HIPOGLIKEMIA
No. ICD-10 : E16.2 hypoglycaemia unspecified
No. ICPC-2 : T87 hypoglycaemia
Tingkat Kompetensi : Hipoglikemia Ringan 4A
Hipoglikemia Berat 3B
PENDAHULUAN
Hipoglikemia merupakan suatu kondisi klinik yang bersifat emergensi dengan gejala dan
keluhan yang tidak spesifik. Bila tidak mendapat penanganan dengan cepat akan menimbulkan
konsekuensi klinis yang berat, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kejadian hipoglikemia sering ditemukan dalam praktek sehari-hari, dapat terjadi pada
pasien rawat jalan maupun pada pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit.
Terutama dialami oleh pasien diabetes melitus yang mendapat terapi obat anti diabetes seperti
insulin dan sulfonilurea. Hipoglikemia juga dapat ditemukan pada pasien non-diabetes yang
mempunyai penyakit dasar tertentu atau mendapat terapi obat yang bukan tergolong obat anti
diabetes namun dapat mempengaruhi regulasi glukosa darah normal. Hipoglikemia bahkan dapat
dialami oleh pasien yang dalam kondisi kesehatan normal.
Hipoglikemia yang terjadi pada pasien diabetes disebut iatrogenic hypoglycemia,
sedangkan hipoglikemia yang terjadi pada pasien non-diabetes disebut hipoglikemia spontan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TIU)
Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu menguatkan kompetensinya pada
Hipoglikemia.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TIK)
Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu:
1. Menganalisis data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis masalah kesehatan pasien.
2. Menganalisis etiologi dan faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia.
3. Menentukan klasifikasi dari hipoglikemia.
4. Menentukan penanganan hipoglikemai secara rasional dan ilmiah.
5. Mengidentifikasi, menerapkan dan melakukan monitor evaluasi kegiatan pencegahan serangan
hipoglikemia yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota keluarga dan masyarakat.
39
Pembimbingan Retaker UKMPPD Berbasis Modul
DEFINISI
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan
dibawah nilai normal dan merupakan kondisi klinik yang membutuhkan penanganan yang
bersifat emergensi. Batasan kadar glukosa darah rendah untuk menetapkan seseorang mengalami
hipoglikemia sangat bervariasi. American Diabetes Association (ADA 2005) menggunakan batasan
70 mg/dl atau kurang, sedangkan European Medicine agency (EMA 2010) menggunakan patokan
hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 54 mg/dl.
40
Pembimbingan Retaker UKMPPD Berbasis Modul
KLASIFIKASI
PERKENI pada tahun 2015 membuat rekomendasi klasifikasi hipoglikemia yang lebih
lengkap dan mempunyai kemiripan dengan klasifikasi dari ADA yaitu:
a) Hipoglikemia berat apabila kadar GDS sangat rendah dan pasien tidak sadar serta
membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian karbohidrat, glukagon, atau tindakan
resusitasi lainnya
b) Hipoglikemia simtomatik apabila kadar GDS <70mg/dl dan disertai keluhan serta gejala
hipoglikemia. Pasien masih dapat menolong dirinya sendiri.
c) Hipoglikemia asimtomatik apabila kadar GDS <70mg/dl, namun tanpa disertai gejala dan
keluhan hipoglikemia
d) Hipoglikemia relatif apabila kadar masih GDS >70 mg/dl, namun terdapat gejala dan keluhan
hipoglikemia.
e) Probable hipoglikemia apabila gejala dan keluhan hipogllikemia, tanpa disertai pemeriksaan
GDS.
Klasifikasi hipoglikemia yang lain adalah berdasarkan kadar glukosa darah sebagai berikut:
Hipoglikemia ringan (mild) bila kadar glukosa darah <70 mg/dl, hipoglikemia sedang (moderate)
bila kadar glukosa darah <55 mg/dl dan hipoglikemia berat (severe) bila kadar glukosa darah <40
mg/dl.
Klasifikasi terbaru dari hipoglikemia adalah berdasarkan rekomendasi dari International
Hypoglycemia Study Group dan American Diabetes Association tahun 2017 yang
mengelompokkan hipoglikemia berdasarkan kombinasi antara manifestasi klinik, kadar glukosa
darah dan kemampuan untuk dapat menolong diri sendiri
Level 1 Glukosa darah ≤ 70 mg/dl, batas waspada dan peringatan untuk segera
melakukan evaluasi dan pengaturan dosis obat anti diabetes atau segera
memberikan karbohidrat (glukosa) extra
Level 2 Glukosa darah <54 mg/dl, suatu keadaan serius, pasien sudah mengalami
hipoglikemia dengan segala konsekuensinya
Level 3 Hipoglikemia berat, suatu keadaan dimana sudah terjadi gangguan kognitif
berat dan pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk menolongnya
PENEGAKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Hipoglikemia akan menyebabkan gejala dan keluhan yang berlangsung progresif, mulai
gejala yang ringan dan tidak khas seperti penglihatan kabur, penurunan daya konsentrasi,
perasaan lemas, pusing dan sakit kepala sampai terjadinya kejang-kejang, penurunan kesadaran
dan bahkan kematian. Gejala-gejala yang timbul tersebut dipengaruhi oleh berat dan lamanya
hipoglikemia. Gejala-gejala dan keluhan hipoglikemia dikelompokkan atas gejala
neurogenik/autonomik dan gejala neuroglikopenik.
