Anda di halaman 1dari 76

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM

TERPADU
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA (FKTP)
dr. Neno Fitriyani Hasbie, M.Kes
dr. Neno Fitriyani Hasbie, M.Kes
• Pendidikan:
FK UKI 2012
Pasca Sarjana FKM Universitas Malahayati 2016
• Pekerjaan
Global Fund Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2018-
sekarang)
Universitas Malahayati (2013 – sekarang)
• Alamat Korespondensi: jl. Pramuka no. 27, Universitas
Malahayati
• Email: neno_hasbie@yahoo.com
• No. Hp: 081386290439
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) TERPADU
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan upaya Pencegahan PTM
Terpadu di FKTP

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
• Menjelaskan pengertian penyakit diabetes melitus dan gangguan metabolik serta faktor
risikonya
• Melakukan upaya promotif dan preventif Penyakit Diabetes melitus dan gangguan metabolik
• Melakukan deteksi dini faktor risiko Diabetes melitus dan gangguan metabolik

Tingkat Kemampuan 4A
Pokok Bahasan
• DIABETES MELITUS DAN
OBESITAS
• DETEKSI DINI FAKTOR
RISIKO PTM
• PROMOTIF PREVENTIF
• PENANGGULANGAN PTM
Latar belakang
72 % PTM sebagai
Penyebab Kematian
TREN PTM DAN FAKTOR RISIKONYA

Indikator obesitas pada dewasa yaitu IMT ≥ 27,0


Indikator obesitas sentral, yaitu lingkar perut perempuan > 80 cm dan Laki-laki > 90 cm
DIABETES MELITUS
Pengertian

• Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
PREVALENSI DM
PREVALENSI DIABETES MELITUS BERDASARKAN DIAGNOSIS
DOKTER PADA PENDUDUK UMUR ≥ 15 TAHUN MENURUT
PROVINSI, 2013-2018

PREVALENSI DM MENURUT
HASIL RISKESDAS
8.5%

6.9%

5.7%

Tahun 2007 Tahun 2013 Tahun 2018


WHO: kenaikan jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. 10
Klasifikasi DM
1. Diabetes Melitus Tipe 1
• Defisiensi insulin absolut akibat destruksi sel beta. Penyebab: infeksi virus dan idiopatik.

2. Diabetes Melitus tipe 2


Defisiensi insulin secara relatif, dapat berupa :
• Defek sekresi insulin lebih dominan dari pada resistensi insulin
• Resistensi insulin lebih dominan dari defek sekresi insulin.
ATAU
• kumPulan gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan
sekresi insulin atau kedua-duanya.

3. Diabetes Melitus Tipe lain


• Defek genetik fungsi sel beta
• Defek genetik kerja insulin
• Penyakit eksokrin pankreas
• Endokrinopati
• Karena obat/zat kimia
• Infeksi
• Imunologi (jarang)
• Sindroma genetik lain

4. Diabetes Melitus Kehamilan (Gestasional)


Faktor Risiko
1. Tidak dapat dimodifikasi:
• Usia ≥ 40 tahun
• Ada riwayat keluarga diabetes melitus
• Riwayat pernah menderita diabetes gestasional
• Riwayat berat badan lahir rendah, kurang dari 2500 gram.
• Riwayat melahirkan Bayi dgn BBL > 4 kg

2. Dapat dimodifikasi:
• Kegemukan (BB  120% BB idaman atau IMT  23 kg/m2) dan lingkar perut pria ≥ 90 cm dan
wanita ≥ 80 cm
• Kurangnya aktivitas fisik
• Hipertensi, tekanan darah diatas 140/90 mmHg
• Riwayat dislipidemia, kadar lipid (Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau Trigliserida  250 mg/dl)
• Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
• Diet tidak sehat, dengan tinggi gula dan rendah serat
• Merokok.
TANDA DAN GEJALA DM
Keluhan Klasik, yaitu:
• Sering kencing (poliuri)
• Cepat lapar (polifagia)
• Sering haus (polidipsi)
• Berat badan menurun cepat tanpa penyebab
yang jelas.

