Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Domperidone

2.1.1 Sifat fisikokimia

Menurut BP (2009), sifat fisikokimia domperidone adalah sebagai berikut:

Rumus struktur:

Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1-il)

propil]piperidin-4-il]-1,3-dihidro-2H-benzimidazol-2-on

Rumus Molekul : C22H24ClN5O2

Berat Molekul : 425,9

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dimetilformamida, sedikit larut dalam

etanol (96%) dan metanol.

Domperidon merupakan antiemetik pilihan pertama di banyak negara. Domperidon


menjadi obat antiemetik dengan mekanisme kerja menghambat aksi dopamin dengan
menginhibisi dopamin pada reseptornya. Obat ini memiliki afinitas yang cukup kuat pada
reseptor dopamin D2 dan D3 yang ditemukan dalam CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) yang
berada pada bagian luar sawar darah otak yang meregulasi nausea dan vomit. Domperidon juga
efektif dalam mengatasi gastroparesis, gastroesophageal pediatrik (muntah bayi). Saat digunakan
secara peroral, domperidon mengalami metabolisme lintas pertama di lambung dan hepatik
sehingga menghasilkan bioavailabilitas yang rendah (sekitar 15%) (Champion, et al., 1986).

Walaupun domperidon dinyatakan lebih aman namun pemberiannya tetap perlu


mendapat perhatian khusus terutama karena ternyata domperidon memiliki efek samping dapat
merangsang kadar prolaktin plasma yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan galaktore
dan ginekomastia. Domperidon dikontraindikasikan dengan penderita yang hipersensitif dengan
domperidon, penderita prolaktinoma dan pada pasien yang mendapat pendarahan, obstruksi
mekanik perforasi gastrointestinal saat terdapat serangan motilitas lambung (Champion, et al.,
1986).

2.2 Validasi metode

Validadi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi
persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi
bahwa metode analisis tersebut dapat sesuai untuk peruntukannya (Gandjar, 2007). Validasi
metode anlisis juga merupakan proses yang dilakukan melalui percobaan laboratorium dimana
karakteristik dari suatu prosedur memenuhi persyaratan untuk aplikasi analisis (USP XXXVII,
2014). Validasi metode merupakan proses untuk memastikan bahwa prosedur yang memenuhi
standar reliabilitas, akurasi, presisi sesuai tujuan yang diharapkan (Ahuja dan Dong, 2005).

Prosedur analisis yang harus divalidasi meliputi beberapa jenis pengujian, yaitu adanya
pengotor, uji limit untuk mengendalikan keberadaan pengotor, serta uji kuantitatif komponen
aktif atau komponen lain dalam produk obat – obatan. Selain itu, terdapat 8 parameter validasi
metode analisis yaitu spesifitas, presisi atau ketelitian, akurasi atau ketepatan, linieritas, kisaran,
limit deteksi, limit kuantitas dan ketangguhan. Pemilihan parameter yang akan diuji tergantung
dari jenis dan metode pengujian yang akan divalidasi (Chan, 2004).

Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dari serangkaian pengukuran
ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini mencerminkan kesalahan acak yang terjadi dalam sebuah
metode. Dua set diterima secara umum kondisi di mana presisi diukur adalah kondisi berulang
dan reproduksi. Presisi biasanya diukur sebagai koefisien variasi atau deviasi standar relative
dari hasil analisis yang diperoleh dari independen disiapkan standar kontrol kualitas (Riyanto,
2014).

Akurasi adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit
yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat tergantung dengan sebaran galat sistematik
didalam keseluruhan tahapan analisis (Gandjar, 2007). Akurasi merupakan ketepatan metode
analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai
sebenarnaya, atau nilai rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali
pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. (Gandjar dan Rohman,
2014).

Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil


pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang terdapat pada sampel pada kisaran
konsentrasi tertentu. Sedangkan rentang metode pernyataan batas terendah dan tertinggi analit
yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan linieritas yang
dapat diterima. Rentang dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set
larutan standart yang telah diketahui konsentrasinya (Ermer dan Miller, 2005). Linieritas dapat
dilihat melalui kurva kalibrasi yang menunjukkan hubungan antara respon dengan konsentrasi
analit pada beberapa seri larutan baku. Dari kurva kalibrasi ini kemudian akan ditemukan regresi
linearnya yang berupa persamaan y=bx+a, dimana x adalah konsentrasi, y adalah respon, a
adalah intersep y yang sebenarnya dan b adalah slope yang sebenarnya. Tujuan dari dibuatnya
regresi ini adalah untuk menentukan estimasi terbaik untuk slope dan intersep y sehingga akan
mengurangi residual error, yaitu perbedaan nilai hasil percobaan dengan nilai yang diprediksi
melalui persamaan regresi linear (Harvey, 2000).

Limit deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai sebenarnya. Limit kuantitas adalah
jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapt ditentukan secara kuantitatif pada tingkat
ketelitian dan ketepatan yang baik. Limit kuantitas merupakan parameter pengujian kuantitatif
untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks yang kompleks dan digunakan untuk
menentukan adanya pengotor atau degradasi produk. Limit deteksi dan limit kuantitasi dihitung
dari rerata kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang diperoleh (ICH,
2005).

2.3 RP HPLC

Sesuai namanya, jenis HPLC ini merupakan kebalikan dari HPLC Fase Normal. Pada
jenis ini, fase diam yang digunakan bersifat non-polar dan fase geraknya bersifat polar.
Pemisahan terjadi karena komponen sampel yang bersifat kurang polar akan melewati kolom
lebih lama dibandingkan komponen sampel yang bersifat lebih polar.

HPLC Fase Terbalik: Senyawa non polar akan melewati kolom lebih lama dibandingkan dengan senyawa polar

Fase diam yang digunakan pada fase ini biasanya merupakan  hidrokarbon alkil non polar
seperti rantai C-8 atau C-18 yang terikat pada basis silika. Kolom C18 atau Oktadesil Silika
(ODS) merupakan jenis yang paling populer digunakan dalam HPLC. Fase gerak yang kerap
digunakan pada fase terbalik adalah campuran air dengan pelarut polar lain seperti Metanol,
Asetonitril, atau Tetrahidrofuran.

Kolom fase terbalik berisi C18 yang terikat pada silika


2.4 MONOGRAFI BAHAN

1. Methanol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak berwarna

Bobot jenis : (15,5 derajat) 0,796 sampai 0,798

Indeks bias : 1,328 sampai 1,329

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Khasiat : Pelarut
DAFTAR PUSTAKA

Champion, M.C., Hartnett, M., dan Yen, M., 1986. Domperidone, a new antagonist. CMAJ:
Canadian Medical Association Journal, , Current Review 135: 457–461.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., dan Lance, L.L., 2008. Drug Information
Handbook, 17th ed. Lexi-Comp, Hudson, Ohio.

Ahuja, S., and M.W. Dong. (2005). Handbook of Pharmaceutical Analysis by HPLC. Volume 7.
New York: Elsevier Academic Press: 35.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi Ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Chan, C.C., dkk. 2004. Analytical method validation and instrument performance verification.
Canada. John Wiley & Sons.

Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi. Deepublish: Yogyakarta

Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Harvey, David. 2000. Modern Analitycal Chemistry. The McGraw-Hill Companies. USA.

Anda mungkin juga menyukai