Anda di halaman 1dari 57

DIAGNOSIS DAN

TATALAKSANA
AUTISME PADA ANAK
OLEH :
Fahrunnisa
N 111 16 038
Pembimbing: dr. Suldiah, Sp.A
DEFINISI
Autisme adalah gangguan perkembangan fungsi
otak yang mencakup bidang sosial dan afek, komunikasi
verbal dan non-verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup
interest (minat), kognisi dan atensi, ini merupakan suatu
kelainan dengan ciri perkembangan yang terlambat atau
yang abnormal dari hubungan sosial dan bahasa.
Penyakit ini adalah gangguan perilaku pada anak
dimana anak asyik tenggelam dalam dunianya sendiri.
Gejala umumnya tampak sebelum usia 3 tahun.
PREVALENSI
Autisme terdapat pada semua negara di dunia, serta
tidak memandang ras, etnis, agama, maupun latar
belakang sosial ekonomi. Secara global prevalensinya
berkisar 4 per 10.000 penduduk, dan pengidap autisme
laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita (lebih kurang 4
kalinya). Pada wanita seringkali lebih berat dan ditemukan
adanya riwayat keluarga dengan gangguan kognitif. Di
Indonesia belum ada angka yang tepat mengenai angka
kejadian autisme.
ETIOLOGI
Autisme bukanlah gangguan fungsional semata,
namun didasari oleh gangguan organik dalam
perkembangan otak. Penyebab spesifik dari autisme pada
90-95% adalah tidak diketahui. Sehingga penanganan
maupun riset autisme ini melibatkan banyak bidang, baik
kedokteran, pendidikan, psikologi, sosial dan sebagainya.
Ada beberapa bukti yang sudah terkumpul untuk
mendukung penyebab autisme:
Faktor psikodinamik dan keluarga.
Kelainan organik-neurologik-biologik.
Faktor genetik.
Faktor imunologik.
Faktor perinatal.
Faktor neuroanatomi.
Faktor biokimia.
Adapun gangguan-gangguan yang timbul pada
penderita autisme dapat meliputi berbagai
bidang:
Gangguan dalam bidang komunikasi verbal
maupun non verbal.
Terlambat bicara atau tidak dapat bicara.
Mengeluarkan kata-kata yang tak dapat dimengerti oleh
orang lain yang sering
disebut sebagai bahasa planet.
Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam
konteks yang sesuai.
Meniru (ekolalia) tanpa mengerti artinya:
Kadang bicaranya monoton seperti robot dan mimik datar.
Gangguan dalam bidang interaksi sosial.
Menolak atau menghindar untuk bertatap mata.
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering dikira
mengalami ketulian.
Merasa tidak senang bila dipeluk.
Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan
orang.
Bila menginginkan sesuatu maka ia menarik lengan
orang yang terdekat dan
Mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu
untuknya.
Bila didekati untuk bermain justru menjauh.
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain.
Gangguan dalam bidang perilaku dan bermain.
Umumnya seperti tidak mengerti cara bermain.
Anak dapat terlihat hiperaktif (tidak bisa diam,
melompat, berputar), sehingga
Sering salah diagnosis dengan ADHD (attention deficit
hyperactivity disorder).