Keluhan lainnya, yaitu:


• Lemah
• Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung
ekstremitas)
• Gatal
• Mata Kabur
• Disfungsi ereksi
• Pruritus vulvae pada Wanita
• Luka sulit sembuh.
DIAGNOSIS KLINIS DAN KRITERIA
DIAGNOSTIK

Diagnosis Klinis:
• Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah dengan bahan darah plasma
vena. pemeriksaan glukosa secara enzimatik.
• Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
glukosa darah kapiler dengan glukometer.
• Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
KRITERIA DIAGNOSIS

 Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah pada suatu waktu (kapan saja) tanpa mempertimbangkan jadwal atau
waktu makan tertentu.
 Puasa disini adalah tidak adanya asupan kalori selama minimal 8 jam.
 tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram
Pre-diabetes
KOMPLIKASI DIABETES
• Indonesia : tiga negara di dunia dengan
jumlah penderita prediabetes tertinggi Cataract CVA
• Penduduk dewasa berusia 20-79 tahun (27,7 Retinopathy

juta penduduk), setelah Cina (48,6 juta) dan Blindness Premature coronary artery disease
(angina, MI, CHF)
Amerika Serikat (36,8 juta).
International Diabetes Federation 2017, Autonomic (Gastroparesis, diarrhea)
Nephropathy
(renal failure)

Pre Diabetes Impotence


• Menyebabkan komplikasi
• Progresi menjadi Diabetes Peripheral
Vascular Disease
• Mengobati Pre-diabetes lebih murah (amputation)

dibanding Diabetes Peripheral Neuropathy (pain,


loss of sensation
INDIVIDU DICURIGAI PREDIABETES JIKA
MEMPUNYAI RIWAYAT BERIKUT

Kelebihan berat badan (IMT ≥25) dan setidaknya mempunyai 1


faktor risiko tambahan (Point 1 )
• Mempunyai Riwayat keluarga menderita DM
• Wanita dengan sindrom ovarium polikistik
• Hipertensi (≥ 140/90 mmHg atau sedang menjalani pengobatan hipertensi)
• Kadar kolesterol HDL <35 mg / dL dan / atau kadar trigliserida> 250 mg / dL

Mempunyai riwayat prediabetes sebelumnya

Mempunyai riwayat diabetes gestasional


5 PILAR PENGELOLAAN DIABETES MELITUS SESUAI
STANDAR
Diet
Management

Oral Anti
Diabetic And Physical
or Insulin Activity
Injection

QoL

Monitoring Education
OBESITAS

Bukan hanya masalah kosmetik


Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik
dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, DM, kanker,
osteoartritis, dll
KONDISI OBESITAS DI INDONESIA

~1 dari 5
35.4% dewasa (68 20% anak usia 5-12
juta) mempunyai tahun mempunyai
obesitas kelebihan berat badan
dan obesitas

Adult obesity is BMI ≥ 25; childhood overweight is Z-score > 1.0 to < 2.0; childhood obesity is Z-score > 2.0
Indonesia population – 275,000,000; adults – 192,000,000
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Hasil utama riskesdas 2018. Available at
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf. Accessed
on 01 Mar 2021
Indonesia Population 2021 (Demographics, Maps, Graphs) (worldpopulationreview.com) (accessed on 01 March 2021)

Kemenkes, Riskesdas 2018


Obesitas di Indonesia
Asupan Energi Pengeluaran Energi

Asupan Hedonik Lingkungan Makanan terproses


Makanan enak meningkat
Urbanisasi cepat
Perilaku malas/inaktif
Merokok
Faktor psikososial
Jaringan lemak Pankreas Usus Genetik Medikasi

Obesitas Diabetes Gula darah: Tinggi


Tipe 2 GDP >126
GDSM >200

Prediabetes
Sindrom Metabolik Komplikasi Makrovaskuler
Gula darah: Naik dan Mikrovaskuler
GDP: 100-125
GDSM: 140-<200
Obesitas: Definisi pada orang dewasa
• Obesitas merupakan penumpukan lemak berlebihan di dalam tubuh
• 2 cara sederhana menentukan obesitas: 1 dengan mengukur lingkar perut dan ke 2
dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT)
• Obesitas sentral: lingkar perut: laki-laki >90 cm; perempuan >80 cm
• Rumus indeks masa tubuh (IMT): sebagai berikut
IMT (kg/m2)

