Anda di halaman 1dari 14

DIABETES

MELITUS

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
FARMAKOTERAPI
KELOMPOK 3

Anggi Nesia Anjani 201803006


Baoshanico Yordania 201804010
Ega Oktaviani 201804014
Mita Fatmawati H 201804030
Putri Aisyah Q.N 201804034
Sarah Najla P.S 201804039
Diabetes mellitus( DM ) bahasa latin nya
mellitus yang artinya rasa manis.
DM yang juga dikenal di Indonesia
dengan istilah penyakit kencing
manis adalah sekelompok gangguan
metabolisme yang ditandai dengan kadar
gula darah yang tinggi selama periode
waktu yang lama.

Diabetes disebabkan oleh pankreas yang


tidak memproduksi cukup insulin, atau sel-
sel tubuh tidak merespons dengan baik
terhadap insulin yang diproduksi
GEJALA KLINIS

Poliuri Lemah
Kesemutan

Polidipsi
Mata Kabur
Tidak
Polipagi Khas Khas

Disfungsi Ereksi
BB menurun dengan
sebab tak jelas Luka sulit sembuh
PENATALAKSANAAN
Edukasi
Perubahan perilaku hidup sehat & pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah secara mandiri.

Terapi Nutrisi Medis (TNM)


Sebaiknya mendapat TNM sesuai kebutuhan guna mencapai sasaran medis, prinsipnya yaitu
makan yang seimbang & sesuai kebutuhan kalori & zat gizi tiap individu serta ditekankan
pentingnya mengatur jadwal makan.
4 pilar penatalaksanaan
penyakit DM
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani dilakukan secara teratur, dianjurkan yang berupa aerobik (jogging, berenang &
jalan kaki), sebaiknya disesuaikan dengan umur & status kesegaran jasmani.

Intervensi Farmakologi
Diberikan bersama dengan pengaturan & latihan jasmani. Terdiri dari : Obat hipoglikemik oral
(OHO), Suntikan ( Seperti sunrikan insulin dan suntikan GLP1/incretin mimetic , Kombinasi
(pemberian OHO & insulin yang dimulai dengan dosis rendah & dinaikkan secara bertahap).
STRATEGI TERAPI
1. Terapi farmakologi
1. Metformin
Pada kasus ini pasien diresepkan metformin dengan dosis 1000 mg sekali sehari selama 4 tahun.
Dosis yang disarankan dimulai dari 500 mg per hari sampai dengan kemampuan fungsional ginjal
pasien, dosis maksimum yang diperbolehkan dalam terapi menggunakan metformin yaitu 2550 mg/hari.
Mekanisme kerjanya yaitu menekan produksi glukosa hepatik, meningkatkan sensitivitas insulin,,
meningkatkan oksidasi asam lemak dan mengurangi penyerapan glukosa dari saluran pencernaan
(Dipiro, 2015)
2. Glyburide
Pada kasus ini pasien diresepkan glyburide dengan dosis 5 mg sekali sehari selama 3 tahun. Dosis
yang dianjurkan yaitu 5 mg/hari dengan dosis maksimal 20 mg/hari. Glyburide masuk ke dalam
golongan sulfonilurea, sulfonilurea umunya dapat ditoleransi dengan baik tetapi sulfonilurea
merangsang sekresi insulin endogen yang menyebabkan adanya resiko hipoglikemia. (Dipiro, 2015).
3. Liraglutide
Liraglutide merupakan agonis reseptor glucagon like-peptide-1 (GLP-1). Liraglutide disetujui oleh
FDA di tahun 2010 sebagai terapi DM tipe 2. Pada kasus DM tipe 2, cukup diberikan injeksi liraglutide
1,2 mg atau 1,8 mg, sedangkan pada obesitas diberikan dengan dosis 3,0 mg (Lowes, 2014).
STRATEGI TERAPI
4. Lisinopril (ACE inhibitor)
ACE inhibitor sangat dianjurkan dalam mengendalikan diabetes. Obat ini merupakan pilihan
pertama untuk penyakit hipertensi dengan kondisi diabetes. Terapi ACE inhibitor mungkin merupakan
bahan antihipertensif yang sangat penting bagi pasien diabetes (Saseen dan Carter, 2005).
Pada kasus ini pasien diresepkan lisinopril dengan dosis 12,5 mg sekali sehari selama 8 tahun.
Dosis yang dianjurkan yaitu 10-40 mg sekali sehari. Lisinopril masuk ke dalam golongan ACE inhibitor,
ACE inhibitor merupakan lini pertama dalam terapi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Selain itu,
lisinopril juga dapat mengatasi penyakit gagal jantung.

5. Atorvastatin
Pada kasus ini pasien diresepkan atorvastatin dengan dosis 40 mg sekali sehari selama 4 tahun.
Dosis yang dianjurkan yaitu 10 mg/hari dengan dosis maksimal 80 mg/hari. Atorvastatin merupakan
obat yang digunakan untuk menurunkan LDL dan trigliserida dalam darah, sekaligus mampu
meningkatkan kadar HDL. Atorvastatin termasuk ke dalam golongan statin atau HMG CoA reductase
inhibitors. Atorvastatin bekerja dengan cara menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A
(HMG-CoA) reductase, suatu enzim yang berperan dalam pembentukan kolestrol. Dengan terhambatnya
kinerja enzim ini kadar kolestrol dalam darah akan berkurang.
STRATEGI TERAPI
2. Terapi Non Farmakologi
1. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan
penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi
baik sebagai berikut :
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25%
2. Mengurangi Asupan Garam

Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak


merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah.
Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam
pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2
gr/ hari (PERKI, 2015)
STRATEGI TERAPI

3. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat
menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olah
raga berat, olah raga ringan asal dilakukan
secara teratur akan sangat bagus
pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga
yang disarankan adalah yang bersifat
CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance Training).
STUDI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. Hannah
Umur: 54 Thn
Berat Badan: 85 Kg
Diagnosis :DM Tipe 2, hipertensi,
dislipidemia, dan osteoarthritis
SUBJECT
 Pasien seorang wanita bernama Hannah berusia 54 tahun memiliki riwayat diabetes mellitus selama 5 tahun
 Berat badan 82 kg, tinggi 62 in, BMI 32,2 kg/m 2
 Riwayat penyakit paskamenopause (osteoarthritis), hipertensi, dislipidemia, tidak ada riwayat pankreatitis
dan kanker tiroid

 Riwayat penyakit keluarga ayah pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2, ibu pasien meninggal
pada usia 52 tahun karena infark miokard, kakak perempuan pasien (usia 60 tahun) memiliki riwayat
diabetes mellitus tipe 2 yang diterapi dengan insulin

 Pasien bekerja sebagai headhunter, perokok (20 tahun yang lalu), Mengkonsumsi alkohol (segelas
wine saat makan malam, hampir setiap malam), tidak mengkonsumsi obat terlarang, aerobik 2 kali
seminggu, bercerai, memiliki 2 orang anak dengan usia 14 dan 12 tahun dalam keadaan sehat

 Pasien alergi dengan kacang


 Pemeriksaan fisik pasien yaitu obesitas tanpa adanya gejala resistensi perifer atau endokrinopati, refleks
ekstermitas bawah berkurang, pemeriksaan funduskopi menunjukkan latar belakang diabetes retinopati
bilateral tanpa adanya edema makula
OBJECT
Pemeriksaan Laboratorium
Data Laboratorium Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Kategori
Nadi 66 bpm 60-100 bpm Normal
(Chester J. G., 2011).
Pernapasan 15 kali/menit 12-20 kali/menit Normal
(Chester J. G., 2011).
Tekanan darah 130/78 mmHg < 120/80 Tinggi
(Dipiro, 2015).
Level A1C 8,6% 6,5% Tinggi
(Dipiro, 2015).
Kadar glukosa darah 174 mg/dL 70-130 mg/dL Tinggi
puasa (Dipiro, 2015).
Kadar glukosa darah 240 mg/dL < 180 mg/dL Tinggi
post prandial (Dipiro, 2015).
Serum kreatinin 1,4 mg/dL 0,6-1,3 mg/dL Tinggi
(Kemenkes RI, 2011)
LDL 94 mg/dL < 100 mg/dL Normal
(Dipiro, 2015).
Trigliserida 189 mg/dL < 150 mg/dL Tinggi
(Dipiro, 2015).
HDL 37 mg/dL < 40 mg/dL Rendah
(Dipiro, 2015).
TERIMA KASIH

Mohon maaf atas kekurangannya karena


kesempurnaan hanyalah milih Tuhan Yang
Maha Esa.
Ikuti Protokol Kesehatan dan Sehat Selalu
Teman-Teman.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, J.T., Dipiro,C.V., Wells, B.G., dan Schwinghammer, T.L. 2015. Pharmacotherapy Handbook. 9th edition. McGraw-
Hill: United States.

Lowes R. FDA approves liraglutide (saxenda) for weight loss [Internet]. 2014 [cited 2014 December 24]. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/837147

Saseen, J.J, & Carter, B.L., 2005, Essential Hypertension. In: Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs. 8th
Edition Koda-Kimble MA et al eds. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia

Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. Pengurus Besar
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia: Jakarta.

Chester, Jennifer Gonik., James L. Rudolph. 2011. Vital Signs in Older Patients : Age-Related Changes. J Am Med Dir
Assoc, Vol. 5: 337-343.

Dipiro, J.T., Dipiro,C.V., Wells, B.G., dan Schwinghammer, T.L. 2015. Pharmacotherapy Handbook. 9th edition. McGraw-
Hill: United States.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai