pada kehamilan diperoleh angka
• 3,1 % dari sekitar 20 % penderita yang dirawat di Bagian Kebidanan dan Kandungan
RSCM/FKUI Jakarta dan dikonsulkan ke kardiologis (Aziz, Hartanuh, Sugeng dan Samil).
Menurut Samil angka kematian penyakit jantung di Bagian Kebidanan dan Kandungan RSCM
Jakarta merupakan urutan keempat setelah eklamsia, perdarahan dan infeksi.
EPIDEOMOLOGI
• Mortalitas terbanyak pada multipara sebesar 1,6 %, dengan insiden 1,21 % dari seluruh kasus
obstetric/ginekologis yang dirawar di bagian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang
DW, Suhatno Djoko Sumantri terhadap 4741 kasus persalinan di RSU Dr.
• Soetomo Surabaya selama empat tahun (1990-1993), didapatkan ibu hamil dengan penyakit
jantung (tidak termasuk hipertensi dalam kehamilan) adalah 31 kasus per tahun atau 0,65 %
per tahun dengan angka kematian sebesar 4,88 %.
• Dibandingkan dengan 0,3 % per tahun 91972-1973) dan 0,5% per tahun (1978-1982), angka
kejadian ibu hamil dengan penyakit jantung tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari
tahun ke tahun.1
ETIOLOGI
• Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder. Kelainan primer akibat kelainan
kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati. Sedangkan sekunder akibat penyakit lain seperti
hipertensi, anemia berat, dan lain-lain
Kehamilan dan Fisiologi Kardiovaskuler
Penanganan Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi penambahan berat badan yang
berlebihan, anemia secepat mungkin diatasi, infeksi saluran pernafasan atas dan preeklampsia sedapat-
dapatnya dijauhkan karena sangat memberatkan pekerjaan jantung. Saat-saat berbahaya adalah pada
kehamilan 28 – 32 minggu karena merupakan puncak hemodilusi, partus kala II karena venous return yang
meningkat saat mengedan, dan masa postpartum sebagai akibat kembalinya cairan tubuh ke dalam sistim
sirkulasi sehingga beban jantung bertambah berat.
• a) Kelas I dan II Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan
pervaginam. Namun tetap harus diwaspadai terjadinya gagal jantung pada kehamilan, persalinan dan nifas.
Faktor pencetus utama terjadinya gagal jantung adalah endokarditis, oleh karena itu semua wanita hamil
dengan penyakit jantung harus sedapat mungkin dicegah terjadinya infeksi terutama infeksi saluran napas
atas . Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan,
yaitu : 1. cukup istirahat ( 10 jam istirahat malam, ½ jam setiap kali setelah makan ) dan hanya pekerjaan
ringan yang diizinkan. 2. harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan orang-orang yang dapat
menularkan infeksi saluran nafas atas, merokok, penggunaan obat-obat yang memberatkan pekerjaan
jantung. 3. tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui, seperti adanya batuk, ronki basal,
dispnoe dan hemoptoe.
• Kelas III dan IV Bila seorang ibu hamil dengan kelainan jantung kelas III dan IV ada dua
kemungkinan penatalaksanaan yaitu : terminasi kehamilan atau meneruskan kehamilan dengan
tirah baring total dan pengawasan ketat, dan ibu dalam posisi setengah duduk. Kelas III sebaiknya
tidak hamil, kalau hamil pasien harus dirawat di Rumah Sakit selama kehamilan, persalinan dan
nifas, dibawah pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli kebidanan, atau dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan abortus terapeutikus. Persalinan hendaknya pervaginam dan dianjurkan untuk
sterilisasi. Kelas IV tidak boleh hamil. Kalau hamil juga, pimpinan yang terbaik ialah
mengusahakan persalinan pervaginam.
• Pengawasan Nifas Pengawasan nifas sangat penting diperhatikan, mengingat kegagalan jantung
dapat terjadi pada saat nifas, walaupun pada saat kehamilan atau persalinan tidak terjadi
kegagalan jantung. Komplikasi-komplikasi nifas seperti perdarahan post partum, anemia, infeksi
dan tromboemboli akan lebih berbahaya pada pasien-pasien dengan penyakit jantung. Sebaiknya
penderita penyakit jantung dirawat di rumah sakit sekurang-kurangnya 14 hari setelah melahirkan
dengan istirahat dan mobilisasi tahap demi tahap serta diberi antibiotika untuk mencegah
endokarditis. Laktasi dibolehkan bagi wanita yang sanggup secara fisik, namun bagi penderita
penyakit jantung kelas III dan IV tetap dilarang untuk menyusui.
Asuhan Antenatal dan Kontrasespsi
Sebagian besar wanita hamil dengan penyakit jantung sudah mengetahui tentang
kelainan jantung yang d
ialaminya dan biasanya sudah mendapat pengobatan atau bahkan telah menjalani
operasi jantung, jauh sebelum kehamilannya. Oleh karena itu konseling prakonsepsi
memegang peranan penting dalam manajemen penyakit jantung dalam kehamilan.
Dalam konseling prakonsepsi, kepada calon ibu hamil dan partnernya harus
diberikan penjelasan yang menyeluruh tentang kondisi penyakit jantung yang
dialami dan risiko-risiko yang akan terjadi dalam kehamilannya.
TERIMAH KASIH