Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang
terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya.
Dapat terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf,
jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis (American Diabetes
Association, 2020).
Diabetes Melitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu penyakit kronik yang terjadi
ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi
insulin), dan di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin merupakan hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke
sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2019).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik
hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017)
B.Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori klinis yaitu:
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer
2015 dan bare,2015)
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II) Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat
yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
Riwayat keluarga
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diabetes melitus menurut Smeltzer et al, (2013) dan Kowalak (2011), yaitu:
a. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih) yang disebabkan karena
osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang meningkat.
b. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena glukosuria yang menyebabkan
keseimbangan kalori negatif.
c. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa oleh sel menurun.
d. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada kulit.
e. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar glukosa intrasel yang
rendah.
f. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit.
g. Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan karena pembengkakan akibat
glukosa.
h. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan jaringan saraf.
i. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena neuropati otonom yang
menimbulkan konstipasi.
j. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkan karena dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit serta
neuropati otonom.
D. Patofisiologi
Patofisiologi pada DM tipe 1 terdiri atas autoimun dan non-imun. Pada autoimun-mediated DM, faktor
lingkungan dan genetik diperkirakan menjadi faktor pemicu kerusakan sel beta pankreas. Tipe ini
disebut tipe 1A. Sedangkan tipe non-imun, lebih umun daripada autoimun. Tipe non-imun terjadi
sebagai akibat sekunder dari penyakit lain seperti pankreatitis atau gangguan idiopatik
DM tipe 2 adalah hasil dari gabungan resistensi insulin dan sekresi insulin yang tidak adekuat, hal
tersebut menyebabkan predominan resistensi insulin sampai dengan predominan kerusakan sel beta.
Kerusakan sel beta yang ada bukan suatu autoimun mediated. Pada DM tipe 2 tidak ditemukan pertanda
autoantibodi. Pada resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar mungkin tinggi tetapi pada
keadaan gangguan fungsi sel beta yang berat kondisinya dapat rendah. Pada dasarnya resistensi insulin
dapat terjadi akibat perubahan-perubahan yang mencegah insulin untuk mencapai reseptor
(praresptor), perubahan dalam pengikatan insulin atau transduksi sinyal oleh resptor, atau perubahan
dalam salah satu tahap kerja insulin pascareseptor. Semua kelainan yang menyebabkan gangguan
transport glukosa dan resistensi insulin akan menyebabkan hiperglikemia sehingga menimbulkan
manifestasi DM
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict
( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++
), dan merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
F. Penatalaksanaan
a. Diet
TB(cm) -100
Keterangan :
b. Olahraga
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah makan, berarti pula
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan dirangsang pembentukan
glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi
lebih baik
c. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya. Misalnya mendengarkan
pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel mengenai diabetes
d. Pemberian obat-obatan
a) Pengertian
Melakukan tindakan perawatan menganti balutan, membersihkan luka pada luka kotor
b) Tujuan
Mencegah infeksi
Membantu penyembuhan luka
c) Peralatan
o Pinset Anatomi
o Pinset Chirurgis
o Gunting Debridemand
o Kasa Steril
o Kom: 3 buah
o Sarung tangan
o Desinfektant
o NaCl 0,9%
o Verband
d) Prosedur Pelaksanaan
o Mencuci tangan
Tahap orientasi
Tahap kerja
o Menjaga Privacy
o Membuka peralatan
o Membasahi plaster dengan alkohol/wash bensin dan buka dengan menggunakan pinset
o Melakukan debridement
o Merapikan pasien
Tahap Terminasi
o Membereskan alat-alat
o Mencuci tangan
h. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
i. Mengelola pemberian obat sesuai program
pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa obat lain, namun harus
digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia karena dapat menyebabkan anorexia dan
kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum
kretinin yang rendah disebakan karena massa otot yang rendah pada orangtua.
4. Thiazolidinediones
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan efek insulin
dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk pasien
lanjut usia dan tidak menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal
jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif
Profesi perawat mengambil setengah dari total tenaga medis. Dan lagi, masih dibutuhkan 6 juta orang
untuk mengisi kekurangan perawat secara global, berdasarkan data WHO. Kekurangan tersebut
kebanyakan berasal dari negara dengan pendapatan rendah dan menengah.
Harapan WHO adalah perawat terlatih dan yang dipekerjakan dapat naik 8% per tahun untuk menutupi
kekurangan tersebut pada 2030.
