Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS


TIPE II

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Program Magang Industri/ Praktik Klinik


Keperawatan Komperehensif Stase KMB I, KMB II, dan Keperawatan Gawat Darurat
di Ruang Bandeng 2 RSUD MA Sentot Patrol

Oleh :

ZAKIYAHTUL MISKIYAH
NIM.2006030

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

POLITEKNIK NEGERI INDARAMAYU

2022
A. Definisi

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi baik ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (WHO,
2016).

Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat, tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
problemaanatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor. Pada
Diabetes Melitus didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin. Diabetes Melitus tipe II (DM TII) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (Decroli, 2019)

B. Etiologi

Diabetes Melitus tipe II disebabkan oleh kelainan sekresi insulin dan kelainan
kerja insulin. Pada awalnya terjadi resistensi insulin karena insulin yang berkaitan dengan
reseptor sehingga meningkatkan transport glukosa yang menembus mebran sel.
Berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel mengakibatkan tidak normalnya
insulin. Selanjutnya terjadi kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insulin yang
beredar (Anderson, Wilson, &Dkk, 2006). Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit
Diabetes Melitus yaitu faktor keturunan, bahan beracun, nutrisi, virus dan bakteri
(Novitasari, 2012).

C. Klasifikasi

Organisasi profesi yang berhubungan dengan Diabetes Melitus seperti American


Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis Diabetes Melitus berdasarkan
penyebabnya. PERKENI dan IDAI sebagai organisasi yang sama di Indonesia
menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat oleh
organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015). Klasifikasi Diabetes Melitus berdasarkan
etiologi menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :
1. Diabetes melitus (DM) tipe 1 Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan atau
destruksi sel beta di pancreas kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi
insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain
autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes melitus (DM) tipe 2 Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti yang
diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak
dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di
dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita
Diabetes Melitus tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin
absolut.
3. Diabetes melitus (DM) tipe lain Penyebab Diabetes Melitus tipe lain sangat
bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta, efek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat,
zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan Diabetes Melitus.
4. Diabetes melitus Gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat hamil.
Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil yang
menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2018).

D. Manifestasi Klinis

Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik

Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak
minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan
bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
mudah lelah. Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran
atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
E. Patofisiologi

Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :


1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulinbanyak
terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun
tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus
tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat
relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan
pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi
insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan terjadi
kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif
seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan
kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

F. Kriteria Diagnosa

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.


Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai
keluhan dapat ditemukan pada penyandang Diabetes Melitus. Kecurigaan adanya
Diabetes Melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti (Perkeni, 2015):

a. Keluhan klasik Diabetes Melitus: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.


b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi

pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Tabel 1
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.(B)

Atau

Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (B)

Atau

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.

Atau

Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi


oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). (B)

(Sumber : Perkeni, 2015)


Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria Diabetes Melitus
digolongkan kedalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa terganggu
(TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

a. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma


puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam
b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2-jam
setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa.

c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan


HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.
e.
Tabel 2
Kadar Tes Laboratorium Darah Untuk Diagnosis Daibetes Dan Prediabetes
HbA1c Glukosa darah Glukosa plasma 2 jam setelah
(%) puasa (mg/dL) TTGO (mg/dL)

Diabetes > 6,5 > 126 mg/Dl > 200 mg/dL

Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Normal < 5,7 < 100 < 140

(Sumber : Perkeni, 2015)

G. Pathway
H. Pencegahan

Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu :

1. Pencegahan Premordial

Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat


yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan
faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra. Pencegahan
premodial pada penyakit DM misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga
masyarakat merasa bahwa konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan
yang kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik
bagi kesehatan.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orangorang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi
untuk menderita DM diantaranya :

a. Kelompok usia tua (>45tahun)


b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140/90mmHg)
d. Riwayat keluarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)

Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Oleh karena
sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya telah ditanamkan pengertian
tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga
badan agar tidak terlalu gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.
3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit


dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Dalam
pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin
dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan DM
meliputi:

a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan
kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama
dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit
jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain.

I. Penatalaksanaan Medis

Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM.

1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang diabetes perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%.
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit,
yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance
(CRIPE). Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah
raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit.

3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan
pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.
Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah
mengidap DM dengan penyulit menahun.

4. Obat : oral hipoglikemik, insulin


Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak berhasil
mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian obat
hipoglikemik

J. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data, verifikasi

serta komunikasi data yang mengenai pasien secara sistematis. Pada fase ini

meliputi pengumpulan data dari sumber primer (pasien), sekunder (keluarga

pasien, tenaga kesehtana), dan analisis data sebagai dasar perumusan diagnose

keperawatan(Kozier, Erb, & Dkk, 2010). Fokus pengkajian keperawatan pada

kasus

Diabetes Melitus tipe II (Wahid, 2013).

