Anda di halaman 1dari 38

CLINICAL SCIENCE SESSION

Autism
Rosa Diana Nurkholid 12100118564

Preseptor : H. Satryo Waspodo, dr., Sp.KFR


Autism

Berdasarkan DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorder), autisme merupakan salah satu Pervasive
Developmental Disorder.
Autistic
disorder

Pervasive
developmental
Asperger’s
disorder not
otherwise
specified (PDD
Pervasive syndrome
NOS)
Development
Disorders
(PDD)
Childhood
Rett disintegrative
disorder disorder
(jarang)
Autism

• Istilah autistic (autos) artinya self. Digunakan Bleuler untuk


menjelaskan ciri menarik diri dari penderita skizofrenia.
• Autisme pertama kali diteliti oleh Leo Kanner (1943) yang
mengamati 11 anak dengan ciri-ciri khusus. Disimpulkan
bahwa 2 ciri penting anak autis adalah extreme aloness dan
keinginan untuk mempertahankan kesamaan.
Autis adalah istilah
Autisme (yunani): untuk Gejala autis dapat
‘aut’ = ‘diri menggambarkan diketahui sebelum
sendiri’ dan ‘ism’ suatu jenis masalah umur 3 tahun
= ‘orientasi atau neurologis yang
arah atau keadaan mempengaruhi (kasus 2-3/10.000,
(state). pikiran, persepsi & ♂ 3-5 x > ♀)
perhatian.
Komplikasi
Obstetri

Penyebabnya?

Toksisitas
Genetik
merkuri
Teori Psikoanalitik (Refrigerator Mother)
• Autism disebabkan pengasuhan ibu yang tidak hangat
(Bruno Bettelheim).

Teori Berpandangan Kognitif (Theory of Mind)


• Autism disebabkan ketidakmampuan membaca pikiran
orang lain “mindblindness” (Baron-Ohen, Alan Leslie).

Teori Biologi
• Autism disebabkan oleh faktor genetik.

Teori Imunologi
• Autism disebabkan oleh infeksi virus. Kemungkinan, virus Rubella
dan Cytomegalovirus yang menginfeksi ibu hamil pada trimester
pertama bisa meyebabkan risiko anak terkena autism.
Faktor Risiko Lain

Neuroanatomical
Perinatal Factor Biochemical Factor
Factor
• Maternal bleeding • Brain • 33% show high
after first enlargement serotonin level,
trimester (occipital, high
• Meconium in parietal, and concentration of
amniotic fluid temporal lobe) homovanilic acid
• Respiratory (major dopamine
distress syndrome metabolite) in
and neonatal CSF
anemia in
neonatal period
Penggolongan ASD
• Autism (autisme masa anak-anak)
• Autisme atipikal atau pervasive developmental disorder
not otherwise specified
High Functioning Autism
Fungsi kognitif dan intelegensi tinggi, mampu menggunakan
bahasa dan bicara secara efektif serta menunjukkan
kemampuan mengikuti rutinitas umum
Low Functioning Autism
Tingkat intelegensi dan kognitif rendah, berbicara (-),
perilaku menyakiti diri sendiri, sangat terbatas minat dan
rutinitas yang dilakukan
Manifestasi Klinis
1. Gangguan komunikasi (bahasa dan bicara)
• Kemampuan wicara yang tidak berkembang.
• Tidak tampak usaha untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
• Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan yang melibatkan
komunikasi dua arah dengan baik.
• Anak tidak imajinatif dalam hal permainan atau cenderung monoton.
• Bahasa yang tidak lazim yang selalu diulang-ulang atau stereotipik.

2. Interaksi sosial
• Mengalami kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan wajah yang
tidak bereskpresi.
• Ketidakmampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi
kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.
• Ketidakmampuan anak untuk berempati dan mencoba membaca emosi
yang dimunculkan oleh orang lain.
3. Gangguan perilaku
• Adanya perilaku stereotip.
• Ex. melompat-lompat, mengepakkan tangan, berjalan jinjit.

4. Gangguan sensoris
• Sangat sensitive terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk sekalipun oleh
orang tua mereka. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
• Senang mencium-cium, menjilat, menggigit mainan atau benda lain.
• Tidak sensitive terhadap rasa sakit dan rasa takut.

