Oleh :
ZAKIYAHTUL MISKIYAH
NIM.2006030
2022
A. Definisi
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi baik ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (WHO,
2016).
Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat, tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
problemaanatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor. Pada
Diabetes Melitus didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin. Diabetes Melitus tipe II (DM TII) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (Decroli, 2019)
B. Etiologi
Diabetes Melitus tipe II disebabkan oleh kelainan sekresi insulin dan kelainan
kerja insulin. Pada awalnya terjadi resistensi insulin karena insulin yang berkaitan dengan
reseptor sehingga meningkatkan transport glukosa yang menembus mebran sel.
Berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel mengakibatkan tidak normalnya
insulin. Selanjutnya terjadi kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insulin yang
beredar (Anderson, Wilson, &Dkk, 2006). Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit
Diabetes Melitus yaitu faktor keturunan, bahan beracun, nutrisi, virus dan bakteri
(Novitasari, 2012).
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak
minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan
bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
mudah lelah. Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran
atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
E. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulinbanyak
terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun
tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus
tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat
relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan
pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi
insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan terjadi
kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif
seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan
kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
F. Kriteria Diagnosa
Tabel 1
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.(B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (B)
Atau
Atau
G. Pathway
H. Pencegahan
1. Pencegahan Premordial
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orangorang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi
untuk menderita DM diantaranya :
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan
kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama
dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit
jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain.
I. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM.
1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang diabetes perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%.
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit,
yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance
(CRIPE). Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah
raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit.
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan
pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.
Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah
mengidap DM dengan penyulit menahun.
J. Pengkajian Keperawatan
serta komunikasi data yang mengenai pasien secara sistematis. Pada fase ini
pasien, tenaga kesehtana), dan analisis data sebagai dasar perumusan diagnose
kasus
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
Tanyakan pada klien apakah merasakan letih, lemah, sulit bergerak atau
4. Sirkulasi
Tanyakan pada klien apakah ada riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada
ektremitas, ada ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah.
5. Integritas ego
Tanyakan pada klien apa sedang mengalami stress atau ansietas
6. Eliminasi
Tanyakan pada klien adanya perubahan pola dalam berkemih, seperti
poliuri, nokturia, dan anuria serta diare.
7. Makanan dan cairan
Tanyakan apakah klien pernah mengalami anorexia, mual, tidak
mengikuti diet, penurunan berat badan, haus dan penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Tanyakan pada klien apakah pernah merasakan pusing, sakit kepala,
kesemutan, kebas kelemahan pada otot, paresthesia, gangguan
penglihatan
9. Nyeri dan kenyamanan
Tanyakan pada klien adanya abdomen tegang, nyeri dengan skala sedang
hingga berat.
10. Pernafasan
Tanyakan pada klien apakah mengalami batuk dengan atau tanpa spuntum
purulent (terganggu adanya infeksi atau tidak).
11. Keamanan
Tanyakan pada klien adanya kuring yang kering disertai gatal, dan ulkus
pada kulit.
12. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pemeriksaan head to toe.
13. Pemeriksaan penunjang
Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl , gula darah puasa > 140 mg/dl,
gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl, peningkatan lipid dan
kolesterol, osmolaritas serum > 330 osm/l.
K. Diagnosa Keperawatan
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan
Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 3x24 jam
(I.03116)
diharapkan Status Cairan
membaik dengan kriteria hasil : Observasi
Kriteria Awal Akhir - Periksa tanda dan
Hasil gejala hipovolemia
Frekuensi 1 3 - Monitor intake dan
nadi output cairan
Berat badan 1 3
Terapeutik
Membran 1 3
mukosa - Hitung kebutuhan
cairan
- Berikan posisi
modified trendelenburg
- Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk darah
Terapeutik
- Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
- Ajarkan strategi
yang dapat
digunakam untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
M. Daftar Pustaka
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil (1st
ed.).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik.
http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/1473/1/6.Anggi%20Maulida%20Permatasari%20%28P07220118066%29.p
df
http://eprints.umpo.ac.id/6179/3/BAB%202.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4283/3/BAB%20II.pdf
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/615/