1. Riwayat kesehatan keluarga


Tanyakan pada klien apakah keluarganya ad yang menderita penyakit
seperti klien
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Tanyakan pada klien berapa lama klien menderita penyakit Diabetes

Melitus, bagaimana cara penanganannya, mendapat terapi insulin jenis

apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja

yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

3. Aktivitas dan istirahat

Tanyakan pada klien apakah merasakan letih, lemah, sulit bergerak atau

berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

4. Sirkulasi
Tanyakan pada klien apakah ada riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada
ektremitas, ada ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah.
5. Integritas ego
Tanyakan pada klien apa sedang mengalami stress atau ansietas
6. Eliminasi
Tanyakan pada klien adanya perubahan pola dalam berkemih, seperti
poliuri, nokturia, dan anuria serta diare.
7. Makanan dan cairan
Tanyakan apakah klien pernah mengalami anorexia, mual, tidak
mengikuti diet, penurunan berat badan, haus dan penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Tanyakan pada klien apakah pernah merasakan pusing, sakit kepala,
kesemutan, kebas kelemahan pada otot, paresthesia, gangguan
penglihatan
9. Nyeri dan kenyamanan
Tanyakan pada klien adanya abdomen tegang, nyeri dengan skala sedang
hingga berat.
10. Pernafasan
Tanyakan pada klien apakah mengalami batuk dengan atau tanpa spuntum
purulent (terganggu adanya infeksi atau tidak).
11. Keamanan
Tanyakan pada klien adanya kuring yang kering disertai gatal, dan ulkus
pada kulit.
12. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pemeriksaan head to toe.
13. Pemeriksaan penunjang
Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl , gula darah puasa > 140 mg/dl,
gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl, peningkatan lipid dan
kolesterol, osmolaritas serum > 330 osm/l.

K. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan dimana


merupakan penialain klinis terhadap kondisi individu, keluarga, atau komunitas baik yang
bersifat actual, resiko, atau masih merupakan gejala. Diagnose keperawatan merupakan
suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik berlangsung actual maupun potensial (PPNI, 2016).
Penilaian ini berdasarkan pada hasil analisis data pengkajian dengan cara berpikir kritis.
Diagnosa yang ditegakkan dalam masalah ini ialah kesiapan peningkatan manajemen
kesehatan (Debora, 2017). Berikut diagnosa yang terkait dengan penyakit Diabetes
Melitus tipe II adalah :

1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah


2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
3. Risiko Komplikasi
4. Kekurangan Volume Cairan
5. Nyeri Akut
6. Kerusakan Integritas Kulit
7. Risiko Injuri
L. Rencana Keperawatan

No. Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan


Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x24 jam
(I.03119)
diharapkan Status Nutrisi
membaik dengan kriteria hasil : Observasi
Kriteria Awal Akhir - Identifikasi status
hasil nutrisi
Berat 1 4 - Identifikasi alergi dan
Badan intoleransi makanan
Frekuensi 1 4 - Identifikasi makanan
makan yang disukai
Nafsu 1 4 - Identifikasi kebutuhan
makan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

- Lakukan oral hygiene


sebelum makan, jika
perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet
- Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selanh
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan
Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 3x24 jam
(I.03116)
diharapkan Status Cairan
membaik dengan kriteria hasil : Observasi
Kriteria Awal Akhir - Periksa tanda dan
Hasil gejala hipovolemia
Frekuensi 1 3 - Monitor intake dan
nadi output cairan
Berat badan 1 3
Terapeutik
Membran 1 3
mukosa - Hitung kebutuhan
cairan
- Berikan posisi
modified trendelenburg
- Berikan asupan cairan
oral

Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk darah

3. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan


Edukasi Kesehatan
Kadar Glukosa keperawatan selama 3x24 jam
(I.12383)
Darah diharapkan Kestabilan Kadar
Glukosa Darah meningkat Observasi
dengan kriteri hasil :
- Identifikasi
Kriteria Awal Akhir
Kesiapan dan
Hasil
kemampuan
Koordina 1 3
menerima
si
informasi

Kesadara 1 3 - Identifikasi faktor-


n faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan
motivasi perilaku
hidup bersih dan
sehat

Terapeutik

- Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan

- Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan

- Berikan
kesempatan untuk
bertanya

Edukasi

- Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat

- Ajarkan strategi
yang dapat
digunakam untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
M. Daftar Pustaka

PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.).

PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil (1st
ed.).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik.

http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/1473/1/6.Anggi%20Maulida%20Permatasari%20%28P07220118066%29.p
df

http://eprints.umpo.ac.id/6179/3/BAB%202.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4283/3/BAB%20II.pdf

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/615/

Anda mungkin juga menyukai