41
Pembimbingan Retaker UKMPPD Berbasis Modul
42
Pembimbingan Retaker UKMPPD Berbasis Modul
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Penanganan utama pasien hipoglikemia adalah deteksi dini dan atasi kadar glukosa darah
yang rendah dengan mengembalikan kadar glukosa darah secepat mungkin ke kadar yang normal
sehingga gejala dan keluhan hipoglikemia juga akan segera menghilang. Perlu dihindari tindakan
yang berlebihan oleh karena dapat menyebabkan terjadinya rebound hiperglikemia dan
peningkatan berat badan.
Pemberian 15 gram glukosa (monosakarida) secara oral terbukti akan meningkatkan kadar
glukosa darah sekitar 2,1 mmol/l (sekitar 40 mg/dl) dalam waktu 20 menit dan cukup adekuat
untuk menghilangkan keluhan hipoglikemia dalam waktu singkat. Lima belas gram glukosa dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti 15 gram tablet glukosa, 15 mil (3 sendok teh) gula yang
dilarutkan dalam air minum, 175 ml juice atau soft drink atau 15 ml (1 sendok makan) madu.
Pilihan lain seperti susu, namun kekuatannya dalam meningkatkan kadar glukosa darah lebih
rendah dan efeknya lebih lambat.
PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA RINGAN
1) Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana).
2) Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang berisi glukosa
juga efektif untu menaikkan glukosa darah.
3) Makanan yang mengandung lemak dapa memperlambat respon kenaikkan glukosa darah.
4) Glukosa 15–20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah terapi pilihan pada
pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar
5) Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15 menit pemberian
upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15 menit setelah pengobatan hipoglikemia
masih tetap ada, pengobata dapat diulang kembali.
6) Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien diminta untuk
makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangny hipoglikemia.
PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA BERAT
1) Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa pemberian dekstrose
20% sebanya 50 cc (bila terpaksa bisa diberikan dextrose 40% sebanyak 25 cc), diikuti
dengan infus D5% atau D10%.
2) Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian i.v tersebut. Bila kadar glukosa darah
belum mencapa target, dapat diberikan ulang pemberian dextrose 20%.
3) Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah setiap 1-2 jam kalau masih terjadi
hipoglikemia berulang pemberian Dekstrose 20% dapat diulang.
4) Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.
43
Pembimbingan Retaker UKMPPD Berbasis Modul
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten
2. Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), khususnya bagi pengguna
insulin atau obat oral golongan insulin sekretagog.
3. Lakukan edukasi tentang obat-obatan atau insulin yang dikonsumsi, tentang: dosis, waktu
megkonsumsi, efek samping
KRITERIA RUJUKAN
1. Pasien hipoglikemia dengan penurunan kesadaran harus dirujuk ke layanan sekunder
(spesialis penyakit dalam) setelah diberikan dekstrose 40% bolus dan infus dekstrose 10%
dengan tetesan 6 jam per kolf.
2. Bila hipoglikemi tidak teratasi setelah 2 jam tahap pertama protokol penanganan
Peralatan
1. Laboratorium untuk pemeriksaan kadar glukosa darah.
2. Cairan Dekstrosa 40 % dan Dekstrosa 10 %
KOMPLIKASI
Kerusakan otak, koma hipoglikemik hingga kematian, iskemia miokard, pemanjangan interval
QT, sudden cardiac death.
PROGNOSIS
1. Ad sanasionam : dubia
2. Ad fungsionam : dubia
3. Ad vitam : dubia
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam. (2004). Panduan Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. 2008.Hal 23-25.
2. KKI. (2012). Standar Kompetensi Dokter Indonesia Tahun 2012. Jakarta: KKI.
3. Mansyur, A.M.A. (2018). Hipoglikemia dalam Praktik Sehari-hari. Makassar: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Hasanuddin.
4. PB IDI. (2014). Panduan Praktek Klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta: PB IDI
5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB. PERKENI.
6. Soemadji, D.W. (2009). Hipoglikemia Iatrogenik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi ke 5. Jakarta: FK UI, Hal 1900-1905.
44