TATALAKSANA
AUTISME PADA ANAK
OLEH :
Fahrunnisa
N 111 16 038
Pembimbing: dr. Suldiah, Sp.A
DEFINISI
Autisme adalah gangguan perkembangan fungsi
otak yang mencakup bidang sosial dan afek, komunikasi
verbal dan non-verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup
interest (minat), kognisi dan atensi, ini merupakan suatu
kelainan dengan ciri perkembangan yang terlambat atau
yang abnormal dari hubungan sosial dan bahasa.
Penyakit ini adalah gangguan perilaku pada anak
dimana anak asyik tenggelam dalam dunianya sendiri.
Gejala umumnya tampak sebelum usia 3 tahun.
PREVALENSI
Autisme terdapat pada semua negara di dunia, serta
tidak memandang ras, etnis, agama, maupun latar
belakang sosial ekonomi. Secara global prevalensinya
berkisar 4 per 10.000 penduduk, dan pengidap autisme
laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita (lebih kurang 4
kalinya). Pada wanita seringkali lebih berat dan ditemukan
adanya riwayat keluarga dengan gangguan kognitif. Di
Indonesia belum ada angka yang tepat mengenai angka
kejadian autisme.
ETIOLOGI
Autisme bukanlah gangguan fungsional semata,
namun didasari oleh gangguan organik dalam
perkembangan otak. Penyebab spesifik dari autisme pada
90-95% adalah tidak diketahui. Sehingga penanganan
maupun riset autisme ini melibatkan banyak bidang, baik
kedokteran, pendidikan, psikologi, sosial dan sebagainya.
Ada beberapa bukti yang sudah terkumpul untuk
mendukung penyebab autisme:
Faktor psikodinamik dan keluarga.
Kelainan organik-neurologik-biologik.
Faktor genetik.
Faktor imunologik.
Faktor perinatal.
Faktor neuroanatomi.
Faktor biokimia.
Adapun gangguan-gangguan yang timbul pada
penderita autisme dapat meliputi berbagai
bidang:
Gangguan dalam bidang komunikasi verbal
maupun non verbal.
Terlambat bicara atau tidak dapat bicara.
Mengeluarkan kata-kata yang tak dapat dimengerti oleh
orang lain yang sering
disebut sebagai bahasa planet.
Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam
konteks yang sesuai.
Meniru (ekolalia) tanpa mengerti artinya:
Kadang bicaranya monoton seperti robot dan mimik datar.
Gangguan dalam bidang interaksi sosial.
Menolak atau menghindar untuk bertatap mata.
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering dikira
mengalami ketulian.
Merasa tidak senang bila dipeluk.
Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan
orang.
Bila menginginkan sesuatu maka ia menarik lengan
orang yang terdekat dan
Mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu
untuknya.
Bila didekati untuk bermain justru menjauh.
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain.
Gangguan dalam bidang perilaku dan bermain.
Umumnya seperti tidak mengerti cara bermain.
Anak dapat terlihat hiperaktif (tidak bisa diam,
melompat, berputar), sehingga
Sering salah diagnosis dengan ADHD (attention deficit
hyperactivity disorder).
Kadang anak terlalu diam (duduk diam dengan tatapan
mata yang kosong).
Gangguan dalam bidang perasaan/emosi
Tidak ada atau kurangnya rasa empati.
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab
yang nyata.
Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum),
terutama bila tidak bisa
mendapatkan apa yang diinginkan, bahkan bisa
menjadi agresif dan destruktif.
Gangguan dalam persepsi sensoris
Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau
benda apa saja.
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
Tidak menyukai rabaan atau pelukan. Bila digendong
cenderung merosot untuk
melepaskan diri dari pelukan.
Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari
bahan tertentu.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk gangguan autistik:
A. Total enam atau lebih hal dari 1, 2 dan 3 dengan
sekurangnya dua dari 1 dan masing-masing satu dari 2
dan 3.
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial seperti ditujukan oleh
sekurang-kurangnya dua dari berikut:
Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multipel
seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak-gerik
untuk mengatur interaksi sosial.
Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sesuai menurut tingkat perkembangan.
Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat,
atau pencapaian dengan orang lain (misalnya tidak memamerkan,
membawa, atau menunjukkan benda yang menarik minat).
Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti yang
ditujukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:
Keterlambatan dalam atau sama sekali tidak ada,
perkembangan bahasa ucapan (tidak disertai oleh usaha
untuk berkompensasi melalui cara komunikasi lain seperti
gerak-gerik atau mimik).
Pada individu dengan bicara yang adekuat gangguan
jelas dalam kemampuan untuk memulai atau
mempertahankan percakapan dengan orang lain.
Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara
stereotipik dan berulang.
Tidak adanya berbagai permainan khayalan atau
permainan pura-pura sosial yang spontan yang sesuai
menurut tingkat perkembangan.
3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas,
berulang, dan stereotipik, seperti ditunjukkan oleh
sekurangnya satu dari berikut :
Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang
stereotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam
intensitas maupun fokusnya.
Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap
rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional.
Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya
menjentikkan, atau memuntirkan tangan atau jari atau
gerakan kompleks seluruh tubuh).
B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada
sekurangnya satu bidang berikut dengan onset
sebelum usia 3 tahun :
Interaksi sosial.
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial.
Permainan simbolik atau imaginatif.
NOOTROPIK
Nootropik (Pirasetam) digunakan untuk memperbaiki
gangguan perkembangan bahasa, karena terbukti obat
ini mampu memperbaiki fungsi hemisfer kiri otak.
PENUTUP
Pada individu dengan autisme diperlukan bantuan
manajemen terapi yang komprehensif dan terpadu antar
disiplin ilmu yang terkait, agar dapat tercapai target terapi
seperti yang diharapkan. Mengingat masing-masing
individu dengan autisme adalah unik, tidak ada yang sama
satu dengan yang lain (kembar sekalipun), maka
pendekatan manajemen terapi yang diberikan juga
sebaiknya disesuaikan dengan masing-masing kondisi
anak. Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk
mendukung keberhasilan terapi.
TERIMA KASIH