Kadang anak terlalu diam (duduk diam dengan tatapan
mata yang kosong).
Gangguan dalam bidang perasaan/emosi
Tidak ada atau kurangnya rasa empati.
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab
yang nyata.
Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum),
terutama bila tidak bisa
mendapatkan apa yang diinginkan, bahkan bisa
menjadi agresif dan destruktif.
Gangguan dalam persepsi sensoris
Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau
benda apa saja.
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
Tidak menyukai rabaan atau pelukan. Bila digendong
cenderung merosot untuk
melepaskan diri dari pelukan.
Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari
bahan tertentu.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk gangguan autistik:
A. Total enam atau lebih hal dari 1, 2 dan 3 dengan
sekurangnya dua dari 1 dan masing-masing satu dari 2
dan 3.
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial seperti ditujukan oleh
sekurang-kurangnya dua dari berikut:
Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multipel
seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak-gerik
untuk mengatur interaksi sosial.
Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sesuai menurut tingkat perkembangan.
Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat,
atau pencapaian dengan orang lain (misalnya tidak memamerkan,
membawa, atau menunjukkan benda yang menarik minat).
Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti yang
ditujukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:
Keterlambatan dalam atau sama sekali tidak ada,
perkembangan bahasa ucapan (tidak disertai oleh usaha
untuk berkompensasi melalui cara komunikasi lain seperti
gerak-gerik atau mimik).
Pada individu dengan bicara yang adekuat gangguan
jelas dalam kemampuan untuk memulai atau
mempertahankan percakapan dengan orang lain.
Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara
stereotipik dan berulang.
Tidak adanya berbagai permainan khayalan atau
permainan pura-pura sosial yang spontan yang sesuai
menurut tingkat perkembangan.
3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas,
berulang, dan stereotipik, seperti ditunjukkan oleh
sekurangnya satu dari berikut :
Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang
stereotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam
intensitas maupun fokusnya.
Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap
rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional.
Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya
menjentikkan, atau memuntirkan tangan atau jari atau
gerakan kompleks seluruh tubuh).
B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada
sekurangnya satu bidang berikut dengan onset
sebelum usia 3 tahun :
Interaksi sosial.
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial.
Permainan simbolik atau imaginatif.