Western1 Asian2
Berat (kg)
IMT = Normal ≥18.5 and <25 ≥18 and <23
Tinggi (m )2 2
Pre-obesitas ≥25 and <30 ≥23 and <25

Obesitas ≥30 ≥25

1. WHO. Obesity: preventing and managing the global epidemic. 2000. Available from https://www.who.int/nutrition/publications/obesity/WHO_TRS_894/en/. Accessed May 2020;
2. Misra A et al. J Assoc Physicians India 2009;57:163–70;
DETEKSI DINI DIABETES MELITUS DAN OBESITAS

CEK KADAR
GULA DARAH

INDEKS
CEK LINGKAR MASSA
PERUT TUBUH (IMT)
PEMANTAUAN BERAT BADAN DENGAN
KARTU PANTAU
PENGELOLAAN PENCEGAHAN OBESITAS DI FKTP
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama WAJIB melakukan tatalaksana obesitas
sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktek Klinis bagi Dokter di
FKTP dengan
Kompetensi 4A dimana seorang dokter di FKTP harus mampu membuat diagnosis
klinik dan melakukan penatalaksanaan obesitas secara mandiri dan tuntas.

PENGATURAN PENGATURAN
PENGATURAN AKTIVITAS PENGATURAN PERILAKU
POLA MAKAN DAN LATIHAN WAKTU TIDUR MENGELOLA
STRESS
FISIK
Pokok Bahasan
• DIABETES MELITUS DAN
OBESITAS
• PROMOTIF PREVENTIF
• DETEKSI DINI FAKTOR
RISIKO PTM
• PENANGGULANGAN PTM
DETEKSI DINI
FAKTOR RISIKO PTM

CEK
TEKANAN
Deteksi Dini
DARAH
Gangguan
Penglihatan &
CEK Pendengaran
KADAR
GULA
DARAH

DETEKSI DINI
CEK
KANKER
LINGKAR LEHER RAHIM
PERUT/BMI

UNTUK
PEREMPUAN

29
DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO
PTM
Deteksi dini dilakukan untuk menemukan faktor risiko PTM
sedini mungkin agar dapat diintervensi dengan tepat dan cepat
sehingga tidak berlanjut menjadi PTM
Kegiatan deteksi dini faktor risiko ini dapat dilakukan secara
mandiri, berkelompok maupun di fasilitas pelayanan
kesehatan
 Deteksi dini berkelompok dapat dilakukan di tingkat desa
melalui Posbindu, perkantoran, perusahan dan sekolah /
kampus

30
DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PTM
POSBINDU PTM WAKTU DETEKSI DINI
• Posbindu adalah Upaya • Orang sehat memeriksakan
Kesehatan Berbasis Masyarakat kesehatan minimal 1 tahun sekali
yaitu kegiatan diselenggarakan • Orang berisiko memeriksakan
dari, oleh dan untuk masyarakat kesehatan 3 bulan sampai 6 bulan
• Posbindu merupakan bentuk sekali setiap tahun
peran serta masyarakat dalam • Orang sakit tidak ke Posbindu tetapi
pembangunan kesehatan sebulan sekali ke fasilitas pelayanan
sebagai wujud kepedulian dan kesehatan menggunakan BPJS
tanggung jawab indvidu
terhadap kesehatan dirinya
sendiri
31
KEGIATAN POSBINDU DAN KIT
POSBINDU

ALAT UKUR BERAT BADAN ALAT UKUR


LINGKAR PERUT

ALAT UKUR
TEKANAN DARAH ALAT UKUR ALAT UKUR
TINGGI BADAN GULA DARAH

32
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PTM SECARA
MANDIRI MAUPUN DI POSBINDU

1. Berat Badan
2. Tinggi Badan
3. Lingkar Perut
4. Tekanan Darah
5. Gula Darah Sewaktu mg/dL
6. Tajam Penglihatan
7. Tajam Pendengaran

33
DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PTM DI FKTP
Antara Lain :
1. Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
2. Pemeriksaan Kanker Leher Rahim Dengan IVA
3. Pemeriksaan Darah Lengkap untuk Thalasemia
4. Pemeriksaan Indera Penglihatan dengan
Snellen Chart dan Indera Pendengaran dengan
Tes Garpu Tala
5. Pemeriksaan Gas CO untuk Deteksi Perokok