5. Emosi
• Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
jelas.
• Temper tantrum (mengamuk tidak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya.
• Kadang suka menyerang dan merusak, berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri,
serta tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
Gejala-Gejala Autism

• Visual thinking
• Processing problems (terbatas dalam common
sense, sulit mengingat sambil mengerjakan yang
lain, sulit memahami bahasa verbal)
• Sensory sensitivities (sound sensitivity, touch
sensitivity, rhytm difficulties)
• Communications frustration
• Social & emotional issues
• Problem of control
Gejala-Gejala Autism

• Problems of Connections
• Attention Problems
• Perceptual Problem (proses persepsi)
• Systems Integration Problems (proses informasi
‘mono’)
• Left-right hemisphere-integration problems
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan
Autistik
A. Total enam (atau lebih) hal dari (1), (2), dan (3), dengan
sekurangnya dua dari (1), dan masing-masing satu dari (2)
dan (3).
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial seperti ditujukan oleh
sekurang-kurangnya dua dari berikut:
a. Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multipel seperti tatapan mata,
ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
b. Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut
tingkat perkembangan.
c. Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat, atau pencapaian
dengan orang lain (misalnya tidak memamerkan, membawa, atau menunjukkan benda
yang menarik minat).
d. Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti yang ditujukkan oleh
sekurangnya satu dari berikut:
a. Keterlambatan dalam atau sama sekali tidak ada, perkembangan bahasa
ucapan (tidak disertai oleh usaha untuk berkompensasi melalui cara
komunikasi lain seperti gerak-gerik atau mimik).
b. Pada individu dengan bicara yang adekuat gangguan jelas dalam
kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan
orang lain.
c. Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara stereotipik dan
berulang.
d. Tidak adanya berbagai permainan khayalan atau permainan pura-pura
sosial yang spontan yang sesuai menurut tingkat perkembangan.
3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan
stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari
berikut:
a. Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik
dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun
fokusnya.
b. Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas
atau ritual yang spesifik dan nonfungsional.
c. Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya
menjentikkan, atau memuntirkan tangan atau jari atau gerakan
kompleks seluruh tubuh).
B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada
sekurangnya satu bidang berikut dengan onset
sebelum usia 3 tahun:
1. Interaksi sosial.
2. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial.
3. Permainan simbolik atau imaginatif.

C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh


gangguan Rett atau gangguan disintegratif
masa anak-anak.
Beberapa Gangguan yang Menyertai
Anak Autis
• Gangguan tidur dan makan
• Gangguan afek dan mood
• Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan
orang lain
• Gangguan kejang (10-25 %)
• Kondisi fisik yang khas (anak autis 2-7 tahun lebih
pendek dibanding anak seusianya)
Penanganan Autisme

1. Biomedis
2. Medikamentosa
3. Terapi Sensory Integration
4. Terapi ABA
5. Pendidikan Khusus
1. Biomedis

• Diperkenalkan oleh Paul Shattock, PhD dari


universitas Sunderland, Inggris.
• Hasil penelitian: anak ASD tidak dapat mencerna
casein (protein susu) dan gluten (protein gandum)
dengan sempurna sehingga menjadi peptide yang
efeknya seperti opioid.
• Tujuan: memperbaiki metabolisme tubuh dengan
mengatur pola makan.
Tahapan Intervensi

TAHAP 1
• Diet casein dan gluten (GFCF)
• Dimulai dengan diet susu dan makanan yang
mengandung susu (3 minggu)
• Dilanjutkan dengan diet makanan yang
mengandung gandum, barley, oats (3 bulan)
• Bila tidak ada kemajuan bisa dihentikan
TAHAP 2 : MENILAI MASALAH
• Membuat buku harian makanan, menemukan makanan
lain yang efeknya buruk bagi anak
• Anak sangat suka pada makanan yang sebenarnya
dilarang
• Pemeriksaan jamur & parasit pada usus

TAHAP 3 : REKONSTRUKSI
• Tujuan akhir: anak dapat mengkonsumsi makanan
senormal mungkin
• Pemberian suplemen: asamamino, enzym, L-Glutamine
• Jenis dan dosis suplemen harus disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing anak
2. Medikamentosa

• Terapi obat ditujukan untuk mengurangi


hiperaktifitas, stimulasi diri, menarik diri,
agresifitas, gangguan tidur.
• Pemberian antipsikotik dalam dosis rendah dapat
membantu.
• The newer, atypical antipsychotics, including
risperidone (Risperdal), olanzapine (Zyprexa),
atipiprazole (Abilify), and quetiapine (Seroquel).
3. Terapi Sensory Integration
• Terapi SI dikembangkan oleh DR. Ayres
• Disfungsi pada mekanisme SI menyebabkan perilaku
dan cara belajar yang maladaptif
• Mekanisme SI terjadi di batang otak dan thalamus yang
bertugas menyaring input-input sensorik sebelum
mengirim ke cortex untuk fungsi luhur
• Terapi dilakukan dalam ruang khusus dengan berbagai
alat yang akan memberi input sensorik, mendukung
terjadinya respon adaptif, memperbaiki fungsi batang
otak dan thalamus
4. Applied Behavior Analysis (ABA)

• Dikembangkan oleh Ivar Lovaas, psikolog Amerika


• Terapi yang didasarkan pada pendekatan
behavioristik, melibatkan peran aktif orang tua di
rumah
• Diberikan sejak anak usia dini, 30-40 jam/minggu
• Memberikan pelatihan khusus dengan memberikan
positive reinforcement
Karakteristik Terapi ABA

• Aplikatif
• Berhubungan dengan perilaku
• Analisis
• Sistematis
• Generalisasi
• Berpusat pada data (data-based)

28
Langkah-langkah terapi ABA
• Terstruktur
• Terarah
• Terukur

Kurikulum ABA
• Kemampuan memperhatikan
• Meniru
• Memasangkan
• Bahasa reseptif
• Bahasa ekspresif
• Ketrampilan bina diri
Arranging the environment
Label

Penunjuk
lokasi
TEACCH

• TEACCH (Treatment and Education of Autistic


and related Communication handicapped Children)
dan orang tua perlu menerapkan juga di rumah, 15
menit - 1 jam setiap harinya.
• Menciptakan situasi belajar yang sesuai dengan
kondisi anak autis: kemampuan visual baik,
perhatian mudah teralih, membutuhkan struktur
yang jelas.
Pengajaran Terstruktur

1. Struktur fisik: disain fisik kelas dibuat jelas agar anak


memahami kegunaan setiap area
2. Rutinitas: membantu anak mengetahui tugas awal dan akhir
tugas secara jelas sehingga menghindarkan kebingungan
3. Jadwal harian: memberitahu secara visual kegiatan apa
yang akan dilakukan. Bentuknya sesuai dengan tingkatan
kemampuan anak
4. Sistem kerja individual: cara sistematis bagi anak untuk
memahami instruksi
Complementary therapies

Terapi komplementer meliputi terapi seni, terapi musik,


terapi hewan, dan terapi integrasi sensorik. Ini bukan
pendekatan perilaku atau pendidikan, tapi memberi
kesempatan lain bagi anak untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan komunikasi.
• Terapi seni: ungkapkan perasaannya.
• Terapi hewan: seperti berkuda dan berenang dengan
lumba-lumba, meningkatkan keterampilan motorik
anak sambil meningkatkan rasa percaya diri.
• Terapi integrasi sensorik: berfokus pada
normalisasi reaksi ekstrim terhadap masukan
sensorik. Mencoba untuk membantu anak menata
ulang dan mengintegrasikan informasi indrawinya
sehingga dia dapat lebih memahami dunia luar.
• Terapi musik: terapi musik yang melibatkan
menyanyi membantu mengembangkan kemampuan
berbicara dan bahasa anak.
Faktor Penentu Keberhasilan

• Dilaksanakan sejak usia dini (< 3 th)


• Intensif (sekitar 40 jam seminggu)
• Dilakukan dimanapun anak berada secara konsisten
• Hubungan yang dekat secara emosinal antara anak
dengan terapis
• Kreativitas dalam bentuk materi dan cara
penyampaiannya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai