Anda di halaman 1dari 26

Tidur pada Anak

Dr. Dwi Fachri, Sp.A


Dokter Spesialis Anak – Klinik Alrasha
Pendahuluan
• Berapa jam seharusnya anak tidur?
• Jam berapa anak harus tidur malam?
• Apakah anak harus tidur siang?
• Apa manfaat tidur terhadap tumbuh kembang
anak?
• Bagaimana membuat pola tidur yang baik?
• Yuk kita bahas
Pendahuluan
• Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk
tumbuh kembang yang optimal.
• Gangguan tidur dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan, masalah perilaku, emosi, mengantuk pada
siang hari, dan mempengaruhi konsentrasi belajar serta daya
ingat anak.
• Tidur adalah aktivitas utama otak sepanjang awal
perkembangan.
• Ketika terjaga, anak berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya dan mengalami kejadian positif maupun negatif.
• Tidur berperan mengendapkan berbagai pengalaman
tersebut dan membuang pengalaman yang tidak diinginkan.
Pola tidur normal pada anak
• Tidur normal terdiri dari beberapa siklus yang merupakan
proses aktif yang berputar dalam irama sirkadian.
• Irama sirkadian adalah putaran proses fisiologis yang terjadi
berulang-ulang dalam periode 24 jam atau kurang, seperti
pada pelepasan hormon, aktivasi sistem saluran cerna,
denyut jantung, pengaturan suhu, serta tidur.
• Irama sirkadian pada tidur berlangsung selama kurang lebih
90 menit.
• Satu siklus memiliki tahap yang dibagi menjadi tidur Non-
Rapid Eye Movement (Non-REM) dan Rapid Eye Movement
(REM) (Tabel 1).
Tabel 1. Siklus Tidur
Karakteristik Tidur cepat/aktif (REM) Tidur tenang/dalam (Non REM)
Gerak bola mata Gerak cepat Tidak bergerak
Suhu, frek napas, denyut Berfluktuasi Stabil
jantung, tekanan darah
Gerak otot jari, lengan, kaki Gerak ada Tidak bergerak
Mimpi Ada mimpi Tidak mimpi
Bagian otak yang aktif Pons Mid pons dan medula
Neurotransmitter Noradernalin Serotonin
Aktivasi neuron -> Hormon pertumbuhan diproduksi
perkembangan otak
Tabel 2. Rekomendasi
jumlah tidur pada anak
Usia Jumlah jam tidur optimal
4-12 bulan 12-16 jam (termasuk tidur siang)
1-2 tahun 11-14 jam (termasuk tidur siang)
3-5 tahun 10-13 jam (termasuk tidur siang)
6-12 tahun 9-12 jam
13-18 tahun 8-10 jam
Peran tidur dalam
tumbuh kembang anak
1. Restorasi tubuh
– Pada fase tidur dalam, kelenjar hipofisis melepaskan hormon
pertumbuhan yang akan menstimulasi pertumbuhan dan perbaikan
otot.
– Pada kondisi tidur-bangun yang normal, sekresi kortisol akan mulai
pada tidur fase akhir dan mencapai puncaknya di awal pagi hari.
– Peningkatan kadar kortisol dapat dipengaruhi oleh perubahan jadwal
tidur-bangun yang tiba-tiba.
2. Imunitas tubuh
– Penelitian menunjukkan bahwa pada siklus tidur-bangun yang normal
terjadi peningkatan jumlah sel T dan produksi sitokin pro-inflamasi
selama fase awal tidur malam.
– Hal ini menguatkan bukti bahwa tidur membantu daya tahan tubuh.
Peran tidur dalam
tumbuh kembang anak
3. Konsolidasi memori
– Pada saat fase tidur terjadi restorasi tubuh, sedangkan pada fase tidur REM,
tubuh melakukan restorasi pikiran.
– Penelitian menunjukkan tidur REM memfasilitasi proses belajar dan memori.
– Subjek penelitian menunjukkan peningkatan skor pada ketrampilan yang baru
dipelajari sehari sebelumnya setelah menjalani tidur malam.
4. Kesehatan mental dan perilaku
– Di dalam otak bagian depan, pengalaman-pengalaman yang dialami anak di
siang hari akan disimpan dan diproses, sehingga seringkali pada fase ini anak
dapat bermimpi mengenai aktivitasnya di hari itu.
– Proses ini penting untuk pembelajaran anak tentang pengalaman yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan beserta emosi yang menyertainya.
– Penelitian menunjukkan tidur berperan dalam pengaturan mood, emosi, dan
perilaku.
Gangguan Tidur
• Dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu:
1. Disomnia:
• gangguan yang terjadi pada anak yang memiliki kesulitan
untuk tidur, mempertahankan tidur di malam hari, atau
mengalami rasa kantuk berlebihan di siang hari.
2. Parasomnia:
• keadaan terbangun di malam hari yang tidak biasa.
Jenis-jenis Disomnia
• Gangguan asosiasi tidur
– Anak memerlukan kehadiran orang lain supaya dapat tertidur
kembali, hal ini berkaitan dengan kebiasaan yang dibuat sejak
awal kehidupan.
• Gangguan penetapan waktu tidur
– Anak akan menolak tidur saat jam tidurnya supaya dapat
menunda waktu tidur, hal ini dapat terjadi bila anak tidak memiliki
waktu jam tidur yang konsisten.
• Kebiasaan tidur yang tidak sehat
– Kebiasaan tidur yang menyebabkan anak mudah
terbangun,antara lain disebabkan konsumsi kafein, menonton
televisi sampai larut malam, dan menggunakan tempat tidur
sebagai tempat bermain pada waktu tidur.
Jenis-jenis Disomnia
• Ketakutan malam hari
• Hal ini berkaitan dengan perkembangan kognitif anak. Penyebab
rasa takut bervariasi, dan umumnya ketakutan ini akan menghilang
sendiri saat anak berusia 5-6 tahun.
• Insomnia primer
• Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan subyektif untuk memulai
dan/atau mempertahankan tidur, dan/atau bangun terlalu pagi yang
tidak disebabkan gangguan tidur, masalah medis, atau kondisi
psikiatrik lain.
• Narkolepsi
• Gangguan neurologis yang ditandai oleh rasa kantuk berlebihan di
siang hari, yang dapat disertai dengan katapleksi (melemasnya otot
secara mendadak), halusinasi hipnagogik (halusinasi yang terjadi
saat tertidur), dan paralisis tidur.
Jenis-jenis Parasomnia
• Somnambulisme (sleep walking)
– Ini merupakan kebiasaan berjalan dalam tidur.
– Biasanya terjadi selama sepertiga awal tidur malam.
– Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi hampir 80-90% didapatkan
faktor genetik.
– Sekitar 15% anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode.
• Teror tidur (sleep terror)
– Anak dengan gangguan berupa teror tidur mengalami episode menakutkan
yang terjadi saat terbangun dari tidur gelombang lambat dan sering disertai
dengan menjerit, menangis, dan agitasi.
– Anak sering sulit dibangunkan dan memiliki ingatan yang terbatas mengenai isi
mimpinya.
– Teror tidur terjadi sebanyak 6% dan lebih umum terjadi pada anak laki-laki.
– Umumnya akan membaik tanpa tata laksana tertentu.
Jenis-jenis Parasomnia
• Mimpi buruk (night terror)
– Mimpi terjadi pada semua tahap tidur, mimpi buruk terjadi pada fase
tidur REM.
– Angka kejadian mimpi buruk pada anak berusia 3 sampai 6 tahun
mencapai 50% dan frekuensinya berkurang saat anak bertambah
besar, walaupun beberapa anak dapat mengalaminya hingga dewasa.
• Bruksisme (bruxism)
– Bruksisme atau kebiasaan menggesek-gesekkan gigi selama tidur
terjadi pada sekitar 50% anak, namun hanya sedikit penelitian yang
bertujuan menemukan penyebab, konsekuensi, dan tata laksana
bruksisme pada anak.
– Beberapa faktor risiko dapat dijumpai, seperti cemas atau stres, alergi,
anak dengan palsi serebal atau retardasi mental, serta penguna alkohol
atau obat stimulan.
“Frequently Asked
Questions”
1. Bagaimana pola tidur bayi baru lahir dan berapa jam
bayi dibawah 3 bulan tidur dalam sehari?

