Diajukan Guna Memenuhi Tugas Program Magang Industri (PMI) Praktek Klinik
Keperawatan Komperehensif Stase Keperawatan Dasar di Ruang ICU RSUD
Kabupaten Indramayu Tahun 2022
Disusun oleh :
Zakiyahtul Miskiyah
2006030
D3KP3A
2022
Jl. Lohbener Lama No.08, Legok, Kec. Lohebener, Kab. Indramayu Jawa Barat 45252
TELEPON : (0234)5746464
A. Pengertian
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan (Tarwoto &
Wartonah, 2006). Cairan yang bersikulasi di seluruh tubuh di dalam ruang cairan
intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit merupakan
sebuah unsur atau senyawa yang jika melebur atau larut di dalam air atau pelarutlain,
akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik (Potter & Perry, 2006).
B. Penyebab
C. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit
volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui
kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi
semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intavaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau
rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan. Kelebihan volume
cairan terjadi apabila tubih menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan volume cairan hampir
selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebiham cairan
terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses
regulasi keseimbangam cairan.
D. Manifestasi Klinis
1. Hipovolemia
2. Hipervolemia
a. Sesak nafas
b. Ortopnea
c. oedema
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat
badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan
jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya
kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa.
Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering
disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
b. Aktivitas
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water
loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang
bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja
berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada
ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas
dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan
kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.
Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik
yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel
atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita
diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan
melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan
kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi defist
cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan airdalam tubuh.
i. Pembedahan
a. Input
input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman, makanan, ataupun
cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik secara oral maupun parenteral.
Cairan yang termasuk input yaitu :
1) minuman dan makanan
2) terapi infus
3) terapi injeksi
4) air metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5) NGT masuk
b. Ouput
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam. Cairan
tersebur berupa :
1) muntah
2) feses
3) Insensible Water Loss (IWL)
4) Cairan NGT terbuka
5) Urine
6) Drainase atau perdarahan
1. Riwayat kesehatan
2. Pengaturan klinik
3. Pemeriksaan fisik
a. Integumen: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung.
c. Mata: Cekung, air mata kering.
d. Neurologi: Refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntahmuntah, dan
bising usus.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jenis urin, dan analisa gas darah.
H. Diagnosis Keperawatan
1. Hipovolemia
2. Hipervolemia
I. Perencanaan Keperawatan
Terapeutik :
- timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
- batasi asuapan cairan garam
- tinggikan kepala tempat
tidur 30-40 derajat
Edukasi :
- anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5 Ml/kg/jam
dalam 6 jam
- anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
- ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
diuretik
- kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik
- kolaborasi pemberian
continous renal replacement
therapy (CRRT), jika perlu.
J. Daftar Pustaka
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1464/1/SIAP%20BAKAR-PARTO.pdf
https://www.academia.edu/34863309/LAPORAN_PENDAHULUAN
https://www.slideshare.net/masantian/2-lp-kebutuhan-cairan-dan-elektrolit
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/17963/132500144.pdf?sequence
=1&isAllowed=y