C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh


gangguan Rett atau gangguan disintegratif masa anak-
anak.
DETEKSI DINI AUTISM

1. Deteksi Dini Sejak dalam Kandungan


2. Deteksi Dini Sejak Lahir hingga Usia 5 tahun
3. Deteksi Dini dengan Skrening
4. Rapid Attention Back and Fourt Comunicattion Test
Deteksi Dini Sejak dalam Kandungan

Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi


kesehatan di dunia masih juga belum mampu mendeteksi
resiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa
pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk
mendeteksi autism sejak dini, namun pemeriksaan ini
masih dalam batas kebutuhan untuk penelitian.
Deteksi Dini Sejak Lahir hingga Usia 5
tahun
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi, tetapi penting
untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena
penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih
baik.
Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat
sejak bayi atau anak menurut usia :
Usia 0-6 bulan
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
Tidak babbling
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
Usia 6 12 Bulan
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-
da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor
kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
Usia 2 3 tahun
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
Usia 4 5 Tahun
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
Deteksi Dini dengan Skrening
MSDD (Multisystem Developmental Disorders)
MSDD (Multisystem Developmental Disorders) adalah
diagnosis gangguan perkembangan dalam hal
kesanggupannya berhubungan, berkomunikasi, bermain
dan belajar. Gangguan MSDD tidak menetap seperti
gangguan pada Autistis Spectrum Disorders, tetapi
sangat mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan.
Pengertian MSDD meliputi gangguan sensoris multipel
dan interaksi sensori motor.
Gejala MSDD meliputi : gangguan dalam berhubungan
sosial dan emosional dengan orang tua atau pengasuh,
gangguan dalam mempertahankan dan mengembangkan
komunikai, gangguan dalam proses auditory dan
gangguan dalam proses berbagai sensori lain atau
koordinasi motorik.
Pervasive Developmental Disorders Screening
Test PDDST II
PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah
dikembangkan oleh Siegel B. dari Pervasive
Developmental Disorders Clinic and Laboratory, Amerika
Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak
digunakan di berbagai pusat terapi gangguan perliaku di
dunia. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang
cukup baik sebagai alat bantu diagnosis atau skrening
Autis.
Deteksi Dini Dengan Chat (Cheklist in
Toddler)
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk skreening
(uji tapis) pada penyandang autism sejak usia 18 bulan
sering dipakai di adalah CHAT (Checklist Autism in
Toddlers). CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita.
Pertanyaan berjumlah 23 buah meliputi aspek-aspek:
imitation, pretend play, and joint attention.
Ket:
enam pertanyaan (no. 2, 7, 9, 13, 14, 15) merupakan
pertanyaan critical item, jika dijawab tidak artinya pasien
berisiko tinggi autism. Jika tidak, pada 2 atau lebih critical item,
atau 3 pertanyaan lain yg dijawab tidak sesuai (misalnya
seharusnya dijawab ya, org tua menjawab tidak) maka anak
tsb punya risiko autism.
Jk perilaku itu jarang dikerjakan (misal Anda melihat 1 atau 2
kali), mohon dijawab anak tsb tidak melakukannya.
Misal: jawaban 1. Tidak, 2. tidak, 3. tidak, 4. tidak, 5. tidak, 6.
tidak, 7. No 8. No 9. No 10. No 11. Yes 12. No 13. No 14. No 15.
No. 16. No 17. No 18. Yes 19. No 20. Yes 21. No 22. Yes 23. No
Kita curigai sbg faktor risiko autism.
Rapid Attention Back and Fourt
Comunicattion Test
metode Rapid Attention Back and Forth Communication
Test atau Rapid ABC, uji gejala autisme anak hanya
berlangsung selama lima menit. Caranya, anak dilibatkan
dalam kegiatan yang sederhana yang memerlukan
konsentrasi, komunikasi, dan pengenalan. Tes sangat
efektif untuk mengetahui gejala awal autisme pada anak
usia 18 bulan hingga dua tahun. Meski begitu, tes ini tidak
dapat menggantikan screening autisme secara
komprehensif. Setelah mengidentifikasi cepat anak yang
berisiko autisme di awal perkembangan, mereka harus
segera mendapat terapi.
harus dilanjutkan dengan uji diagnostik untuk evaluasi
emosional dan fisik secara menyeluruh.
DIAGNOSIS BANDING

1. Skizofrenia dengan onset masa anak-anak,


Skizofrenia jarang pada anak-anak di bawah 5 tahun. Skizofrenia
disertai dengan halusinasi atau waham, dengan insidensi kejang dan retardasi
mental yang lebih rendah dan dengan I.Q yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak autistik.
2. Retardasi mental dengan gangguan
emosional/perilaku
3. Gangguan bahasa reseptif /ekspresif campuran
4. Afasia didapat dengan kejang
5. Ketulian kongenital atau gangguan pendengaraan
parah
6. Pemutusan psikososial
Cont...
Retardasi mental dengan gangguan
emosional/perilaku
Kira-kira 40% anak autistik adalah teretardasi
sedang, berat atau sangat berat, dan anak yang teretardasi
mungkin memiliki gejala perilaku yang termasuk ciri
autistik. Ciri utama yang membedakan antara gangguan
autistik dan retardasi mental adalah :
Anak teretardasi mental biasanya berhubungan dengan
orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai
dengan umur mentalnya.
Mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
Mereka memilki sifat gangguan yang relatif tetap tanpa
pembelahan fungsi.18
Gangguan bahasa reseptif /ekspresif
campuran
Afasia didapat dengan kejang

Afasia didapat dengan kejang adalah kondisi yang jarang yang


kadang sulit dibedakan dari gangguan autistik dan gangguan
disintegratif masa anak-anak. Anak-anak dengan kondisi ini normal
untuk beberapa tahun sebelum kehilangan bahasa reseptif dan
ekspresifnya selama periode beberapa minggu atau beberapa bulan.
Sebagian akan mengalami kejang dan kelainan EEG
menyeluruh pada saat onset, tetapi tanda tersebut biasanya tidak
menetap. Suatu gangguan yang jelas dalam pemahaman bahasa yang
terjadi kemudian, ditandai oleh pola berbicara yang menyimpang dan
gangguan bicara. Beberapa anak pulih tetapi dengan gangguan
bahasa residual yang cukup besar.
Ketulian kongenital atau gangguan
pendengaraan parah
Anak-anak autistik sering kali dianggap tuli oleh karena
anak-anak tersebut sering membisu atau menunjukkan tidak
adanya minat secara selektif terhadap bahasa ucapan. Ciri-ciri
yang membedakan yaitu bayi autistik mungkin jarang berceloteh
sedangkan bayi yang tuli memiliki riwayat celoteh yang relatif
normal dan selanjutnya secara bertahap menghilang dan
berhenti pada usia 6 bulan 1 tahun.
Anak yang tuli berespon hanya terhadap suara yang
keras, sedangkan anak autistik mungkin mengabaikan suara
keras atau normal dan berespon hanya terhadap suara lunak
atau lemah. Hal yang terpenting, audiogram atau potensial
cetusan auditorik menyatakan kehilangan yang bermakna pada
anak yang tuli. Tidak seperti anak-anak autistik, anak-anak tuli
biasanya dekat dengan orang tuanya, mencari kasih sayang
orang tua dan sebagai bayi senang digendong.
Pemutusan psikososial
Gangguan parah dalam lingkungan fisik dan
emosional (seperti pemisahan dari ibu, kekerdilan
psikososial, perawatan di rumah sakit, dan gagal tumbuh)
dapat menyebabkan anak tampak apatis, menarik diri, dan
terasing. Keterampilan bahasa dan motorik dapat
terlambat. Anak-anak dengan tanda tersebut hamper selalu
membaik dengan cepat jika ditempatkan dalam lingkungan
psikososial yang menyenangkan dan diperkaya, yang tidak
terjadi pada anak autistik.
MANAGEMENT AUTISME
NON MEDIKAMENTOSA
- TERAPI PERKEMBANGAN / INTERVENSI DINI
- TERAPI PERILAKU
- TERAPI WICARA
- TERAPI EDUKASI
- TERAPI OKUPASI
- AIT (Auditory Integration Training)
- INTERVENSI KELUARGA
- PERBAIKAN METABOLISME
- TERAPI DIET
- DETOKSIFIKASI LOGAM BERAT
- TERAPI SENSORI INTEGRASI
- SNOEZELEN
- OLAH MUSIK
- TERAPI OROFARING
TERAPI PERKEMBANGAN /
INTERVENSI DINI
TERAPI PERKEMBANGAN / INTERVENSI DINI
Para ahli menemukan bahwa anak autisme paling
baik belajar pada lingkungan yang mengembangkan minat
dan ketrampilan mereka dengan cara merujuk kebutuhan-
kebutuhan mereka, berupa intervensi yang konsisten dan
terstruktur sesuai tingkat perkembangan anak.
Hal-hal yang esensial antara lain metode
pembelajaran yang terstruktur untuk memberikan perhatian
terhadap stimuli lingkungan, orang lain, imitation motorik
dan verbal, penggunaan bahasa, bagaimana cara bermain
dengan mainan dan cara berinteraksi sosial dengan yang
lain. Aktivitas latihan fisik di kelompok membantu mereka
untuk mengembangkan keseimbangan tubuh, koordinasi
dan ketrampilan motorik.
TERAPI PERILAKU

Pendekatan perilaku bertujuan untuk mengurangi


stereotipi, kekakuan, agresifitas dan self injury behaviour.
Terapi perilaku ini juga disesuaikan untuk masing-masing
anak sesuai dengan gangguannya. Apapun metodenya
sebaiknya sesegera dan seintensif mungkin, sebaiknya
memang dilakukan terpadu dengan terapi-terapi lain,
apabila terdapat perilaku yang sulit dikendalikan, mungkin
intervensi medikamentosa diperlukan terlebih dahulu, agar
anak dapat diberi terapi yang lain. Dan setiap anak harus
mampu menguasai kemampuan-kemampuan perilaku
dasar, seperti: kepatuhan, kontak mata, menirukan, bahasa
reseptif (kognitif) dan bahasa ekspresif.
Cont...
Berbagai kemampuan perilaku yang terdiri dari:9
Komunikasi dua arah secara aktif, artinya anak harus
mampu memulai suatu topik pembicaraan lebih dahulu
secara aktif.
Sosialisasi ke dalam setiap lingkungan, dimulai dengan
lingkungan keluarga dan teman-temannya.
Menghilangkan atau meminimalkan perilaku autistiknya.
Kemampuan (pre) akademik, sesuai dengan
perkembangan umur dan kecerdasan (IQ) nya.
Kemampuan bantu diri (bina diri) yang memadai,
sehingga mampu merawat diri sendiri secara mandiri.
TERAPI WICARA
Keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa
dan berbicara merupakan keluhan yang sering diajukan
para orangtua, hampir 100% mengalami hal ini.
Komunikasi non verbal juga mengalami gangguan, sering
tidak dapat menggunakan gerakan tubuh dalam
berkomunikasi, seperti menggeleng, mengangguk,
menunjuk, melambai dan mengangkat alis.
Terapi wicara yang diberikan pada individu dengan
autisme berbeda dengan gangguan lain, sehingga
diperlukan pengetahuan yang baik mengenai ciri-ciri bicara
dan berbahasa anak autistik. Terapi ini harus diberikan
sejak dini dan dengan intensif, bersama dengan terapi-
terapi yang lain.
TERAPI EDUKASI
Intervensi dalam berbagai bentuk pelatihan
ketrampilan sosial, ketrampilan sehari-hari agar anak jadi
mandiri (self care). Berbagai metode pengajaran telah diuji
cobakan pada gangguan ini. Antara lain metode TEACCH
(Treatment and Education of Autistic and Related
Communication Handicapped Children).
Dikembangkan oleh Eric Schopler pada awal tahun
1970an, merupakan suatu sistem pendidikan khusus untuk
anak dengan autisme, di School of Psychiatry at the
University of North Carolina in Chapel Hill. Metode ini
merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang
mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metode
pengajaran yang sistematik, terjadwal dan dalam ruang
kelas yang ditata secara khusus.
TERAPI OKUPASI

Ketrampilan motorik pada individu dengan autisme


sering terganggu, baik motorik kasar maupun halus.
Diperlukan intervensi terapi okupasi / fisik agar individu
dengan autisme dapat melakukan gerakan, memegang,
menggunting, menulis, melompat dengan terkontrol dan
teratur sesuai kebutuhan saat itu.
AIT (Auditory Integration Training)

Banyak individu dengan autisme mengalami


hipersensitivitas terhadap suara dan mengganggu pendengaran
mereka, Mereka sering tampak menutup telinga dengan kedua
tangan bila mendengar nada suara tertentu, yang untuk orang
lain tidak menimbulkan masalah. Suara-suara tersebut dapat
sedemikian menyakitkan, sehingga mereka dapat berteriak,
menjerit tiba-tiba, tetapi setelah suara-suara tersebut hilang,
mereka kembali biasa seperti tidak pernah terjadi sesuatu.
Contoh: suara pengering rambut, mesin cuci, penyedot debu,
mixer, bahkan suara microwave.
Pada intervensi AIT awalnya ditentukan suara yang
mengganggu pendengaran dengan perangkat audiometer. Lalu
diikuti dengan seri terapi yang memperdengarkan suara-suara
yang direkam, tapi tidak disertai dengan suara yang
menyakitkan. Selanjutnya dilakukan desensitisasi terhadap
suara-suara yang menyakitkan tersebut.10
INTERVENSI KELUARGA
Yang dimaksud keluarga disini bisa hanya keluarga
inti (ayah + ibu, ayah atau ibu saja + anak-anak), namun
dapat pula ditambah dengan anggota keluarga lain yang
memiliki pengaruh pada pengasuhan seorang anak, bisa
kakek atau nenek, paman atau bibi, dan lainnya.
Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu
bantuan keluarga baik perlindungan, pengasuhan,
pendidikan maupun dorongan untuk dapat tercapainya
perkembangan yang optimal dari seoang anak, mandiri dan
dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.
PERBAIKAN METABOLISME

Gangguan pencernaan harus diperbaiki dengan


menyeimbangkan lagi flora usus, dengan membasmi jamur
atau kuman patologis yang ditemukan pada pemeriksaan
feses. Kemudian sangat penting untuk memberi tambahan
lacyobacillus untuk mencegah tumbuhnya jamur secara
berlebihan. Multiple food allergi harus diperbaiki dengan
diet yang ketat, hindari makan yang menyebabkan alergi
pada anak tersebut.
TERAPI DIET
Anak-anak autisme pada umumnya menderita
multiple food allergy. Hal ini akan terungkap bila dilakukan
pemeriksaan darah untuk comprehensive food allergy.
Protein dari susu sapi (casein) dan gandum (gluten) adalah
rangkaian asam amino yang sulit dicerna. Bila pencernaan
anak sempurna maka casein maupun gluten akan dilepas
seluruh rantainya sehingga terjadilah asam amino yang
kemudian diserap oleh tubuh guna pertumbuhan. Namun
bila pencernaan tidak sempurna, maka rantai tersebut tak
lepas seluruhnya. Masih ada rantai pendek, 2 atau 3 asam
amino yang bergandengan yang disebut peptide.
Cont...
Sebagiaan dari peptide masuk aliran darah,
kemudian dikeluarkan dengan urin, namun sebagian
masuk ke otak, menembus sawar otak. Di otak peptide
tersebut disergap oleh opioid-receptor dan kemidian
berfungsi seperti morphin. Hal ini mempengaruhi aspek
perilaku, atensi, kognisi dan sensoris anak. Oleh karena itu
tidak ada salahnya untuk tidak mengkonsumsi susu sapi
dan tepung terigu. Anak dibiasakan makanan yang lebih
sehat dan variatif sehingga kebutuhan gizi tetap terpenuhi.
DETOKSIFIKASI LOGAM BERAT

Logam berat yang neurotoksik dengan kadar yang


tinggi seperti Hg dan Pb, harus dikeluarkan dengan cara
detoksifikasi. Bila logam berat itu tidak dikeluarkan, maka
kerusakan sel-sel otak akan teruis berlanjut. Sebelum
melakukan detoksifikasi, seluruh metabolisme tubuh harus
diperbaiki dahulu, terutama keadaan traktus
gastrointestinal.
Jenis detoks yang dilakukan sebaiknya yang tidak
menimbulkan trauma pada anak dan dengan efek samping
yang minimal, yaitu dengan dikonsumsi per oral saja.
Lamanya detoks tergantung dari kadar keracunan si anak.
Bila kadar keracunan berat maka bisa sampai 2 tahun
lamanya.
TERAPI SENSORI INTEGRASI

Terapi sensori integrasi adalah pengorganisasian


informasi melalui sensori-sensori (sentuhan, gerakan,
kesadaran tubuh dan gravitasinya, penciuman,
pengecapan, penglihatan dan pendengaran) yang sangat
berguna untuk menghasilkan respons yang bermakna.11
Terapi sensori integrasi seperti yang dianjurkan oleh
DR. Ayres, dilakukan dalam ruang terapi khusus. Dalam
ruangan tersebut tersedia berbagai alat yang dapat
memfasilitasikan aktifitas-aktifitas yang akan memberi
masukan input-input sensorik, mendukung terjadinya
respons adaptif dan memperbaiki fungsi batang otak dan
talamus.
SNOEZELEN
Snoezelen adalah sebuah aktivitas yang dirancang
untuk mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) melalui
pemberian stimuli yang cukup pada sistem sensori primer
seperti penglihatan, pendengaran, peraba, perasa lidah
dan pembau, juga pada sistem sensori internal seperti
vestibular dan proprioseptif dalam rangka mencapai
maksud relaksasi atau aktivasi pada seseorang dengan
tujuan memperbaiki kualitas hidupnya.
MEDIKAMENTOSA
- STIMULAN
- AGONIS RESEPTOR ALPHA ADRENERGIK
- BETA ADRENERGIK BLOCKER
- POTENT LONG ACTING OPIOID ANTAGONIST
- SPESIFIK SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR (SSRI)
- NEUROLEPTIK
- ANTI EPILEPSI
- NOOTROPIK
STIMULAN
Inatensi mungkin merupakan satu gejala yang
mengganggu proses belajar. Harus dibedakan antara inatensi
yang merupakan bagian dari gejala autisme dengan inatensi
sebagai gejala gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (ADHD).
Deksamfetamin dan Levoamfetamin.
Metilfenidat. Dosis: 0,3 mg/kg.
AGONIS RESEPTOR ALPHA ADRENERGIK
Agonis reseptor alpha adrenergik (Klonidin) dilaporkan
dapat menurunkan agresivitas, temper tantrum, impulsivitas dan
hiperaktivitas. Mulai dengan dosis rendah: 0,025-0,05 mg 2
kali/hari dinaikkan secara bertaap sampai dosis maksimum 0,3-
0,6 mg/hari dalam 3-4 kali/hari.
BETA ADRENERGIK BLOCKER
Beta adrenergik blocker (Propanolol) dipakai dalam
mengatasi agresivitas terutama yang disertai dengan
agitasi dan anxietas. Dosis: 1-5 mg/kg/hari atau lebih.

POTENT LONG ACTING OPIOID ANTAGONIST


Potent long acting opioid antagonist (Naltrekson) memiliki
potensi untuk mengatasi perilaku melukai diri sendiri dan
ritual, dosis: 0,5-2 mg/kg/hari.
SPESIFIK SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR (SSRI)
SSRI digunakan untuk mengatasi perilaku stereotipik
seperti perilaku yang melukai diri sendiri, resisten
terhadap perubahan hal-hal rutin, ritual obsesif dengan
anxietas yang tinggi. Pemberian SSRI dimulai dari dosis
terkecil dan secara bertahap dinaikkan sampai mencapai
dosis terapeutik.
Fluoxetine.
Fluvoksamin.
NEUROLEPTIK
Neuroleptik tipikal potensi rendah (Thioridazine).

Dapat menurunkan agreivitas dan agitasi. Dosis: 0,5-3


mh/kg/hari, dibagi dalam 2-3 kali/hari.
Neuroleptik tipikal potensi tinggi (Haloperidol dan Pimozide).
Dalam dosis kecil: 0,25-3 mg/hari, dapat menurunkan
agresivitas, hiperaktivitas, iritabilitas dan stereotipik.
Neuroleptik atipikal (Risperidon).
Bila digunakan dalam dosis yang direkomendasikan: 0,5-3
mg/hari dibagi dalam 2-3 kali/hari, dapat dinaikkan 0,25 mg
setiap 3-5 hari sampai dosis inisial tercapai 1-2 mg/hari dalam
4-6 minggu, akan tampak perbaikan pada hubungan sosial,
atensi dan gejala obsesif.
ANTI EPILEPSI
Anti epilepsi (Asam valproat) digunakan bila penderita
autisme mengalami epilepsi (1/3 kasus autisme
mengidap epilepsi).

NOOTROPIK
Nootropik (Pirasetam) digunakan untuk memperbaiki
gangguan perkembangan bahasa, karena terbukti obat
ini mampu memperbaiki fungsi hemisfer kiri otak.
PENUTUP
Pada individu dengan autisme diperlukan bantuan
manajemen terapi yang komprehensif dan terpadu antar
disiplin ilmu yang terkait, agar dapat tercapai target terapi
seperti yang diharapkan. Mengingat masing-masing
individu dengan autisme adalah unik, tidak ada yang sama
satu dengan yang lain (kembar sekalipun), maka
pendekatan manajemen terapi yang diberikan juga
sebaiknya disesuaikan dengan masing-masing kondisi
anak. Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk
mendukung keberhasilan terapi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai