MELITUS
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
FARMAKOTERAPI
KELOMPOK 3
Poliuri Lemah
Kesemutan
Polidipsi
Mata Kabur
Tidak
Polipagi Khas Khas
Disfungsi Ereksi
BB menurun dengan
sebab tak jelas Luka sulit sembuh
PENATALAKSANAAN
Edukasi
Perubahan perilaku hidup sehat & pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah secara mandiri.
Intervensi Farmakologi
Diberikan bersama dengan pengaturan & latihan jasmani. Terdiri dari : Obat hipoglikemik oral
(OHO), Suntikan ( Seperti sunrikan insulin dan suntikan GLP1/incretin mimetic , Kombinasi
(pemberian OHO & insulin yang dimulai dengan dosis rendah & dinaikkan secara bertahap).
STRATEGI TERAPI
1. Terapi farmakologi
1. Metformin
Pada kasus ini pasien diresepkan metformin dengan dosis 1000 mg sekali sehari selama 4 tahun.
Dosis yang disarankan dimulai dari 500 mg per hari sampai dengan kemampuan fungsional ginjal
pasien, dosis maksimum yang diperbolehkan dalam terapi menggunakan metformin yaitu 2550 mg/hari.
Mekanisme kerjanya yaitu menekan produksi glukosa hepatik, meningkatkan sensitivitas insulin,,
meningkatkan oksidasi asam lemak dan mengurangi penyerapan glukosa dari saluran pencernaan
(Dipiro, 2015)
2. Glyburide
Pada kasus ini pasien diresepkan glyburide dengan dosis 5 mg sekali sehari selama 3 tahun. Dosis
yang dianjurkan yaitu 5 mg/hari dengan dosis maksimal 20 mg/hari. Glyburide masuk ke dalam
golongan sulfonilurea, sulfonilurea umunya dapat ditoleransi dengan baik tetapi sulfonilurea
merangsang sekresi insulin endogen yang menyebabkan adanya resiko hipoglikemia. (Dipiro, 2015).
3. Liraglutide
Liraglutide merupakan agonis reseptor glucagon like-peptide-1 (GLP-1). Liraglutide disetujui oleh
FDA di tahun 2010 sebagai terapi DM tipe 2. Pada kasus DM tipe 2, cukup diberikan injeksi liraglutide
1,2 mg atau 1,8 mg, sedangkan pada obesitas diberikan dengan dosis 3,0 mg (Lowes, 2014).
STRATEGI TERAPI
4. Lisinopril (ACE inhibitor)
ACE inhibitor sangat dianjurkan dalam mengendalikan diabetes. Obat ini merupakan pilihan
pertama untuk penyakit hipertensi dengan kondisi diabetes. Terapi ACE inhibitor mungkin merupakan
bahan antihipertensif yang sangat penting bagi pasien diabetes (Saseen dan Carter, 2005).
Pada kasus ini pasien diresepkan lisinopril dengan dosis 12,5 mg sekali sehari selama 8 tahun.
Dosis yang dianjurkan yaitu 10-40 mg sekali sehari. Lisinopril masuk ke dalam golongan ACE inhibitor,
ACE inhibitor merupakan lini pertama dalam terapi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Selain itu,
lisinopril juga dapat mengatasi penyakit gagal jantung.
5. Atorvastatin
Pada kasus ini pasien diresepkan atorvastatin dengan dosis 40 mg sekali sehari selama 4 tahun.
Dosis yang dianjurkan yaitu 10 mg/hari dengan dosis maksimal 80 mg/hari. Atorvastatin merupakan
obat yang digunakan untuk menurunkan LDL dan trigliserida dalam darah, sekaligus mampu
meningkatkan kadar HDL. Atorvastatin termasuk ke dalam golongan statin atau HMG CoA reductase
inhibitors. Atorvastatin bekerja dengan cara menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A
(HMG-CoA) reductase, suatu enzim yang berperan dalam pembentukan kolestrol. Dengan terhambatnya
kinerja enzim ini kadar kolestrol dalam darah akan berkurang.
STRATEGI TERAPI
2. Terapi Non Farmakologi
1. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan
penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi
baik sebagai berikut :
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25%
2. Mengurangi Asupan Garam
3. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat
menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olah
raga berat, olah raga ringan asal dilakukan
secara teratur akan sangat bagus
pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga
yang disarankan adalah yang bersifat
CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance Training).
STUDI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. Hannah
Umur: 54 Thn
Berat Badan: 85 Kg
Diagnosis :DM Tipe 2, hipertensi,
dislipidemia, dan osteoarthritis
SUBJECT
Pasien seorang wanita bernama Hannah berusia 54 tahun memiliki riwayat diabetes mellitus selama 5 tahun
Berat badan 82 kg, tinggi 62 in, BMI 32,2 kg/m 2
Riwayat penyakit paskamenopause (osteoarthritis), hipertensi, dislipidemia, tidak ada riwayat pankreatitis
dan kanker tiroid
Riwayat penyakit keluarga ayah pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2, ibu pasien meninggal
pada usia 52 tahun karena infark miokard, kakak perempuan pasien (usia 60 tahun) memiliki riwayat
diabetes mellitus tipe 2 yang diterapi dengan insulin
Pasien bekerja sebagai headhunter, perokok (20 tahun yang lalu), Mengkonsumsi alkohol (segelas
wine saat makan malam, hampir setiap malam), tidak mengkonsumsi obat terlarang, aerobik 2 kali
seminggu, bercerai, memiliki 2 orang anak dengan usia 14 dan 12 tahun dalam keadaan sehat
Lowes R. FDA approves liraglutide (saxenda) for weight loss [Internet]. 2014 [cited 2014 December 24]. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/837147
Saseen, J.J, & Carter, B.L., 2005, Essential Hypertension. In: Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs. 8th
Edition Koda-Kimble MA et al eds. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. Pengurus Besar
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia: Jakarta.
Chester, Jennifer Gonik., James L. Rudolph. 2011. Vital Signs in Older Patients : Age-Related Changes. J Am Med Dir
Assoc, Vol. 5: 337-343.
Dipiro, J.T., Dipiro,C.V., Wells, B.G., dan Schwinghammer, T.L. 2015. Pharmacotherapy Handbook. 9th edition. McGraw-
Hill: United States.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.