Anda di halaman 1dari 53

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI

Pedoman Umum Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


1. Berikan ruang pemeriksaan yang hangat dan nyaman
2. Lepaskan pakaian hanya pada area yang diperiksa, untuk mencegah kehilangan panas kecuali
jika bayi baru lahir telah berada di bawah sumber panas seperti radiasi penghangat
3. Lakukan secara berurutan dari kepala ke kaki) dengan pengecualian
a. Lakukan lebih dulu semua prosedur yang memerlukan observasi ketat, kemudian lanjutkan
dengan prosedur ringan
b. Lakukan prosedur yang mengganggu seperti menguji refleks pada tahap akhir
c. Ukur kepala, dada, dan panjang sekaligus
4. Lakukan dengan cepat untuk menghindari stress pada bayi
5. Beri kenyamanan pada bayi selama dan setelah pemeriksaan bila ia marah: bicara lembut,
pegang tangan di atas dadanya, dll.
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR
PENGKAHASIL
JIAN
PEMERIKSAAN
Pengukura Lingkar Kepala (LK) 33n umum
35 cm
Lingkar dada (LD) 30,533 cm
LK harus lebih besar 2-3
cm dari LD
Panjang Badan (PB) 4853 cm
Berat Badan Lahir (BBL)
2500-4000 gram
Tanda-tanda vital
Suhu
Aksila 36,5-37oC

Frekuensi
Janutng

Apikal 120-140x/menit

Pernafasan 30-60x/menit

Tekanan

Tekanan darah dilakukan

ABNORMALITAS
MINOR/MAYOR

HASIL
PEMERIKSAAN

darah

pada anak di atas umur 3


tahun

PENGKAHASIL
JIAN
PEMERIKSAAN
Penampilan Postur: fleksi kepala dan
umum
ekstremitas dengan
istirahat telentang dan
telungkup
Kulit

Pada saat lahir merah


terang, menggembung,
halus
Hari kedua sampai ketiga
merah muda, mengelupas,
kering,
Verniks kaseosa
Lanugo
Edema di sekitar mata,
wajah, kaki punggung
tangan, telapak, dan
skrotum atau labia
Perubahan warna normal:
Akrosianosis: sianosis
tangan dan kaki, kutis
marmorata:mottling
sementara ketika bayi
terpapar suhu rendah

Kepala

Fontanel anterior: bentuk


berlian 2,5-4,0 cm
Fontanel anterior: bentuk
segitiga 0,5-1 cm
Fontanel harus datar,
lunak dan padat
Bagian terlebar dari
fontanel diukur dari tulang
ke tulang bukan dari
sutura ke sutura

Mata

Kelopak biasanya edema


Mata biasanya tertutup
Warna agak abu-abu, biru
gelap, coklat

ABNORMALITAS
MINOR/MAYOR

HASIL
PEMERIKSAAN

Tidak ada air mata


Refleks kornea sebagai
respons terhadap sentuhan

PENGKA
JIAN

HASIL
PEMERIKSAAN
Refleks pupil sebagai
respon terhadap cahaya
Refleks berkedip sebagai
respon terhadap cahaya
atau sentuhan
Fiksasi rusimeter pada
objek dan kemampuan
untuk mengikuti ke garis
tengah

Telinga

Posisi puncak pinna


berada pada garis
horizontal bersama bagian
luar kantus mata
Refleks moro atau refleks
terkejut ditimbulkan oleh
bunyi keras dan tiba-tiba
Pinna lentur

Hidung

Patensi nasal
Mukus putih encer
Bersin

Mulut dan Utuh, palatum arkus


tenggoro
tinggi
kan
Uvula di garis tentah
Frenulum lidah
Frenulum bibir atas
Reflek menghisap: kuat
dan terkoordinasi
Refleks rooting
Refleks gag
Refleks ekstrusi
Salivasi minimal atau
tidak ada

ABNORMALITAS
MINOR/MAYOR

HASIL
PEMERIKSAAN

Menangis keras
Leher

Pendek gemuk, biasanya


dikelilingi oleh lipatan
kulit
Refleks leher tonik
Refleks neck-righting
Refleks otolith-righting

PENGKAHASIL
JIAN
PEMERIKSAAN
Dada
Diameter anteroposterior
dan lateral sama
REtraksi sternal sedikit
terlihat selama inspirasi
Terlihat prosesusxifoiddeus
Pembesaran dada
Paru-paru Pernafasan utamanya
adalah pernafasan
abdominal
Refleks batuk tidak ada
saat lahir, ada setelah 1-2
hari
Bunyi nafas bronchial
sama secara bilateral
Jantung
Apeks: ruang interkostal
keempat sampai kelima
sebelah lateral batas kiri
sternum
Nada S2 sedikit lebih
tajam dan lebih tinggi dari
pada S1
Abdomen Bentuk silindris
Hepar: dapat diraba 2-3
cm di bawah manrjim
kostal kanan
Limpa: puncak dapat
diraba pada akhir minggu
pertama
Ginjal: dapat diraba 1-2
cm di atas umbilicus
Pusat umbilicus: putih
kebiruan pada saat lahir

ABNORMALITAS
MINOR/MAYOR

HASIL
PEMERIKSAAN

dengan dua arteri san datu


vena
Nadi femoral bilateral
sama
Genital
Labia dan klitoris
wanita
biasanya edema
Labia minora lebih besar
daripada labia mayora
Meatus uretral di
belakang klitoris
Verniks kaseosa diantara
labia
Berkemih dalam 24 jam
PENGKA
HASIL
JIAN
PEMERIKSAAN
Genital pria Lubang uretra pada
puncak glen penis
Testis dapat diraba di
dalam setiap skrotum
Skrotum biasanya besar,
edema, pendulus dan
tertutup dengan rugae,
biasanya pigmentasi lebih
gelap
Berkemih dalam 24 jam
Punggung Spina utuh, tidak ada
dan rektum lubang masa, atau kurva
menonjol
Refleks melengkung
batang tubuh
Lubang anal paten
Mekonium dalam 36 jam
Ekstremitas Sepuluh jari tangan dan
jari kaki
Rentang gerak penuh
Punggung kuku merah
muda, dengan sianosis
sementara segera setelah
lahir
Fleksi ektremitas atas dan
bawah
Telapak biasanya datar
Ekstremitas simetris

ABNORMALITAS
MINOR/MAYOR

Hasil
Pemeriksaan

Tinus otot sama secara


bilateral terutama pada
fleksi berlawanan
Nadi brakilis bilateral
sama

PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK


A. Pengukuran Pertumbuhan
Alat:
1. Alat pengukur panjang badan yang terbuat dari kayu
2. Meteran segitiga
3. Timbangan berat badan
4. Spidol warna
5. Meteran
6. Pita pengukur lingkar lengan atas
7. Grafik NCHS
Prosedur pemeriksaan:
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Panjang/
Mengukur panjang badan pada anak
Tinggi Badan usia dibawah 24 bulan: tempatkan

HASIL

telentang dengan kepala di garis tengah


pegang lutut dan dorong dengan
perlahan ke meja dengan kaki ekstensi
penuh ukur dari puncak kepala samap
tumit kaki
Tinggi badan: untuk anak lebih dari 24
bulan: lepas sepatu dan kaus kaki,
minta anak berdiri setinggi mungkin,
punggung tegak, kepala di garis tengah
dan pandangan lurus ke depan, periksa
fleksi lutut, kemerosotan bahu,
peninggian tumit, ukur puncak kepala
sampai permukaan berdiri
Masukkan hasil pengukuran
panjang/tinggi badan berdasarkan usia
ke dalam grafik dan beri tanda
Timbang bayi dan anak kecil telanjang
di atas skala, lindungi bayi dengan
mennempatkan tangan di atas tubuh
untuk mencegah terjatuhnya bayi
Timbang anak yang lebih besar dengan
memakai pakaian dalam (tanpa sepatu)
pada timbangan tegak
Periksa apakah skala seimbang
sebelum digunakan
Masukkan hasil pengukuran berat
badan berdasarkan usia ke dalam grafik
dan beri tanda
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Lingkar
Ukur dengan kertas pita pada
kepala
lingkaran terbesar dari puncak alis
mata dan pinna telinga ke tonjolan
oksipital tengkorak
Lingkar dada Ukur lingkar dada pada puting susu,
lakukan pengukuran selama inhalasi
dan ekspirasi
Lingkar
Lengan anak fleksi 90 o
lengan
pada siku dengan menggantung bebas,
lingkari lengan atas dengan pita
Berat badan