• Konsensus AASM (American Academy of Sleep Medicine)


– Tidak mengemukakan jumlah jam tidur yang optimal untuk bayi 0-3 bulan,
karena pada masa tersebut bayi sedang belajar konsolidasi tidur dan regulasi
tidur
• Pada awal kehidupan, bayi menghabiskan hampir 80% waktu dalam
sehari untuk tidur
• Waktu tidur total 16-20 jam
• Jumlah tidur siang sama dengan tidur malam
• Periode tidur sekitar 3-4 jam  kemudian terbangun selama 1-2 jam
• Pola tidur bayi dipengaruhi oleh:
– Kebutuhan biologis seperti rasa lapar/haus, perasaan tidak nyaman dengan
popok yang basah, dan rasa ingin diperhatikan oleh pengasuhnya
– Usia 3-6 bulan sebagian besar bayi sudah memiliki siklus tidur yang lebih
teratur
2. Bagaimana posisi tidur bayi yang aman?

• Posisi tidur bayi yang paling aman untuk mengurangi risiko terjadinya sindrom kematian
bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS) adalah tidur terlentang.
– Bayi diposisikan terlentang setiap kali tidur sampai usia 1 tahun.
– Posisi terlentang tidak meningkatkan risiko tersedak atau aspirasi karena bayi memiliki sistem
perlindungan jalan napas.
– Bayi usia diatas 1 tahun umumnya cukup aman untuk tidur tengkurap.

• Jangan gunakan alas tidur yang empuk atau lembut.


– Disarankan untuk menggunakan matras padat yang dibungkus oleh pelapis dengan ukuran pas.
– Bantal atau guling sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti alas tidur.

• Bayi sebaiknya tidur di ruang yang sama dengan orang tua, namun di tempat tidur
terpisah.
– Banyak penelitian menunjukkan dengan tidur satu tempat tidur dengan orangtua (bed sharing) dapat
menempatkan bayi dalam risiko terjepit atau tertindih.
2. Bagaimana posisi tidur bayi yang aman?

• Jangan letakkan benda – benda lembut dan jangan gunakan sprei yang
longgar pada tempat tidur bayi.
– Bantal, boneka, rajutan, selimut sebaiknya dijauhkan dari tempat tidur.
– Bantalan yang ditempel di sekililing tempat tidur tidak terbukti mencegah trauma pada
bayi dan tidak perlu digunakan.

• Dot dapat digunakan saat menidurkan bayi.


– Hal ini diketahui dapat menurunkan risiko SIDS.
– Jika dot terlepas saat bayi tidur, dot tidak perlu dimasukkan kembali ke mulut bayi.
– Dot sebaiknya tidak dikalungkan di leher bayi karena meningkatkan risiko tercekik.

• Pastikan suhu lingkungan tidur bayi tidak terlalu panas.


– Bayi sebaiknya menggunakan pakaian yang tidak terlalu tebal.
– Jika bayi tampak berkeringat, gelisah, serta panas saat disentuh, maka pakaian perlu
diganti atau suhu ruangan perlu diturunkan.
– Bayi yang berada di lingkungan panas meningkatkan risiko SIDS.
3. Kapan bayi mulai mengenal
konsep terang dan gelap?

• Bayi mulai mengerti siklus terang gelap (irama


sirkadian) pada usia 2-3 bulan.
• Dianjurkan pada usia diatas 3 bulan, bayi tidur
dalam lingkungan yang berbeda:
– Siang hari : lebih terang, sinar matahari masuk ke
ruang tidur
– Malam hari : lebih gelap, lampu temaram
4. Kapan transisi dari tempat tidur bayi ke
tempat tidur biasa?

• Kira-kira usia 2 tahun, setelah pemberian ASI 2 tahun


atau lebih
• Dilakukan secara bertahap, mulai dari room sharing
kemudian baru dipisahkan dengan kamar sendiri
• Setelah 2 tahun anak harus tidur terpisah dari orangtua
 bila tidak, bisa menyebabkan gangguan tidur di
kemudian hari
• Lebih lanjut dikatakan bahwa bed sharing memberikan
kontribusi terhadap lambatnya anak mulai tidur dan
terbangun lebih pagi, hal tersebut terjadi karena pola
tidur anak akan mengikuti pola tidur orangtuanya.
5. Apakah anak harus tidur siang?

• Anak usia 1-3 tahun, umumnya tidur siang:


– 2x sehari usia 12-18 bulan
– 1x sehari usia diatas 18 bulan
– lamanya 30 menit sampai 2 jam.
• Penting diingat, agar tidak membiarkan anak tidur siang
terlalu lama atau terlalu sore.
– Batasi lama tidur siang dan anak sudah bangun pada jam 16.00.
– Bila anak bangun terlalu sore atau terlalu lama maka anak belum
mengantuk saat tidur malam.
• Anak usia 4 tahun keatas tidak perlu tidur siang, asalkan
tidur malamnya cukup.
6. Jam berapa anak sebaiknya tidur malam?

• Waktu tidur optimal bagi anak adalah sebelum jam 9 malam,


karena hormon pertumbuhan anak bekerja optimal pada malam
hari (jam 24.00 – 02.00)
– anak harus tidur sebelum jam 9 malam sehingga pada jam 24.00 anak
akan dalam fase tidur dalam/nyenyak.
• Rekomendasi The American Academy of Sleep Medicine:
– Bayi harus tidur pada jam 19.00.
– Balita harus tidur pada jam 19.30.
– Anak-anak usia awal sekolah harus tidur pada jam 20.00.
– Praremaja (6-12 tahun) harus tidur pada jam 20.30.
– Remaja (13-18) harus tidur antara jam 21.00 – 21.30.
• Penerapan waktu tidur malam perlu dilaksanakan secara
konsisten.
7. Bagaimana kita mengetahui anak batita
mengalami gangguan tidur?

• Dikatakan mengalami gangguan tidur jika pada


malam hari tidurnya kurang dari 9 jam, terbangun
lebih dari 3 kali, dan lama terbangunnya lebih dari 1
jam.
• Bayi pun tampak selalu rewel, menangis dan sulit
untuk tidur kembali.
8. Apakah mimpi buruk pada anak berbahaya dan apa
yang harus dilakukan orangtua?

• Apabila anak mengalami mimpi buruk atau teror


tidur, tenangkan kemudian bantu anak untuk tidur
kembali.
• Penting untuk memindahkan benda-benda yang
berbahaya dan menyediakan lingkungan yang
aman.
• Mimpi buruk atau teror tidur jarang mencerminkan
suatu penyakit organik dan biasanya menghilang
seiring dengan bertambahnya usia.
9. Apa yang dimaksud dengan
Sleep Hygiene?
• Pola tidur yang baik dapat dibentuk melalui pembiasaan
sejak dini yang dikenal dengan istilah Sleep Hygiene
• Menurut International Classificcation of Sleep Disorders,
Sleep Hygiene adalah kondisi atau praktek yang
membantu tercapainya irama sirkadian yang tepat,
kontinu, dan tidur yang efektif.
• Hal ini akan membantu anak mendapatkan tidur yang
berkualitas dengan durasi yang cukup.
• Praktek ini meliputi pengubahan lingkungan, rutinitas
bersama orangtua menjelang waktu tidur, dan praktek-
praktek yang membantu anak tertidur.
9. Apa yang dimaksud dengan
Sleep Hygiene?
• Prosedur sleep hygiene terdiri atas:
– tidur dan bangun pada waktu yang sama (konsisten)
– menetapkan tempat yang tepat untuk memulai tidur
– tidak makan dan minum apa pun 30 menit sebelum tidur
• minum susu hingga tertidur
• minum minuman yang kaya kafein (kopi, teh, coklat) dan minuman soda
mendekati waktu tidur
– tidak menggunakan alat elektronik 30-60 menit sebelum tidur
• menonton TV di tempat tidur
– menghindari lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan
awitan tidur (behavioral association) seperti:
• diayun hingga tertidur
• orangtua berbaring disamping anak hingga anak tertidur
10. Apa tips praktis agar anak punya
rutinitas tidur yang baik?
• Usahakan ruangan yang nyaman untuk tidur malam, yaitu kamar yang
tenang, gelap (atau lampu temaram bila anak takut gelap) dengan suhu
sejuk.
• Perbanyak interaksi saat bayi terbangun pada pagi hingga sore hari dengan
berbicara, bermain, maupun bernyanyi.
• Pada malam hari, kurangi stimulus dengan mengurangi cahaya lampu dan
suara, serta berinteraksi sesuai kebutuhan bayi saja.
• Kenali tanda-tanda bayi mulai mengantuk dan berikan respons sewajarnya
agar bayi dapat belajar tidur sendiri.
• Waktu terbaik untuk meletakkan bayi di tempat tidurnya adalah saat ia
dalam keadaan mengantuk namun masih terjaga.
• Penerapan waktu tidur dilaksanakan secara konsisten.
• Tips praktis AAP untuk membentuk rutinitas tidur yang baik The 4
B’s of Bedtime: Bathing, Brush, Books, Bedtime.

Anda mungkin juga menyukai