Peran perawat pun merupakan bagian penting dalam penanganan diabetes. Tanpa mereka, mencegah
ataupun menghadapi penyakit ganas tersebut akan terasa sulit. Sudah jadi tugas tenaga medis untuk
memberi perhatian terhadap pasiennya. Dan, perawat sangat berperan dalam memberi perawatan
terhadap pasien diabetes.
Dilansir dari laman Royal College of Nursing, perawat melaksanakan kegiatan penting dalam mendukung
pasien diabetesnya. Peran-peran tersebut adalah:
Peran perawat bersama dokter yang pertama adalah mengetes apakah pasiennya memiliki atau berisiko
terhadap penyakit diabetes. Selain lewat keluhan dan gejala fisik, seperti sering buang air kecil atau
proses penyembuhan luka yang lama, perawat juga memindai pasiennya dengan tes yang beragam
jenisnya.
Bila pasien terdeteksi tipe 2, perawat bisa mengambil tindakan pencegahan dan perawatan. Ia akan
menjelaskan faktor risiko dari tipe diabetes tersebut. Selain itu, ia juga akan memberitahu pentingnya
pencegahan atau penghambatan dari permulaan tipe 2.
Perawat juga akan memberikan pasiennya latihan yang berguna dalam menghadapi diabetes. Hal ini
ditambahkan pula dengan menjelaskan cara menjaga berat badan dan pola makan yang baik.
Perawat tidak setiap saat bisa menemani pasien dalam menghadapi penyakitnya. Karenanya, ia
mengembangkan kepedulian pasien untuk bisa merawat dirinya sendiri.
Cara tersebut dilakukannya lewat mengajarkan metode-metode dan mendorong pasien menciptakan
caranya sendiri. Perawat juga akan memerhatikan kemampuan pasien dalam merawat dirinya sendiri.
Pengidap diabetes tentu akan merasa tertekan dengan penyakit yang dideritanya. Hal ini bisa menguras
mentalnya dan bisa berdampak pada penyakitnya. Pada saat ini jugalah tugas perawat sangat penting.
Perawat perlu memberikan pemahaman dan kesadaran kepada pasien akan hal ini. Ia biasanya akan
mendata apakah pasien mengabaikan pengobatannya, mood serta penampilannya berubah atau tidak,
dan apakah ia merasa depresi.
Penderita diabetes harus mengontrol kadar gula darah di tubuhnya. Makanan pun menjadi faktor utama
yang memengaruhi jumlah gula darah tersebut. Perawat tidak lelah-lelahnya memberitahu dan
menyarankan pola makan terbaik bagi pasiennya.
Perawat yang baik akan memberitahu makanan dan minuman apa yang tidak boleh disantap. Ia juga
dapat mengukur dan mencatat lingkar pinggang, tinggi, dan berat secara akurat. Tentunya ia akan
menjaga pasien tetap dalam pola makanan bernutrisi dan ramah pengidap diabetes
Pada penggunaan alat, perawat juga akan memantau tingkat glukosa darah pasien. Pasien yang diamati
memiliki gula darah rendah (hipoglikemia) akan diberi glukosa.
6. Mengaplikasikan Obat
aik secara oral ataupun suntikan, perawat akan memberikan penjelasan seputar obat yang perlu
dikonsumsi pasien. Perawat yang menangani pasien diabetes pun sudah paham dan terlatih dalam
mengaplikasikan kedua obat tersebut.
Penderita diabetes bisa kekurangan (hypoglycaemia) atau kelebihan (hyperglycaemia) gula darah. Peran
perawat diperlukan di sini dalam menjelaskan tanda dan gejala kedua kondisi tersebut. Ia juga harus
memahami cara mengetes kondisi tersebut, seperti dalam tes darah atau keton.
Bahkan, perawat juga perlu mengenal kondisi tersebut pada orang yang lebih tua. Sebab, orang yang
lebih tua mungkin memiliki kondisi asimptomatik atau tidak menunjukkan gejala apa pun pada
perubahan gula darahnya.
Itu dia peran perawat yang begitu penting untuk mendukung kesehatan pengidap diabetes. Meski
dokter sangat berjasa dalam mengobati pasiennya, kehadiran perawat pun memiliki andil yang besar
dalam pemulihan pasien dan perpanjangan tangan dokter yang tidak bisa diabaikan.