HASIL

B. Pengukuran tanda-tanda vital


Alat:
1. Termometer oral, aksila, rectal, sensor membran timpani, thermometer strip plastic
2. Second
3. Stetoscop
4. Spignomanometer
5. Manset anak
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Suhu
Suhu oral: letakkan thermometer oral
di bawah lidah di dalam kantong sub
lingual posterior kanan atau kiri, bukan
di depan lidah, minta anak untuk tetap
mengatupkan mulutnya tapa menggigit
thermometer
Suhu aksila: tempatkan thermometer di
bawah lengan dengan ujungnya di
bagian tengah aksila da dekatkan
dengan kulit, bukan pakaian, tahan
tangan anak untuk menjepitnya
Suhu rectal: masukkan ujung yang

HASIL

telah diberi pelumas tidak lebih dari


2,5 cm ke dalam rectum, pegang
thermometer dengan hati-hati ke dalam
anus anak di miringkan, telentang atau
posisi telungkup (misal telentang
dengan lutut fleksi kea rah abdomen),
tutup penis
Sensor membrane timpani:
thermometer infra merah mengukur
radiasi terminal dan membrane
timpani, suhu yang diukur akan tampak
pada dispai digital dalam 1 detik
Masukkan ujung yang tertutup dengan
perlahan ke dalam liang telinga kea rah
titik tengah antara alis mata dan
cambang yang berlawanan
Catatan bila menggunakan sensor
membrane timpani guankan otoskop
untuk melihat gendang telinga. Bila
gendang telinga terlihat perhatikan tipe
ujung telinga dan penampatan
speculum di dalam telinga. Gunakan
prosedur yang sama untuk
memasukkann ujung alat
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Termometer strip plastic: perubahan
warna sebagai respon terhadap
perubahan suhu, tempatkan strip pada
dahi sampai terjadi perubahan warna,,
biasanya memerlukan waktu kurang
dari 15 detik
Nadi

Ukur nadi apical pada anak-anak di


bawah usia 2-3 tahun
Titik intensitas maksimum terletak di
bagian lateral sampai ke putting susu
pada ruang antar iga keempat-kelima
atau pada garis mid klavikula
Ukur nadi radialis pada anak-anak usia
lebih dari 2-3 tahun
Hitung nadi selama 1 menit penuh,
khususnya bila terjadi ketidakteraturan

Pernafasan

Observasi frekuensi pernafasan selama

HASIL

1 menit penuh pada bayi dan anak


kecil, observasi gerakan abdomen.
Pada anak yang lebih besar,observasi
gerakan toraks
Tekanan
darah

PEMERIKSAAN FISIK

Gunakan ukuran manset yang tepat


(ukuran manset mengacu hanya pada
akantong bagian dalam yang dapat
dikembungkan, bukan kain atau plastik
penutupnya)
Lebar yang cukup untuk penutup kirakira 75% lengan atas di antara puncak
bahu
Panjang yang cukup untuk melingkar
penuh pada anggota gerak dengan atau
tanpa putaran ulang
Ruang lingkup pada fosa antekubital
untuk menemptkan stetoskop
Ruang cukup pada fosa antekubital
untuk menampatkan stetoscop
Ruang yang cukup pada tepi atas
manset unutk mencegah obstruksi pada
aksila
Gunakan posisi yang sama missal
berbaring atau duduk dan lengan kanan
untuk pengukuran
PROSEDUR
Posisikan anggota gerak setinggi
jantung
Kembungkan manset dengan cepat
kira-kira 20 mmHg di atas titik dimana
nadi radial menghilang
Lepaskan tekanan manset dengan
kecepatan kira-kira sampai 3 mmHg
per detik selama auskultasi arteri
Baca manometer gravitasi-air raksa
setinggi mata
Catat nilai tekanan sistolik sebagai
awal dari bunyi berdetak yang jernih
(bunyi korotkoff pertama)
Catat tekanan diastolic pada bunyi
korotkoff keempat (K4) dan kemila
(K5), hilanya suara sejalan dengan

HASIL

tekanan sistolik, anggota gerak, posisi


ukuran manset dan metode, missal: TD
100/60 mmHg
Jika menggunakan monitor elektronik,
ikuti petunjuk pabrik dan panduan di
atas untuk ukuran manset yang benar

C. Penampilan Fisik
Alat:
1. Senter
2. Otoscop
3. Spatel
4. Garpu tala
PEMERIK-

PROSEDUR

HASIL

SAAN FISIK
Penampilan Observasi: wajah postur hygiene,
Umum
perilaku, status kesadaran.
Kulit
Observasi kulit pada cahaya matahari
alami atau sinar buatan yang netral
Warna: paling baik jika dikaji pada
sclera, konjunctiva, punggung kuku,
lidah, mukosa bukal telapak tangan dan
telapak kaki
Tekstur: kelembaban, kehalusan
kekasaran, integritas kulit dan suhu
Suhu: bandingkan setiap bagian suhu
tubuh untuk suhu yang sama
Turgor: gangguan kulit abdomen
antara ibu jari dan jari telunjuk, tarik,
dan lepaskan dengan cepat
Nodus Limpe Palpasi menggunakan bagian distal jari
Tekan dengan perlahan tapi tegas
dengan gerakan melingkar
Perhatikan ukuran, mobilitas, suhu,
kekerasan, dan adanya perubahan pada
pembesaran nodus
Submaksilaris: tundukkan kepala
sedikit ke bawah
Servical: tengadahkan kepala sedikit
ke atas
Aksila: rilekskan lengan di samping
tetapi sedikit abduksi
Inguinalis: tempatkan anak pada posisi
telentang
Kepala
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
Perhatikan control kepala (khususnya
pada bayi) dan postur kepala
Evaluasi rentang gerak
Palpasi tengkorak akan adanya
fontanel nodus atau pembengkakan
yang nyata
Periksa hygiene kulit kepala, adanya
lesi, tanda trauma, kehilangan rambut,
perubahan warna
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Mata
Inspeksi penempatan dan kesejajaran:
bila abnormalitas dicurigai, ukur jarak

HASIL

kantus bagian dalam


Konjunctiva palpebra: tarik kelopak
mata bawah kea rah bawah sementara
anak melihat ke atas
Tarik kelopak mata atas dengan
memegang bulu mata dan tarik ke
bawah dank e depan
Sklera: observasi warna
Pupil: Uji reaksi terhadap sinar,
sumber sinar terang terhadap dan
menjauh dari mata.
Telinga
Pinna: inspeksi penempatan
kesejajaran. Ukur tinggi pinna dengan
menarik garis imajiner dari orbit luar
mata ke oksipital tengkorak. Sudut
ukur pinna dengan menarik garis
horizontal imajiner dan sejajar pinna
setelah tanda ini
Inspeksi hygiene
Periksa struktur luar kanal dan telinga
tengah dengan otoskop:
Anak di bawah 3 tahun: posisikan
telungkup dengan telinga yang
diperiksa menghadap atap, sandarkan
anak, gunakan bagian tubuh atas untuk
merestrain tangan dan tubuh, dan
tangan yangmemeriksa untuk
merestrain kepala. Ubah posisi duduk
pada posisi miring di atas pangkuan
orang tua memeluk anaknya dengan
aman dan melingkari tubuh dan tangan
serta puncak kepala. Masukkan
speculum diantara posisi jam 3 dan 9
dengan miring ke bawah dan ke depan.
Tarik pinna ke bawah dan ke belakang
pada rentang jam 6-9.
Anak lebih dari 3 tahun: Periksa saat
duduk dengan kepala mirinf sedikit
menjauh dari pemeriksa (bila anak
perlu restrein, gunakan salah satu dari
posisi yang telah disebutkan di atas).
Tarik pinna ke atas dan ke belakang
pada posisi jam 10. Masukkan
speculum 0.6-1.25 cm, gunakan
PEMERIKPROSEDUR