34
PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN
FAKTOR RISIKO PTM:

1. Berat Badan 8. Pemeriksaan Payudara

2. Tinggi Badan Sendiri (SADARI)


9. Pemeriksaan Payudara
3. Lingkar Perut
Klinis (SADANIS)
4. Tekanan Darah
10. Pemeriksaan Kanker
5. Gula Darah Sewaktu Rahim Dengan IVA

6. Tajam Penglihatan 11. Thalasemia

7. Tajam Pendengaran
35
1. BERAT BADAN :
Persiapan :
a.Ambil timbangan dari kotak karton dan keluarkan dari
bungkus plastiknya.
b.Letakkan alat timbang pada lantai yang keras dan datar.
c. Warga posbindu PTM yang akan ditimbang diminta
membuka alas kaki dan jaket serta mengeluarkan isi
kantong yang berat seperti kunci.
d.Pastikan timbangan pada nilai pengukuran pada angka 0.
Prosedur : Sesuai tatalaksana penimbangan.

36
2. TINGGI BADAN :

Pengukuran tinggi badan (cm)


dimaksudkan untuk mendapatkan data
tinggi badan semua kelompok umur.

Persiapan :
Gunakan alat pengukur tinggi badan :
microtoise dengan kapasitas ukur 2
meter dan ketelitian 0,1 cm.
Prosedur : Sesuai tatalaksana

37
BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN IDEAL

38
3. LINGKAR PERUT :
Dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
obesitas abdominal/ sentral.
1. Alat yang dibutuhkan :
a. Ruangan yang tertutup dari
pandangan umum. Jika tidak ada
gunakan tirai pembatas
b. Pita pengukur
c. Spidol atau pulpen.
2. Jelaskan tujuan pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam
pengukuran.
39
MENGUKUR LINGKAR PERUT (LP)
Tetapkan batas atas ujung lengkung tulang pangkal
panggul, tandai dengan spidol

Ambil titik tengah,


Tandai dengan spidol point 2 dan 3

2 4
MENGUKUR LINGKAR PERUT (LP)

7
6
PENGUKURAN BADAN LEBIH
/OBESITAS
• Pengukuran berat badan dan tinggi badan
dilakukan untuk mendapatkan nilai IMT
Obesitas.
• Penilaian IMT menggunakan rumus :
IMT = Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (m)²
• Cut off ≥ 27 penentu kategori obesitas (dewasa
asia)

42
PEMERIKSAAN KADAR GULA
DARAH
Alat dan bahan :
 Alat pemeriksaan kadar gula darah lipid (Analyzer)
 Test strip gula darah dan kolesterol
 Auto lancet (Autoclix)
 Lancet
 Pipet ukuran 40uL untuk panel test strip dan 15 uL untuk
single test strip
 Alkohol 70%
 Kapas
 Tissue kering

44
PEMERIKSAAN DENGAN
GLUKOMETER
(DISESUAIKAN JENIS GLUKO-
METER) :
 Masukkan tes strip bila gambar strip tes muncul
 Bersihkan ujung jari (jari manis/jari
tengah/telunjuk) dengan kapas yang telah diberi
alkohol 70%, keringkan.
 Tusukkan lancet/autoclix pada ujung jari secara
tegak lurus, cepat dan tidak terlalu dalam.
 Usap dengan kapas steril kering
setelah darah keluar. Sentuhkan satu/
dua tetes darah
 Baca hasil glukosa darah.

45
PEMERIKSAAN DENGAN
GLUKOMETER

46
INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN
KADAR GULA DARAH
Glukosa Darah Puasa Glukosa Plasma 2 jam Gula Darah Sewaktu
Kriteria
(mg/dL) setelah TTGO (mg/dL) (mg/dL)

Diabetes > 126 > 200 > 200*

Prediabetes 100 -125 140-199 140-199**

Normal < 100 < 140 <100

Catt :
* dalam 2 kali pengukuran
** perlu konfirmasi Toleransi Glukosa Terganggu/ Gangguan Toleransi Glukosa
(TTGO), Namun bila tidak memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan gula darah
2 jam PP

47
PEMERIKSAAN KOLESTEROL
Alat dan bahan :
 Alat pemeriksa kadar kolesterol
 Strip Test kolesterol
 Auto lancet (Autoclix) Tuliskan nilai/kadar kolesterol hasil pemeriksaan sesuai
 Lancet kriteria :
 Alkohol 70% /Alkohol Swab - (N) Normal : bila kadar kolesterol total < 190 mg /dL
 Kapas - (T) Tinggi : Bila kadar kolesterol total ≥ 190 mg / dL
 Tissue kering
 Sarung tangan
 Kotak limbah benda tajam/safety box

•Pemeriksaan menggunakan alat cek kolesterol (disesuikan dengan jenis alat)


• Masukkan tes strip bila gambar strip tes muncul
• Bersihkan ujung jari (jari manis/jari tengah/telunjuk) dengan kapas yang telah diberi alkohol 70%,
keringkan.
• Tusukkan lancet/autoclix pada ujung jari secara tegak lurus, cepat dan tidak terlalu dalam.
• Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar.
• Sentuhkan satu/dua tetes darah
• Baca hasil kolesterol
I
RAJIN AKTIVITAS FISIK

Hal hal yang tidak Dianjurkan bagi Lanjut Usia


1.Waktu latihan inti lebih dari 60 menit.
2.Gerakan tubuh yang memantul (dihentak-hentakkan) dan melompat-lompat.
3.Latihan beban dengan beban berlebihan (mengangkat dumble).
4.Latihan fisik yang mengganggu keseimbangan, seperti berdiri di atas 1 kaki
tanpa berpegangan atau latihan di tempat yang tidak rata dan licin.
5.Gerakan menengadahkan kepala ke belakang dan memutar kepala.
6.Gerakan membungkukkan badan ke depan.
4 PILAR UTAMA
PRINSIP GIZI SEIMBANG

11/25/2023 51
Pengaturan Pola Makan

Porsi dan Komposisi Sajian Sekali


Makan Yang di Anjurkan untuk orang
dengan berat badan lebih/obesitas
Porsi dan Komposisi Sajian Sekali Makan Yang di
Anjurkan untuk mencegah obesitas 52
D. Charta prediksi resiko
cardiovaskular
Cara penggunaan tabel prediksi risiko ptm
(Dengan hasil laboratorium)

1. Tentukan dahulu apakah orang 5. Tekanan darah (TD) yang dipakai adalah tekanan
yang diperiksa penyandang DM darah sistolik – lihat nilai sistolik pada lajur paling
atau tidak. Gunakan kolom yang kanan.
sesuai dengan statusnya. 6. Lihat kolom konversi kadar kolesterol total pada lajur
2. Kemudian tentukan kolom jenis bawah (pada tabel digunakan satuan mmol/l,
kelaminnya (laki-laki di kolom kiri sedangkan di Indonesia umumnya menggunakan
dan perempuan di kolom kanan). satuan mg/dl, angka konversi tercantum).
3. Tentukan status merokok apakah 7. Tarik garis dari blok umur ke arah dalam, kemudian
merokok atau tidak, sesuaikan di tarik garis dari TD ke arah dalam dan nilai kolesterol
kolomnya masing-masing ke atas, angka dan warna kotak yang tercantum pada
4. Selanjutnya tetapkan blok usia. titik temu antara kolom umur, TD, dan kolom
Lihat lajur angka paling kiri kolesterol menentukan besarnya risiko untuk
(misalnya untuk usia 46 tahun mengalami penyakit kardiovaskular dalam kurun
pakai blok usia 45-49 tahun, 68 waktu 10 tahun mendatang.
tahun pakai blok 65-69 tahun, dst 8. Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan
dengan tata laksana
TATA LAKSANA HASIL PREDIKSI RISIKO
MENGGUNAKAN HASIL LABORATORIUM

Risiko PJPD < 5% Risiko PJPD 5-10% Risiko PJPD 10-20% Risiko PJPD >20%

Diet termasuk Diet termasuk Diet termasuk Diet termasuk rendah


rendah lemak, rendah lemak, rendah lemak, lemak, aktivitas fisik,
Konseling aktivitas fisik, Konseling aktivitas fisik, Konseling aktivitas fisik, Konseling UBM,dan berhenti
UBM,dan berhenti UBM,dan berhenti UBM,dan berhenti minum alkohol
minum alkohol minum alkohol minum alkohol
Penggunaan Obat
Pertimbangkan Pertimbangkan Pertimbangkan Hipertensi dan DM dg
penggunaan penggunaan penggunaan mempertimbangkan
Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana Obat Hipertensi Tatalaksana penggunaan obat
dan DM sesuai dan DM sesuai dan DM sesuai penurun lemak darah
dengan PPK dengan PPK dengan PPK sesuai dengan PPK
Dilakukan tiap 3 bln
Follow up dilakukan Dilakukan tiap 3 bln
Dilakukan setiap Bila tidak ada
Follow up 1 tahun kemudian. sampai mencapai Follow up 3 bulan sekali Follow up perubahan penilaian
bila tanpa kondisi yg
pengobatan
Follow up diharapkan
risiko terjadinya PJPD
dalam 6 bulan, rujuk ke
dilanjutkan tiap 6-9
FKRT
bulan kemudian.
Pokok Bahasan
• DIABETES MELITUS DAN
OBESITAS
• DETEKSI DINI FAKTOR
RISIKO PTM
• PROMOTIF PREVENTIF
• PENANGGULANGAN PTM
UPAYA PROMOTIF PREVENTIF
Advokasi
Sosialisasi
Diseminasi informasi (medsos,
media cetak & elektronik)
Seminar/ workshop
Pemberdayaan masyarakat
dll
FAKTOR RISIKO BERSAMA (COMMON
RISK FACTORS) YANG BISA DIRUBAH
Cardio
Hipertensi Diabetes Kanker Stroke Gagal Ginjal
vaskular
POLA MAKAN ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
TIDAK SEHAT
KURANG ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
AKTIFITAS
FISIK

✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
MEROKOK

✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
OBESITAS

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan


masyarakat Indonesia yang kurang beraktivitas fisik jumlahnya
meningkat dari 26,1% di tahun 2013 menjadi 33,5
BUDAYAKAN DETEKSI DINI
PENYAKIT

TEKANAN DARAH
GULA DARAH
INDEKS MASSA TUBUH/LINGKAR
PERUT :
 LAKI-LAKI < 90 cm
 PEREMPUAN < 80 cm

DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA


DAN LEHER RAHIM (WANITA 30-
50 TAHUN/RIWAYAT SEKSUAL
AKTIF)
CPA for Makassar 031020
BAGAIMANA CARANYA ?

CPA for Makassar 031020


CPA for Makassar 031020
ANJURAN KONSUMSI
GULA GARAM DAN LEMAK (GGL)

63
DAMPAK KONSUMSI DAMPAK KONSUMSI DAMPAK KONSUMSI
GARAM BERLEBIH GULA BERLEBIH LEMAK BERLEBIH

11/25/2023 66
BACA LABEL PANGAN DAN
PESAN KESEHATAN PADA PANGAN OLAHAN

11/25/2023 67
BACA LABEL PANGAN DAN
PESAN KESEHATAN PADA PANGAN SIAP
SAJI

Pangan Siap Saji per paket menu Menu diatas meja

Kemasan makanan Website


Papan menu
BACA LABEL PANGAN DAN
PESAN KESEHATAN PADA PANGAN SIAP
SAJI
Spanduk
Leaflet, brosur, banner

Alas nampan saji

Papan Neon Box


 UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115
 PP 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
PEROKOK
PASIF
SECONDHAND SMOKER
THIRDHAND SMOKER

Anak adalah populasi rentan


terpapar > 4000 zat kimia
terdapat didalam rokok
 Tempat terbaik untuk pulang
 Tempat yang aman dan nyaman
 Tempat berlindung menenteramkan penuh kasih
sayang
 Awal mula pembentukan kehidupan, karakter
 Sekolah informal berawal
WEBSITE P2PTM
www.pptm.depkes.go.id
INSTAGRAM
@p2ptmkemenkesri
YOUTUBE
Direktorat P2PTM
Kemenkes RI
MEDIA KIE

Leaflet
Standing Banner
S A L A M S E H AT

TERIMA KASIH

76

Anda mungkin juga menyukai