DISORDER
KELOMPOK 6
NAMA KELOMPOK :
1. TESA OKVIA DAMA AYU P (P27220019134)
2. TIARA RIZKANANDA ISNAINI (P27220019135)
3. TRI WULANDARI (P27220019136)
4. VAZELLA PUTRI CEGAME (P27220019137)
5. YESI ISDIATI (P27220019138)
6. YULIANA NUR KOLIFAH (P27220019139)
BAB I (PENDAHULUAN)
A. LATAR BELAKANG
Manusia dilahirkan dalam keadaan yang berbeda serta membawa keunikan tersendiri dari masing-masing
individu. Beberapa diantara manusia yang ada dilahirkan dengan satu atau lebih kondisi khusus. Salah satu
kekhususan yang ada tersebut adalah autisme atau biasa dikenal Autism Spectrum Disorder (ASD). Anak
Autisme juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara
akademik. Permasalahan yang ada dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak Autisme
tersebut
B. RUMUSAN MASALAH
2. Tujuan Khusus
A. PENGERTIAN
Autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu jenis dari masalah neurologis yang
mempengaruhi pikiran, persepsi dan perhatian. Kelainan ini dapat menghambat, memperlambat atau menggangu
sinyal dari mata, telinga dan organ sensori yang lainnya. Hal ini umumnya memperlemah kemampuan seseorang
untuk berinteraksi dengan orang lain, mungkin pada aktivitas sosial atau penggunaan keterampilan komunikasi
seperti bicara, kemampuan imajimasi dan menarik kesimpulan. Anak autisme dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
1. Segi pendidikan 3. Segi psikologi
2. Segi medis 4. Segi sosial
.
B. KLASIFIKASI
b. Autisme fiksasi :
Anak autis pada saat kelahiran dalam keadaan normal, tanda-tanda dan gejala autis muncul setelah beberapa
waktu, biasanya berusia dua hingga tiga tahun.
2. Berdasarkan interaksi social Terdapat kemajuan dalam bidang sosial dan pendidikan
a. Kelompok menyendiri : meski persoalan perilaku tetap ada (1/4 penyandang
Terlihat anak mengucilkan diri, tidak menerima autisme).
pendekatan sosial hingga menimbulkan perilaku dan
perhatian yang kurang friendly. c. Progonsis baik :
Memiliki kehidupan sosial normal atau bahkan
b. Kelompok pasif : mendekati normal yang berfungsi dengan baik
Anak dapat menerima pendekatan sosial dan mampu dilingkungan sekitar (1/10 dari seluruh penyandang
bergaul dengan teman sebaya namun tidak begitu autisme) yang tergolong individu yang mandiri.
interaktif.
Sedangkan menurut Hallahan & Kauffman (2006)
c. Kelompok aktif : terdapat kelainan kelainan yang termasuk dalam autism
Anak akan mendekati anak lain secara spontan, tetapi spectrum disorder (ASD) yang memiliki 3 area
menimbulkan perilaku aneh dan perilaku sepihak untuk gangguan seperti, kemampuan komunikasi, interaksi
dirinya sendiri. sosial, serta pola - pola perilaku yang repetitif dan
stereotip. Adapun 5 kelainan yang termasuk dalam ASD
3. Berdasarkan prediksi kemandirian diantaranya sebagai berikut:
a. Prognosis buruk : 1. Autisme
Tidak dapat mandiri (jumlah 2/3 penyandang autisme. 2. Asperger Syndrome (AS) / Autisme Ringan
3. Rett Syndrom
b. Prognosis sedang : 4. Childhood Disintegrative Disorder
5. Pervasive Developmental Disorder not Otherwise
Specified
(PDD-NOS)
C. PENYEBAB
• In
Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan penyebab gangguan autisme
diantaranya yaitu, multifaktoral, gangguan biokimia, kombinasi makanan, kebersihan lingkungan, dan faktor obat-
obatan. Menurut Hallahan & Kauffman (2006) bahwa para ilmuwan belum secara pasti mengetahui apa yang salah
pada otak individu autis, tetapi yang pasti, penyebabnya lebih kepada neurobiologis, bukan interpersonal.
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat dua faktor penyebab gangguan autisme yaitu biologis dan hereditas
(Mangunsong, 2011).
Sedangkan menurut Rinarki (2018) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan autisme
pada anak, hal ini tidak dapat dipastikan dikarenakan dalam taham penelitian oleh para ilmuan. Beberapa faktor
penyebab autisme diantaranya sebagai berikut : Faktor Genetik , Faktor Prenatal, Natal, dan Postnatal, Faktor
Neuro Anatomi , dan Faktor Keracunan Logam Berat.
D. MANIFESTASI KLINIK
4. Gangguan Perilaku
g. Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus menempatkan
barang tertentu pada tempatnya.
h. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia
datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan berlari-lari tentu arah.
i. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang).
7. Intelegensi
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti dari berbagai
kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat
mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat
digunakan untuk mendiagnosa autisme:
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS) : Skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat
oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku.
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT) : Berupa daftar pemeriksaan autisme pada masa balita
yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen
di awal tahun 1990-an.
3. The Autism Screening Questionare : Daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan
pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka.
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old : Tes screening autisme bagi anak usia 2 tahun yang
dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu;
bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
F. PENATALAKSANAAN
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine
(5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang
autis mempunyai kadar serotonin tinggi dalam darah. Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT
pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan gangguan
autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik,
menyakiti diri sendiri, agresivitas dan gangguan tidur. Untuk memperbaiki gangguan saluran pencernaan
yang bisa memperburuk kondisi dan gejala autis, dilakukan terapi biomedis. Terapi itu meliputi
pengaturan diet dengan menghindari zat-zat yang menimbulkan alergi (kasein dan gluten), pemberian
suplemen vitamin dan mineral, serta pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang berada di dinding
usus. Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa menjalani hidup sebagaimana
anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dan berprestasi.
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN :
a. Terapi wicara
b. Terapi okupasi
c. Terapi pelaku
G. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik
(akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar
otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di
bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Kelainan
genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada proses proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas
pertumbuhan sel saraf. Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth
without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan. Faktor
lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan oksigen, protein,
energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial,
serta asam folat. Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain
alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu pada
masa kehamilan.
H. PATHWAY
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa, tanggal, jam masuk RS,
nomor registrasi, dan diagnosis medis.
2. RIWAYAT KESEHATAN
4. Pemeriksaan Fisik
6. Neurologis
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah keperawatan.
1. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan, ditandai dengan : merasa tidak nyaman dengan situasi sosial, tidak
berminat melakukan kontak emosi dan fisik, gejala cemas berat, kontak mata kurang, ekspresi wajah tidak responsif,tidak kooperatif dalam bermain
dan berteman dengan sebaya, perilaku tidak sesuai usia.
Tujuan : kuantitas dan/atau kualitas hubungan sosial yang cukup.
Kriteria Hasil :
-Perasaan nyaman dengan situasi sosial meningkat.
-Perasaaan mudah menerima atau mengkomunikasikan perasaan meningkat.
-Responsif pada orang lain meningkat.
-Perasaan tertarik pada orang lain meningkat.
-Minat melakukan kontak emosi meningkat.
Intervensi :
a. Observasi
•Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial.
•Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial.
b. Teraupeutik
•Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial.
•Beri umpan balik positif (mis. Pujian atau penghargaan) terhadap kemampuan sosialisasi.
•Libatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial, jika perlu.
c. Edukasi
•Jelaskan tujuan melatih ketrampilan sosial.
•Jelaskan respons dan konsekuensi keterampilan sosial.
•Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami.
•Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi.
•Edukasi keluarga untuk dukungan ketrampilan sosial.
•Latih ketrampilan sosial secara bertahap.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler ditandai dengan : pelo, gagap, tidk ada kontak mata, sulit
memahami komunikasi, sulit mempertahankan komunikasi, sulit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh, sulit menyusun kalimat, disorientasi
orang, ruang, waktu.
Tujuan : kemampuan menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem stabil.
Kriteria Hasil :
-Kemampuan berbicara meningkat.
-kemampuan mendengar meningkat.
-Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh meningkat.
-Kontak mata meningkat.
Intervensi :
a. Observasi
•Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara.
•Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara (mis. Memori, pendengran, bahasa).
•Monitoe frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang menggangu bicara.
•Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi.
b.Teraupetik
•Gunakan metode komunikasi alternatif (mis. Menulis, mata berkedip, papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan
komputer).
•Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis. Berdiri di depan pasien, dengarka dengan sesama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran
sekaligus).
•Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan.
•Ulangi apa yang disampaikan pasien.
•Berikan dukungan psikologis.
•Gunakan juru bicara, jika perlu.
c. Edukasi
•Anjurkan bicara perlahan.
•Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berhubungan dengan kemampuan bicara
•Kolaborasi
•Rujuk ke ahli patofisioligi bicara atau terapis
D. EVALUASI
SOAP
Presentation
Your Picture Here and Sent to Back
BAB III
I O
Animal-assisted therapy (AAT) adalah intervensi yang diarahkan pada tujuan Animal-assisted therapy (AAT) adalah salah satu intervensi yang
dimana hewan yang memenuhi kriteria spesifik menjadi bagian integral dari telah terbukti dapat memberikan kemajuan kepada kemampuan
proses pengobatan. AAT telah menjadi pilihan terapi untuk berbagai populasi, sosial, komunikasi, dan perilaku penderita autism spectrum
mulai dari sekolah, rumah sakit, fasilitas untuk pengobatan jangka panjang, serta disorder (ASD). Hewan yang paling sering digunakan antara lain
rumah pribadi.Menyajikan penelitian mengenai animal- assisted therapy dengan anjing, kuda, dan lumba-lumba. Hasil terapi akan berbeda-beda
fokus pada dog- assisted therapy, equine-assisted therapy, dan dolphin-assisted tergantung beratnya gejala ASD yang dialami.
therapy.
REKOMENDASI
IMPLIKASI & IMPLIKASI
Penelitian pertama memiliki
KEPERAWATAN