HASIL

SAAN FISIK
speculum yang terlebar yang mudah
masuk ke diameter kanal
Kaji pendengaran:
Tes Rinne: letakkan batang vibrasi dan
garpu tala pada tulang mastoid sampai
anak tisak lagi emndengar bnyinya,
gerakkan gigi garpu dekat ke lubang
telinga
Tes Weber: pegang garpu tala pada
garis tengah kepala atau dahi
Hidung

Vestibula anterior: tengadahkan kepala


ke belakang, dorong ujung hidung ke
atas, dan sinari lubang dengan sinat
kilat, untuk memndeteksi perforasi
septum, arahkan cahaya ke salah satu
lubang hidung dan observasi lewatnya
sinar melalui perforasi

Mulut dan
tenggorokan

Bibir: perhatikan warna, tekstur dan


lesi sebelumnya
Struktur internal
Minta kerjasama anak untuk membuka
mulut lebar-lebar dan mengatakan
ahhh biasanya tidak perlu
menggunakan spatel lidah
Dengan anak pada posisi telentang
kedua tangan diangkat disepanjang sisi
kepala, minta orang tua untuk
memeprtahankan posisi tangan untuk
mengimobilisasi kepala, mungkin perlu
menggunakan spatel lidah, tetapi
hindari menimbulkan refleks muntah
dengan menekan hanya bagian
samping lidah, guankan lampu senter
untuk penyinaran yang baik.

D. Pemeriksaan dada, paru dan jantung


Alat:
1. Stetoscop
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Dada
Inpeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan,
gerakan dan perkembangan payudara
Gambarkan temuan sesuai garis
geografis dan imajiner
Lokasi ruang intercostals (ICS), ruang
langsung di bawah iga, dengan
mempalpasi dada sedara inferior dari
iga kedua
Petunjuk lain: putting biasanya pada
ICS ke-4, ujung iga ke-11 teraba pada
lateral, ujung iga ke-12 teraba pada
posterior, ujung scapula pada iga atau
ICS ke-8
Paru-paru

Jantung

Evaluasi gerakan pernafasan:


frekuensi, irama, kedalaman, kualitas
dan karakter
Dengan anak pada posisi dudukk,
tempatkanm kedua tangan datar di
punggung atau dada dengan ibu jari di
garis tengah sepanjang tepi kostal di
bawah
Fremitus vocal: palpasi seperti di atas
dan anak mengatakan 99atau eee
Perkusi kedua sisi dada dalam urutan
dari apeks ke dasar. Untuk paru-paru
anterior, anak duduk atau telentang,
untuk paru-paru posterior, anak duduk
Auskultasi pernafasan dan
bunyi/suara: intensitas, dada, kualitas,
durasi relative dari inspirasi dan
ekspirasi
Instruksi umum

HASIL

Mulai dengan inspeksi, diikuti dengan


palpasi kemudian auskultasi
Perkusi tidak dilakukan karena
nilainya yang terbatas dalam
mendefinisikan batasan atau ukuran
jantung
Inspeksi ukuran dengan anak berada
pada posisi semi fowler, observasi
dinding dada dari sebuat sudut
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Palpasi untuk menentukan lokasi
impuls apical, impuls jantung paling
lateral yang dapat disamakan dengan
apeks
Palpasi kulit untuk waktu pengisian
kapiler:
Tekan kulit sedikit pada sisit tengah
seperti dahi dan sisi perifer seperti
bagian atas tangan atau kaki, untuk
menghasilkan sedikit pemuctan. Kaji
waktu yang diperlukan area yang
memucat untuk kembali pada warna
hasilnya
Auskultasi bunyi jantung: dengarkan
dengan anak dalam posisi duduk dan
bersandar. Guankan stetoscop bagian
diafragma dan bel dada. Evaluasi
kualitas, intensitas, frekuensi dan irama
bunyi
Area aortic: ruang intercostals kanan
kedua dekat sternum. Area pulmonik:
ruang intercostal kiri kedua dekat
sternum. Titik Erb: ruang intercostals
ketiga dan kedua kiri dekat sternum
Area apical atau mitral: ruang
intercostals kelima garis midklavikula
kiri (ruang intercostals ketiga sampai
keempat dan lateral pada garis
midklavikular diri pada bayi)

HASIL

E. Pemeriksaan Abdomen
Alat:
1. Stetoscop
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Abdomen
Instruksi umum
Inspeksi, didikuti dengan auskultasi,
perkusi dan palpasi yang dapat
mengubah bunyi abdomen normal
Palpasi mungkin tidak nyaman untuk
anak, palpasi dalam menyebabkan
perasaan tekanan dan palpasi
superficial menyebabkan sensasi geli
Untuk meminimalkan
ketidaknyamanan dan mendorong
kerjasama:
Tempatkan anak pada posisi telentang
dengan kaki fleksi pada panggul dan
lutut
Alihkan perhatian anak dengan
pernyataan seperti Saya akan
menebak apa yang kamu makan
dengan memegang perutmu
Minta anak untuk membantu
mempalpasi dengan menempatkan
tangannya sendiri di atas tangan
pemeriksa yang mempalpasi
Minta anak menempatkan tangannya
pada abdomen dengan jari-jari
Inspeksi kontur, ukuran dan tonus

HASIL

Observasi adanya hernia


Inguinalis: urutkan jari kelingking ke
cincin ingunalis eksternal di dasar
skrotum, minta anak untuk batuk.
Femoralis: tempatkan jari di atas
kanalis femoralis
Auskultasi bising usus dan pulsasi
aortic
Perkusi abdomen
Palpasi abdomen
Tempatkan satu tangan datar di atas
punggung dan gunakan palpasi tangan
untukmerasakan organ di antara
kedua tangan
Dahulukan dari kuadran bawah ke atas
untuk menghindari terlewatnya tepi
pembesaran organ

F. Pemeriksaan Genitalia:
Alat: Sarung tangan
PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Genitalia Pria Instruksi Umum
Lanjutkan dengan cara yang sama
seperti pemeriksaan area lain, jelaskan
prosedur dan maknanya sebelum
melakukan seperti mempalapasi testis
Hargai privasu setiap waktu
Gunakan kesempatan untuk
mendiskusikan masalah perkembangan
seksual dengan anak yang lebih besar
Bila ada kontak dengan substansi
tubuh, gunakan sarung tangan
Glans dan batang: inspeksi adanya
tanda-tanda pembengkakan, lesi kulit,
implamasi
Prepusium: inspeksi pada pria yang
disirkumsisi
Meatus uretral: inspeksi lokasi
Skrotum: inspeksi ukuran, lokasi kulit

HASIL

Genitalia
Wanita

Anus

dan distribusi rambut


Testis: palpasi setiap kantong skrotum
dengan mengguankan ibu jari dan jari
telunjuk
Genital eksterna: inpeksi struktur,
tempatkan anak kecil pada posisi
setengah bersandar dan telapak kaki
saling bersebelahan.
Labia: palpasi adanya massa
Meatus uretral: inspeksi terhadap
lokasi, teridentifikasi seperti bentuk V
dengan meregangkan kea rah bawah
dari klitoris ke perineum
Kelenjar skene: palpasi atau inspeksi
Orifisium vaginalis: pemeriksaan
internal biasanya tidak dilakukan,
inspeksi terhadap lubang sebelumnya
Kelenjar Bartholin: palpasi atau
inspeksi
Area anus: inspeksi penampilan umu,
kondisi kulit
Refleks anal: muncul dengan
mengerutkan atau meregangkan area
perianal dengan perlahan

G. Pemeriksaan Punggung dan ekstremitas


PEMERIKPROSEDUR
SAAN FISIK
Punggung dan Inspeksi kurvatura dan simetris tulang
Ekstremitas
belakang
Uji adanya scoliosis
Biarkan anak berdiri tegak, observasi
dari belakang dan perhatiksn
kesimetrisan bahu dan panggul
Biarkan anak membungkuk ke depan
pada panggul sampai ounggung
parallel pada lantai, observasi dari
samping dan perhatikan
ketidaksimetrisan atau penonjolan
tulang rangka
Perhatikan mobilitas belakang
Inspeksi setiap sendi ekstremitas,

HASIL

ukuran, suhu, warna, nyeri tekan,


mobilitas
Uji adanya perkemabngan displasia
panggul
Kaji bentuk tulang
Inspeksi posisi telapak kakai, uji
apakah deformitas kaki pada saat lahir
merupakan akibat dari posisi
fetal/perkembangan oleh peregangan
keluar, Kemudian kedalam, sisi telapak
kaki, dapat normal dengan sendirinya,
kaki mengambil sudut kanan terhadap
kaki
Inspeksi cara berjalan:
Minta anak berjalan pada garis lurus
Perhatikan sudut cara berjalan dengan
menarik garis lurus imajiner melalui
bagian tengah kaki dan garis program
Refleks plantar: timbulkan refleks
dengan mengusap telapak kaki lateral
dari tumit ke depan ke ibu jari kaki
Kaki: minta anak duduk dengan kaki
menggantung lanjutkan seperti pada
tangan
Telapak tangan: minta anak meremas
jari anda sekencang mungkin
Telapak kaki: minta anak
memfleksikan plantar (dorong telapak
kaki kea rah lantai) sambil menekan
telapak kaki
PENGKAJIAN PERKEMBANGAN PADA ANAK
Denver II adalah revisi utama dan standarisasi ulang dari Denver Develompment Screening Test
(DDST). Denver II berbeda dari test skrining sebelumnya dalam bagian-bagian yang meliputi
bentuk, interpretasi, dan rujukan. Tes ini juga mengkaji motorik kasar, bahasa, motorik halus,
personal social perkembangan pada anak-anak dari 1 bulan sampai 6 tahun. Jelaskan pada orang
tua bahwa Denver II bukan tes intelegentasi tetapi appraisal sistemik dari perkembangan anak
saat ini.
PENILAIAN DENVER II
Tindakan pengukuran perkembangan anak bertujuan untuk menilai perkembangan anak pada
empat aspek yaitu perkembangan motorik halus, motorik kasar, personal social dan bahasa
menggunakan skala DDST II.
Alat dan bahan

1. Spidol warna/pensil
2. Skala DDST II
Prosedur
1. Tentukan usia anak
2. Beri garis atau tanda pada usia anak dan tarik garis atas dan bawah pada skala DDST II
3. Lakukan penilaian tingkat pencapaian pada masing-masing komponen (motorik halus,
motorik kasar, personal social dan bahasa) pada batasan usia yang ditentukan
4. Tentukan hasil penilaian sebagai berikut:
a.

Pertumbuhan anak telambat (abnormal) apabila terdapat 2 terlambat/lebih pada 2 sektor atau bila
dalam 1 sektor didapat lebih dari 2 keterlambatan ditambah 1 sektor atau lebih terdapat 1
keterlambatan
b. Meragukan apabila dalam 1 sektor terdapat 2 keterlambatan atau lebih atau sector atau lebih
didapat 1 keterlambatan
c. Dapat juga dengan menentukan ada tidaknya keterlambatan pada masing-masing sector bila
menilai setiap sector (tidak menyimpulkan gangguan perkembangan secara keseluruhan).
Tuliskan hasil pengukuran dan lakukan interpretasi hasil/status pertumbuhan pada table di bawah
ini.
Komponen DDST
Motorik kasar
Motorik halus
Bahasa
Personal sosial

Hasil pengukuran

Interpretasi hasil

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT


Tujuan
1. Melakukan pemberian obat pada bayi dan anak balita
2. Melakukan cara pemberian obat melalui jalur oral, instramuskuler, intravena, intrakutan,
subkutan, anus/rectum, kulit, mata, telinga dan hidung

A. Pemberian Obat pada Bayi dan Balita


Pemberian dosis pada bayi dan balita seringkali berbeda, mengingat anak masih dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan. Pada prinsipnya, dosis ditentukan dengan dua standar, yakni
berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan. Berikut ini terdapat rumus perhitungan dosis
obat untuk anak, antara lain:
1. Young
Da=
n
Dd (mg) (tidak untuk anak > 12 tahun)
n + 12
Keterangan:
n
= usia anak dalam tahun
Da
= dosis anak
Dd
= dosis dewasa
2. Dilling
Da=

Dd (mg)
20

3. Gaubius
Da=

Dd (mg) (untuk anak sampai usia 1 tahun)


12

Da=

Dd (mg) (untuk anak usia 1-2 tahun)


8

Da=

Dd (mg) (untuk anak usia 2-3 tahun)


6

Da=

Dd (mg) (untuk anak usia 3-4 tahun)


4

Da=

Dd (mg) (untuk anak usia 4-7 tahun)


3

4. Fried
Da=

Dd (mg)

12
m= umur anak dalam bulan

5. Sagel
Da=
Da=

(13w + 15)
100
(8w + 7)

Dd (mg) (usia 0-20 minggu)


Dd (mg) (usia 20-52 minggu)

100
Da=

(3w + 12) Dd (mg) (usia 1-9 tahun)


100

6. Clark
Da=

w anak Dd (mg)
w dewasa
w = berat badan
Perhitungan rumus dosis tidak semuanya tepat dalam menentukan kerja dan efek obat, namun
lebih tepat jika disesuaikan dengan ukuran fisik atau ditentukan berdasarkan waktu paruh dari
jenis obat yang diberikan.

B. Pemberian obat per oral


Alat dan bahan
1. Spuit, pipet, sendok takar atau lainnya
2. Obat oral
3. Alat gerus
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur apa yang akan dilakukan
3. Gerus tablet kecuali dikontraindikasikan atau campur dengan sirup, jus atau lainnya
4. Ambil obat dengan menggunakan spuit/pipet sesuai dosis
5. Hindari menyampur obat dengan susu formula dan sebagainya
6. Gendong bayi dalam posisi agak bersandar
7. Tempatkan lengan terdekat di belakang punggung anda dan peluk dengan kuat lengan dan
tangan
8. Rapatkan kepala diantara badan dan lengan
9. Tempatkan pipet atau sendok takar/dot di dalam mulut agak ke belakang di atas lidah atau sisi
lidah
10. Beri obat secara perlahan dan biarkan bayi mengisap obat
11. Apabila anak sudah besar, beri obat dalam cangkir atau sendok
12. Jangan memaksankan anak jika tidak mau minum obat karena bahaya aspirasi, tunda 20-30
menit dan berikan kembali obat yang ada.
13. Kalau sudah selesai bilas dengan air
14. Puji anak kerja samanya
15. Evaluasi dan catat reaksi anak
16. Cuci tangan

C. Pemberian obat per intramuscular

Pemberian obat melalui intramuscular (IM) sangat tindakan yang hati-hati, mengingat saraf atau
pembuluh darah pada anak masih sangat rawan dan rentan terhadap benda asing, cara pemberian
obat intra muskuler yang benar adalah sebagai berikut:
Indikasi: Pemberian obat atau imunisasi
Kontraindikasi local: infeksi local pada kulit di daerah yang akan disuntik
Tempat suntikan:
1. Otot gluteus ventralis
2. Vactus lateralis otot paha
3. Otot deltoid
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat dan bahan:


Daftar buku obat
Obat dalam tempatnya
Spuit dengan ukuran yang sesuai
Kapas alcohol
Cairan pelaut
Bak steril dilapisi kasa steril
Bangkok
Perlak dan alasnya
Sarung tangan

Prosedur
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pilih jarum atau souit yang sesuai dngan jumlah cairan (obat) yang akan diberikan, kondisi
jaringan yang akan dipenetrasi untuk menentukan ukuran jarum
5. Apabila mengaspirasi obat dari ampul, apabila menggunakan jarum dengan filter dan kemudian
gunakan jarum nonfilter untuk menginjeksi
6. Tentukan area injeksi, otot seperti otot vascus lateralis, otot ventrogluteal, dan otot dorsogluteal
belum cukup berkembang untuk area injeksi yang aman bagi bayi
7. Beri restrain jika anak sering tidak kooperatif, dengan cara menempatkan anak dalam posisi
telentang atau duduk dan minta sesorang untuk memegangi anak
8. Gunakan kapas alcohol untuk deinfeksi dengan gerakan sirkuler
9. Regangkan dengan tangan kiri area yang akan disuntik atau pegang dengan kuat otot jari
diantara ibu jari dan jari lainnya.
10. Tusukkan jarum dengan posisi tegak lurus
11. Aspirasi spuit, jika tidak ada darah masukkan obat secara perlahan-lahan sampai habis
12. Setelah selesai, ambil spuit dengan gerakkan menarik dan tekan area penyuntikan dengan kapas
alcohol
13. Tenangkan anak dan pastikan obat memang diperlukan untuk memperbaiki kondisi anak
14. Puji anak atas kerja samanya
15. Cata reaksi setelah pemberian
16. Buka sarung tangan
1.
2.
3.
4.

17. Cuci tangan


D. Pemberian obat melalui intravena
Pemberian obat melalui intravena (IV) dialkukan dengan cara memberikan obat ke dalam
pembuluh darah vena, antar alain vena mediana kubiti/sefalika (lengan), vena safena (tungkai),
vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala). Pemberian obat intravena bertujuan
untuk mendapatkan reaksi obat yang cepat dan langsung masuk ke pembuluh darah.
Indikasi: pemberian obat-obatan dan cairan intravena/tranfusi darah
Kontraindikasi local: infeksi pada tempat yang akan disuntik
Tempat suntikan
Suntikan dapat dilakukan di setiap vena supervisial, misalnya di punggung tangan, punggung
kaki, bagian medial pergelangan tangan, fosa tangan, fosa kubiti, kepala, bagian medial tungkai,
atau leher
Alat dan bahan:
1. Daftar buku obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit dengan ukuran yang sesuai
4. Kapas alcohol
5. Cairan pelarut
6. Bak steril dilapisi kasa steril
7. Bengkok
8. Perlak dan alasnya
9. Karet pembendung (tourniquet)
10. Sarung tangan
Prosedur:
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
Tempatkan anak dalam posisi telentang atau duduk dan minta sesorang untuk memegangi anak
Bebaskan area yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian yang menutup
Ambil obat dari tempatnya dengan spuit sesuai dosis yang akan diberikan. Apabila obat dalam
sediaan bubuk, larutkan dengan pelarut (aquades steril)
7. Pasang perlak atau alas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan
8. Kemudian letakkan obat yang telah diambik pada bak injeksi
9. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol
10. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (toniquet) di bagian atas daerah yang akan
dilakukan penyuntikan obat atau regangkan dengan tangan atau minta bantuan atau membendung
di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan
11. Ambil spuit yang telah ada obatnya
12. Lakukan penyuntikan dengan lubang menghadap ke atas dan masukkan jarum ke pembuluh
darah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

13. Lakukan aspirasi jika sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung masukkan obat
sampai habis
14. Setelah selesai, ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan di are penusukan dengan
kapas alcohol, dan spuit yang telah diguankan letakkan ke dalam bengkok
15. Tenangkan anak dan pastikan obat diperlukan untuk membuat keadaan lebih baik
16. Puji anak atas kerjasamanya
17. Lepaskan sarung tangan
18. Cara reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian obat
19. Cuci tangan
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pemberian obat melalui subkutan


Daftar buku obat
Obat dalam tempatnya
Spuit insulin
Kapas alcohol dalam tempatnya
Cairan pelarut
Bak steril dilapisi kasa steril
Bengkok
Perlak dan alasnya
Sarung tangan

Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dialkukan dengan bahasa yang dimengerti anak
4. Tempatkan anak dalam posisi telentang atau duduk dan minta sesorang atau orang tua untuk
memegangi anak
5. Gunakan kapas alcohol sebagai desinfeksi dengan gerakan sirkuler
6. Regangkan kulit dengan tangan kiri atau cubit lipatan kulit dengan ibu jari dan telunjuk
7. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas, pada sudut 45o dari permukaan
kulit
8. Lakukan aspirasi, jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan sampai habis
9. Tarik spuit dan tekan area injeksi dengan kapas alcohol
10. Tenangkan anak dan pastikan obat diperlukan untuk memperbaiki keadaan anak
11. Puji anak atas kerja samanya
12. Lepaskan sarung tangan
13. Catat reaksi setelah pemberian
14. Cuci tangan
F. Pemberian obat melalui intrakutan
Obat intrakutan (IC) adalah obat yang diberikan atau dimasukkan ke dalam jaringan kulit. Rute
intrakutan ini biasanya dilakukan untuk menguji reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan
diguankan.
Indikasi:

1.
2.
3.
4.

Uji tuberculin
Uji imunitas seluler lainnya
Uji alergi
Imunisasi BCG
Kontraindikasi local: infeksi local pada kulit yang akan disuntik
Tempat suntikan:
Dapat disemua tempat, biasanya: daerah proksimal lengan bawah ventral, daerah
intrerskapularis, perut bagian ventral, dan daerah deltoid.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat dan bahan


Daftar buku obat
Obat pada tempatnya
Spuit 1 cc/spuit insulin
Kapas alcohol
Cairan pelarut
Bak steril dilapisi kasa steril
Bengkok
Perlak dan alas
Sarung tangan

Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dialkukan dengan bahasa yang dimengerti anak
4. Tempatkan anak dalam posisi telentang atau duduk dan minta seseorang atau orang tua untuk
memegangi anak
5. Guankan kapas alcohol untuk desinfeksi dengan gerakan sirkulker
6. Regangkan kulit dengan tangan kiri menggunkan ibu jari dan jari telunjuk
7. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas pada sudut 10-15o dari permukaan
kulit.
8. Dorong spuit dan masukkan obat sampai membentuk gelembung di kulit
9. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage
10. Tenangkan anak dan pastikan obat diperlukan untuk memperbaiki keadaan anak
11. Puji anak atas kerja samanya
12. Lepaskan sarung tangan
13. Catat reaksi pemberian
14. Cuci tangan
G. Pemberian obat melalui anus/rectum
Tindakan pengobatan ini dilakukan dengan cara memasukkan obat ke dalam anus atau rectum.
Obat yang diberikan dengan cara ini disebut juga obat supositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek cepat terapi obat, melunakkan feaces dan merangsang buang air besar.
Alat dan bahan
1. Obat supositoria

2.
3.
4.
5.

Sarung tangan
Kain kasa
Vaselin/pelican
Kertas tissue

Prosedur
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Guankan sarung tangan
Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
Oleskan ujung obat supositoria dengan pelican
Masukkan obat ke lubang anus kurang lebih 2,5 cm, pada saat yang sama minta pasien untuk
menarik nafas dalam
7. Jika anak terlalu kecil, rapatkan bokong sedikitnya selam 5 menit agar obat yang sudah masuk
tidak keluar lagi
8. Tenangkan anak
9. Puji anak atas kerjasamanya
10. Lepaskan sarung tangan
11. Catat waktu dan reaksi pemberian
12. Cuci tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PROSEDUR PEMBERIAN INFUS PADA ANAK


TUJUAN

1. Melakukan pemaangan infuse dengan wing needle


2. Melakukan pemasangan infuse
3. Melakukan prosedur keperawatan untuk tranfusi darah
A. Pemasangan Infus Dengan Wing Needle
Pemasangan infuse dengan wing needle dialkuan dengan memasukkan jarum ke intravena yang
dilakukan pada anak dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit melalui
parenteral sebagai jalur untuk memasukkan obat, dan pemberian nutrisi parenteral
Alat dan bahan
1. Set infuse
2. Wing needle dengan ukuran 23-25 (bayi) dan 19-22 (anak)
3. Cairan
4. Kapas alcohol
5. Betadine 10% atau iodine 1%
6. Alat pencukur
7. Alas
8. Gunting
9. Kasa steril
10. Korentang
11. Plester
12. Bengkok
13. Perban
14. Spalk
15. Sarung tangan

Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan menggunakan bahasa yang dimengerti anak dan
orang tua
4. Atur posisi dengan tidur tlentang atau dibedong atau diminta bantuan orang tua untung
memegangi anak
5. Beri alas
6. Daerah yang akan dipasang infuse dicukur terlebih dahulu atau dibersihkan
7. Pasang cairan dan sambungkan dengan set infuse
8. Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan diinfus
9. Lakukan penusukan dengan menggunakan jarum bersayap ke aliran darah
10. Apabila jarum sudah masuk yang ditandai dengan adanya cairan darah kea rah jarum jam,
keluarkan jarum, masukkan kateter lebih dalam dan kemudian sambungkan dngan slang
infuse
11. Lakukan fiksasi dngan memberi plester pada jarum, beri basa di bawah jarum penahan
dan lanjutkan fiksasi ke bagian yang lain
12. Atur tetesan
13. Tenangkan anak dan pastikan infuse diperlukan untuk membuat keadaan lebih baik
14. Lepas sarung tangan
15. Puji anak atas kerjasamanya
16. Catat reaksi yang terjadi
17. Cuci tangan
B. Pemasangan Infus
Prosedur pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan cairan melalui intravena dengan
bantuan set infuse, yang bertujuan memnuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan sebagai
tindakan pengobatan serta pemberian makan

Alat dan bahan


1. Standar infuse
2. Set infuse
3. Cairan sesuai kebutuhan pasien
4. Abocath sesuai ukuran
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alcohol 70%
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Spalk
12. Betadin
13. Sarung tangan
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan bahasa yang dipahami anak atau orang tua
4. Hubungkan cairan dan infuse set dengan menusukkan ke botol cairan infuse
5. isi cairan ke dalam set infuse dengan menekankan bagian ruang tetesan sampai ruangan
tetesan teisi sebagian, buka penutup sampai slang terisi dan udara keluar
6. Letakkan alas
7. Atur posisi dengan tidur terlentang dan minta bantuan untuk memegangu anak

8. Lakukan pembendungan dengan tourniquet


9. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkulasi
10. lakukan penusukan dengan lubang jarum kea rah atas
11. Periksa apakah sudah masuk kea vena yang ditandai keluarnya darah melalui jarum
infuse
12. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse
13. Buka tetesan
14. Lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutup dengan kasa steril
15. Gunakan spalk untuk fiksasi daerah infuse
16. Tenangkan anak dan pastikan infuse diperlukan untuk membuat kondisi anak lebih lebih
baik
17. Buka sarung
18. Puji anak atas kerjasamanya
19. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester, serta inisial perawat yang
melaksanakan prosedur
20. Cuci tangan
C. Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena menggunakan alat set
transfudi, utnuk memnuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan bahan
1. Standar infuse
2. Set tranfusi
3. NaCl 0,9%
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Abocath sesuai ukuran

6. Pengalas
7. Toniquet
8. Kapas alcohol 70%
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Betadin
13. SPalk
14. Sarung tangan
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Guankan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dialkukan dengan menggunakan bahasa yang dimengerti
anak dan orang tua
4. Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan tranfusi set dengan menusukkan selang
5. Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam set tranfusi dengan menekan bagian ruang tetesan sampai
ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga slang terisi dan udara kelaur
6. Letakkan pengalas
7. Atur posisi dengan tidur telentang dan minta bantuan orang tua untuk memegangi
8. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
9. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkuler
10. Lakukan penusukan dengan arah lubang jarum ke atas
11. Periksa apakah sudah masuk ke pembuluh vena ditandai dengan darah keluar melalui
jarum infuse

12. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan slang tranfusi


13. Buka tetesan
14. Lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutuo dengan kasa sterik
15. Gunakan spalk untuk fiksasi daerah infuse
16. Tenagkan anak
17. Buka sarung tangan
18. Puji anak atas kerjasamanya
19. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester serta inisial perawat yang
melakukan pemasangan
20. Cuci tangan
21. Setelah NaCl 0,9% masuk kurang lebih 15 menit ganti dengan darah yang sudah
disiapkan
22. Sebelum diamsukkan, cek darah untuk warnanya, identitas pasien, jenis golongan darah,
tanggal akhir penggunaan
23. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama tranfusi

PEMASANGAN NASOGATRIC TUBE (NGT)


TUJUAN
1. Melakukan pemasangan NGT
2. Melakukan pemberian makan melalui NGT
3. Melakukan perawatan slang NGT
A. Pemasangan NGT
Pemasangan NGT merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada apsein yang tidak
mampu memnuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan makanan, dengan
cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa penduga.
Ala t dan bahan
1. Pipa penduga dalam tempatnya
2. Corong
3. Spuit

4. Pengalas
5. Bengkok
6. Plester, gunting
7. Makanan dalam bentuk cair
8. Air matang
9. Obat-obatan
10. Stetoskop
11. Klem
12. Baskom berisi
13. Vaselin
14. Sarung tangan
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Atur prosedur yang akan dilakukan
5. Atur posisi anak dengan cara menempati anak di atas pangkuan, miring kanan atau
berbaring
6. Letakkan bengkok di dekat anak
7. Tentukan letak pipa penduga kambung dengan cara mengukur panjang pipa dari lambung
(antara pusar dan titik tertinggi iga bawah, kemudian tarik sampai ke daun telinga
kemudian ke hidung dan beri tanda atau batas dengan plester
8. Beri vaselin atau pelican/masukkan ke air bersih untuk melembapkan ujung pipa dan
klem pangkal pipa tersebut lalu masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan kea rah
belakang tenggorokan, anak dianjurkan untuk menelannya bila mampu menelan, jika
batuk hentikan dan lepas.

9. Tentukan apakah pipa benar-benar sudah masuk ke lambung, dengan cara:

Masukkan ujung slang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem dibuka) dan
perhatikan bila ada gelembung pipa masuk ke paru-paru. Jika tidak ada gelembung pipa tersebut
masuk ke lambung, kemudian diklem atau dillipat kembali.
Masukkan udara dengan spuit 5 cc ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan dengarkan
dengan stetoskop. Jika dilambung terdengar bunyi berarti pipa tersebut sudah masuk, setelah itu
keluarkan udara yang ada di dalam sebanyak jumlah yang dimasukkan
Buang udara dalam lambung dengan menarik pengisap spuit
10. Tenangkan anak dan tindakan benar-benar diperlukan untuk membuat kondisi anak lebih
baik
11. Puji anak atas kerja samanya
12. Buka sarung tangan
13. Catat hasilnya atau respons pasien selama pemberian makanan
14. Cuci tangan

B. Pemberian makan melalui NGT


Prosedur pemberian makan melalui NGT merupakan tindakan untuk memberi makan dalam
bentuk cair guna membantu memenuhi kebutuhan nutrisi atau zat gizi anak.
Alat dan bahan:
1. Air matang
2. Spuit/corong
3. Makanan cair sesuai suhu kamar
4. Bengkok
5. Sarung tangan
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Guankan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

4. Atur posisi anak dengan cara menempatkan anak di atas pangkuan, miring kanan atau
berbaring
5. Lepaskan klem dari slang dan hubungkan spuit atau corong
6. Periksa dengan spuit apakah sisa makanan masih ada di lambung, jika makanan
terakhir masih ada masukkan kembali dan tunggu 30-60 menit
7. Pemasangan spuit tidak boleh lebih tinggi dari dagu (harus sejajar)
8. Masukkan makanan sesuai program
9. Jika sudah selesai, tambahkan 1-2 sendok (10-15 mL0 air untuk membilas lambung
10. Pasang klem dan lepaskan spuit
11. Fiksasi slang agar tidak bergeser atau bocor
12. Setelah selesai gendong atau timang anak dan sendawakan
13. Buka sarung tangan
14. Catat hasilnya atau respons pasien selama pemberian makanan
15. Cuci tangan
C. Perawatan selang NGT
Prosedur perawatan slang NGT adalah upaya perawatan yang dilakukan untuk mencegah
masuknya kuman ke dalam tubuh melalui slang NGT
Alat dan bahan
1. Slang NGT
2. Air pelumas
3. Spuit kecil
4. Air atau udara untuk pengisian balon
5. Plester
6. Sarung tangan

Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Atur posisi anak dengan menempatkan anak di atas pangkuan, miring kanan dan setengah
duduk
5. Sambungkan spuit dengan slang
6. Tarik udara atau air dari balon slang
7. Tarik slang ke atas dan letakkan jauh dari jangkauan anak-anak
8. basahi ujung slang yang bersih dengan air
9. Masukkan ujung slang ke dalam lambung anak, sampai balon masuk ke lambung dan
fiksasi slang dengan memberi udara atau air
10. Periksa dengan menarik apakah slang sudah masuk fiksasi kulat dan posisi sudah benar
11. Fiksasi slang pada lambung
12. Tenangkan anak dan pastikan tindakan benar-benar diperlukan untuk membuat kondisi
anak lebih baik
13. Puji anak atas kerja samanya
14. Lepaskan sarung tangan
15. Catat hasilnya atau respons pasien selama pemberian makanan
16. Cuci tangan

PEMBERIAN OKSIGEN PADA ANAK


TUJUAN
1. Melakukan pemberian oksigen
2. Melakukan pemberian nebulizer
3. Melakukan prosedur pengisapan lender
4. Melakukan fisiotherpi dada
A. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen meruapakn tindakan keperawatan memberikan oksigen ke dalam paru
melalui saluran nafas dengan menggunakan alat Bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien
dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal dan masker yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Alat dan bahan
1. Tabung oksigen lengkap dengan flow mater dan humidifier
2. Kateter nasal, kanula atau masker
3. Vaselin/jel
4. Sarung tangan
Prosedur

1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Cek flow mater dan humidifier
5. Aktifkan tabung oksigen
6. Atur posisi anak dengan cara menempatkan anak di atas pangkuan, semi fowler atau
setengah duduk atau tidurkan
7. Beri oksigen melalui kanula atau masker
8. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak antara hidung dan teinga, setelah itu beri
jeli dan masukkan kateter
9. Tenangkan anak dan pastikan tindakan benar-benar diperlukan untuk membuat kondisi
anak lebih baik
10. Puji anak atas kerja samanya
11. LEpaskan sarung tangan
12. Catat pemberian dan lakukan observasi
13. Cuci tangan
B. Pemberian Nebulizer
Tindakan pemberian nebulizer untuk memobilisasi sekresi paru dengan cara humidifikasi.
Humidifikasi meningkatkan hidrasi membrane mukosa melalui transudasi. Tindakan ini memberi
penguapan pada saluran pernafasan agar lender encer sehingga mudah keluar atau diisap.
Tindakan ini dilakukan pada anak yang sesak nafas akibat obstruksi pada sekresi yang
menumpuk dan tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis
Alat dan bahan:
1. NaCl 0,9%
2. Set Nebulizer
3. Obat bronchodilator, kalau perlu
4. Sarung tangan steril

Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi anak dengan cara menempatkan anak di atas pangkian, posisi semi fowler
atau setengah duduk atau tidurkan
5. Lakukan penguapan selama 10-15 menit dimulai dengan menghidupkan set nebulizer
yang diarahkan ke saluran pernafasan, mulai dari mulut atau hidung
6. Lakukan fisiotherapi dada agar lender mudah terlepas dari dinding bronchus
7. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini benar-benar diperlukan untuk membuat
kondisi anak lebih baik
8. Puji anak atas kerjasamanya
9. Buka sarung tangan
10. Catat status saluran pernafasan dari secret
11. Cuci tangan
C. Pengisapan lendir
Pengisapan lendir adalah tindakan untuk membersihkan saluran pernafasan bagian dalam dengan
menggunakan alat pengisap (suction) lender melalui hidung, mulut maupun trachea agas saluran
nafas bebas dari sumbatan lender.
Alat dan ahan
1. Mesin pengisap lender (slym zuigar)
2. Kateter pengisap lender dengan ukuran

Neonatus-usia 6 bulan: 7-8 fr

6 bulan 1 tahun

: 8-10 fr

1-2 tahun

: 10 fr

2-4 tahun

: 10-12 fr

4-7 tahun

: 12 fr

7-10 tahun

: 12-14 fr

10-12 tahun

: 14 fr

Dewasa

: 12-16 fr

3. Air steril dan NaCl sebagai pembilas


4. Pinset anatomi
5. Spatel atau sudip lidah yang dibungkkus kain kasa
6. Sarung tangan
7. Alas
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tnagan
4. Atur posisi anak engan cara menempatkan anak di atas pangkuan, posisi semi fowler
dengan kepala miring ke salah satu sisi untuk pengisapan oral dan miringkan ke posisi
fowler dengan leher ekstensi untuk pengisapan nasal
5. Ukur slang pengisap dengan cara menempatkan ujung kateter ke daun telinga sampai
ujung hidung dan beri tanda
6. Sambungkan kateter pengisap dengan mesin pengisap
7. Basahi ujung kateter dengan larutan steril dan pang pengisap dengan ujungnya di dalam
larutan
8. Lakukan pengisapan:
a. Tempatkan ibu jari di lubang pengisapan
b. Orofaring: dengan perlahan masukkan kateter ke satu sisi mulut dan arahkan ke orofaring,
jangan melakukan pengisapan selama pemasangan

c.

Nasofaring: dengan perlahan masukkan kateter ke salah satu lubang hidung, arahkan kateter ke
medial sepanjang dasar rongga hidung dan jangan lakukan pengisapan selama pemasangan, dan
jika lubang satu tidak paten alihkan ke lubang yang lain
9. Lakukan pengisapan perlahan dengan merotasi kateter saat ditarik dan satu periode
pengisapan tidak boleh lebih dari 5 detik
10. Bilas kateter dengan larutan steril dengan meletakkannya ke dalam larutan dan lakukan
pengisapan
11. Lakukan beberapa kali pengisapan sampai bersih, pengisapan antara satu dengan yang
kedua atau seterusnya diberi jeda istirahat 20-30 detik
12. Gendong dan beri anak rasa nyaman
13. tenangkan anak dan pastikan tindakan ini benar-benar diperlukan untuk membuat kondisi
anak lebih baik
14. Buka sarung tangan
15. Puji anak atas kerjasamanya
16. Catat konsistensi, warna, dan bau secret serta reaksi selama prosedur
17. Cuci tangan

D. Fisiotherapi Dada
Fisiotherapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural, perkusi
dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan system pernafasan. Tindakan ini bertujuan
meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas.
Alat dan bahan
1. tempat duduk atau kursi
2. Bantal atau handuk
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Atur posisi anak dengan menempatkan anak di atas pangkuan, letakkan handuk atau
bantal di bawah punggung anak
4. Minta anak untuk menarik nafas atau ajarkan untuk meniuo botol khusus/balon yang
dapat membantu anak menarik nafas dalam dan dapat menyebabkan batuk jika anak
sudah mengerti perintah
5. Posisikan telapak tangan seperti mangkuk untuk perkusi dan lakukan tepukan seperti
pada gambar kurang lebih selama 1 menit
6. Minta anak menarik nafas dan lakukan vibrasi saat mengeluarkan udara, ulangi sampai
pernafasan 3 kali, jika anak sudah mengerti perintah.
7. Minta anak untuk batuk, jika dalam posisi berbaring tidak bias batuk ganti dalam posisi
duduk (untuk anak yang sudah mengerti perintah)
8. Ulangi prosedur no.3 samapi no 7
9. Tindakan dapat diulangi setelah anak anak istirahat
10. Tenangkan anak dan pastikan dan pastikan tindakan memang diperlukan untuk membuat
kondisi anak lebih baik.
11. Puji anak atas kerja samanya
12. Catat reaksi selam prosedur
13. Cuci tangan

PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI DASAR


TUJUAN
1. Melakukan imunisasi BCG
2. Melakukan imunisasi Polio
3. Melakukan imunisasi DPT/DT
4. Melakukan imunisasi Hepatitis B
5. Melakukan imunisasi campak
A. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah tindakan memasukkan vaksin BCG yang bertujuan untuk memberikan
kekebalan tubuh terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis dengan cara menghambat
penyebaran kuman.

Alat dan bahan:


1. Spuit tuberculin dengan jarum ukuran 25-27 panajng 10 mm
2. Vial vaksin BCG kering dan gergaji ampul
3. Pelarut vaksin
4. Kapas lembap (basahi air n\matang)
5. Sarung tangan bersih
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur kepada orang tua bayi tindakan imunisasi yang akan dilakukan
4. Buka ampul vaksin BCG kering
5. Larutkan vaksin dengan pelarut vaksin yang tersedia kurang lebih 4 cc
6. isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05 mL yang sudah dilarutkan
7. Atur posisi dan bersihkan lengan (daerah yang akan diinjeksi, yaitu bagian lengan atas)
dengan kapas yang telah dibasahi
8. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi
9. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum pada sudur 10-15o (subcutan)
10. Tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan melakukan masase
11. Usap bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang keluar
12. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
13. Catat respon yang terjadi, vaksin dikatakan berhasil jika benjolan di kulit, tampak pucat
dan pori-pori jelas
B. Imunisasi Polio

Imunisasi polio adalah tindakan imunisasi dengan membrikan vaksin polio (dalam bentuk oral)
atau dikenal dengan sebutan oral polio vaccine (OPV) yang bertujuan unutk memberi kekebalan
dari penyakit poliomeilitis, dapat diberikan empat kali dengan interval 4-6 minggu.
Alat dan bahan
1. Vaksin polio dan termos es/flakon berisi vaksin folio
2. Pipet plastic

Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilaksanakan
3. Ambil vaksin polio dalam termos es
4. Atur posisi bayi dalam posisi telentang di atas pangkuan ibunya dan pegang dengan erat
5. Teteskan vaksin ke mulut sesuai jumlah dosis yang diprogramkan atau yang dianjurkan,
yakni 2 tetes.
6. Cuci tangan
7. Catat reaksi yang terjadi
C. Imunisasi DPT/DT
Imunisasi ini dilakukan dengan memberikan vaksin DPT (Dipteri Pertusis Tetanus)/DT (dipteri
tetanus) pada anak yang bertujuan untuk memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri,
pertusis, dan tetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan
interval 4-6 minggu (kurang lebih 3 kali), selanjutnya ulangan pertama satu tahun dan ulangan
berikutnya tiga tahun sekali sampai usia 8 tahun.
Alat dan bahan
1. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es
3. Kapas alcohol
4. Sarung tangan

Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Atur posisi bayi, bayi dipangu ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala
bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke belakang
tubuh ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat.
5. Lakukan desinfeksi area tengah pada bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas
alcohol
6. Regangkan daerah yang akan diinjeksi
7. Lakukan injeksi denan memasukkan jarum ke intramuscular di daerah femur
8. Lepas sarung tangan
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi yang terjadi
D. Imuniasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dilakukan dengan memberikan vaksin hepatitis B ke dalam tubuh yang
bertujuan untuk memberi kekbalan dari penyakit hepatitis. Pada ibu yang menderita hepatitis B
dengan HbsAg negatif, imunisasi dapat diberikan kepada anak sesuai dosis yang ada, kemudian
dilanjutkan pada usia 1-2 bulan dan yang ketiga pada usia 6 bulan. Apabila HbsAg ibu positif,
vaksin dapat diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir kemudian suntikan kedua pada usia
1-2 bulan dan ketiga. Imunisasi ulangan dapat diberikan 5 tahun kemudian.
Alat dan bahan
1. Spuit disposable 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin hepatitis dan pelarutnya dalam temos es
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan bersih

Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis menggunakan spuit sesuai program, yakni 0,5 mL.
5. Atur posisi bayi, bayi dipangu ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala
bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke belakang
tubuh ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat.
6. Lakukan desinfeksi area tengah pada bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas
alcohol
7. Regangkan daerah yang akan diinjeksi
8. Lakukan injeksi denan memasukkan jarum ke intramuscular di daerah femur
9. Lepas sarung tangan
10. Cuci tangan
11. Catat reaksi yang terjadi
E. Imunisasi campak
Imunisasi campak adalah tindakan memberikan vaksin campak pada anak yang bertujuan
membentuk kekebelan terhadap penyakit campak yang diberikan pada usia 9 bulan secara
subkutan, kemudian diulang dalam interval 6 bulan lebih setelah suntikan pertama.
Alat dan bahan
1. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan
Prosedur

1. Cuci tangan
2. Guankan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin campak menggunakan spuit sesuai program/anjuran (+ 0,5 mL)
5. Atur posisi bayi dipangku ibunya, lengan kanan bayi dijepit di ketiak ibunya. Ibu
menopang kepala bayi, tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi)
6. lakukan desinfeksi bagian lengan kanan atas
7. Regangkan daerah yang akan diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan jarum pada sudut 45o.
9. Setelah vaksin habis, tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas
10. Lepaskan sarung tangan
11. Cuci tangan
12. Catat resaksi yang terjadi
THERAPI BERMAIN PADA ANAK
Definisi
Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkatakata (komunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000)

Tujuan
Meningkatkan hubungan klien, keluarga dan perawat
Memulihkan perasaan mandiri anak
Membantu mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
Meningkatkan kemampuan untuk mempunyai tingkah laku yang positif
Memberi kesempatan untuk berkompetensi secara sehat

Prinsip bermain di rumah sakit


Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan
Permainan tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana
Permainan harus mempertimbangkan keamanan
Permainan dalam kelompok umur yang sama
Alat permainan dapat dicuci/dibersihkan

Melibatkan orang tua

Waktu melakukan aktivitas bermain


Bersamaan dengan melakukan tindakan perawatan misal: saat mengukur suhu
Menyediakan/merencanakan waktu khusus
Memberikan kesempatan pada keluarga/orang tua untuk bermain dengan anak pada waktu
tertentu

Alat permainan
Menyediakan alat permaian
Melibatkan orang tua untuk membawa mainan dari rumah

Tempat bermain
Ruangan khusus bermain
Di salah satu bagian ruangan
Di tempat tidur

Buat proposal therapy bermain, sebagai berikut:


Latarbelakang
Tujuan
Jenis permainan
Media
Metode
Peserta
Pelaksanaan
Pengorganisasian
Proses bermain
Kriteria evaluasi

Uraian tugas
1. Leader
Membuka acara
Membacakan peraturan
Memimpin jalannya permainan
Memberi semangat pada peserta
Menciptakan suasana permainan menjadi meriah
Mengambil keputusan
Memberi reward

2. Fasilitator
Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
Mendampingi anak selama bermain

Memberi semangat

3. Observer
Mengamati dan mengevaluasi permainan
Mengamati tingkah laku anak, leader dan fasilitator
Memberi masukan kepada leader dan fasilitator
Lakukan role play oleh masing-masing kelompok berdasarkan pada proposal yang telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai