Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG ANAK (AUTISME)


DI RUANG MOTHER AND CHILD (POLIKLINIK ANAK)
RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

SYAFITRIANI UTAMI PAMILI


R014191026

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(…………………………………..) (Dr.Kadek Ayu Erika,S.Kep.,Ns.,M.Kes)

PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
1. Pengertian
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autisme sebuah sindrom
gangguan perkembangan sistem syaraf pusat yang ditemukan pada sejumlah
anak ketika masa kanak – kanak hingga masa – masa sesudahnya. Ironisnya,
sindrom tersebut membuat anak – anak yang menyandangnya tidak mampu
menjalin hubungan sosial secara normal bahkan tidak mampu untuk menjalin
komunikasi dua arah (Ircham, 2014)
Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi
dan diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi.
Renzoni A dkk (2016) melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi.
Menage P (2017) mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan
penderita Autism.
Obanion dkk (2016) melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan
beberapa geejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat
juga dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya
perbaikan gejala pada anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan
penanganan elimnasi diet alergi.
Jenis Kelainan Autisme :
a. Childhood autisme yaitu kelainan pertumbuhan anak sejak lahir sampai
usia 3 tahun.
b. Atypical autisme yaitu kelainan pertumbuhan pada anak sesudah usia 3
tahun.
c. Reff’s syndrom yang umumnya pada anak perempuan.
d. Overach disorder associated with Mental Retardation and Stereotyped
Movement.
e. Childhood Disintegrative Disorders.
f. Asperges Syndrom.
g. Other persasive development Disorder.
2. Etiologi
Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti dan masih
dalam tahap penelitian. Autism hingga saat ini masih belum jelas
penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum
terungkap dengan pasti penyebab autisme. tetapi dalam beberapa asumsi
menyatakan bahwa penyebab dan faktor pencetus autisme dapat berasal, dari
(Dr. Melly Budhiman, 2014) :
a. Lingkungan yang terpapar oleh organisme atau bahan beracun seperti
virus, jamur, rubella, herpes toxoplasma dalam vaksin imunisasi MMR
(Mums, Measles, Rubella), zat aditif yaitu MSG, pewarna, ethil mercury
(Thimerosal) dalam pengawet makanan, serta beberapa logam berat seperti
Arsen (As), Cadmium (Cd), Raksa (Hg), Timbal (Pb), alergi berat, obat-
obatan, jamu peluntur, muntah hebat, perdarahan berat.
b. Adanya gangguan pencernaan dan radang dinding usus karena alergi
sehingga terjadi ketidak sempurnaan pencernaan kasein dan gluten.
c. Kelainan otak organik, hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan SSP
yaitu jumlah serat Purkinje Cerebellum yang diikuti oleh dampak
menurunnya jumlah serotonin sehingga jumlah rangsang informasi antar
otak menurun. Pada struktur sistem limbik otak yang mengatur emosi juga
mengalami kelainan.
d. Faktor genesis atau keturunan (yang diperkirakan menjadi penyebab
utama) dan kelainan gen yang dapat menyebabkan gangguan proses
sekresi logam berat dari tubuh yang dapat berdampak pada keracunan
otak. Hal ini dapat menjadi pencetus autisme jika ada faktor pemicu lain
yang ikut berperan.
Faktor pemicu lain yang berperan dalam timbulnya gejala Autisme adalah :
a. Kelainan Otak Organik
Bagian otak yang mengalami kelainan adalah :
1) Lobus Parietalis otak, yang menyebabkan anak cuek terhadap
lingkungannya.
2) Otak kecil (cerebellum) pada lobus VI dan VII yang bertanggung
jawab pada proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan
proses atensi (perhatian). Juga didapatkan jumlah sel purkinje di otak
kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan
serotonin dan dopamin, lalu terjadi kekacauan impuls di otak.
3) Sistem Limbik yang disebut hippocampus dan amygdala, yang
mengganggu fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Amygdala
bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris, Hippocampus
bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat, sehingga
terjadilah kesulitan menyimpan informasi baru.
b. Faktor Genetika
Diperkirakan adanya kelainan kromosom pada anak autisme.
c. Gangguan Kehamilan dan Kelahiran
1) Gangguan pada ibu saat kehamilan semester pertama
Faktor pemicunya adalah : infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida),
logam berat (Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna),
alergi berat, obat-obatan, jamu peluntur, hiperemesis dan perdarahan
hebat.

2) Kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan
oksigenasi pada janin serta pemakaian forcep.
d. Lingkungan
Terjadi sesudah lahir yaitu infeksi ringan-berat pada bayi oleh karena
imunisasi MMR dan Hepatitis B (masih kontroversi), logam berat, zat
pewarna dan pengawet, protein susu sapi (kasein), protein tepung terigu
(gluten), infeksi jamur akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan.
3. MANIFESTASI KLINIS
Perilaku autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis :
a. Eksesif (berlebihan) misalnya hiperaktif, tantrum, menjerit, mengepak,
menggigit, mencakar, memukul, sering terjadi self abuse.
b. Defisit (kekurangan) misalnya gangguan bicara, perilaku sosial kurang
sesuai, defisit sensori, emosi tidak tepat (tertawa tanpa sebab, menangis
tanpa sebab dan melamun).
Umumnya penderita autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang
wajar dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan,
merangkak, berdiri), kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Anak dengan autis juga dapat meniru beberapa lagu yang
didengarkannya atau dapat mengunakan panca indranya dengan normal
dan luas ketika mengeksploraesi lingkungannya. Walaupun terdapat
kenormalan pada proses pertumbuhannya, pada anak penderita autis
didapati keterbatasan dalam memfungsikan organnya.
Misalnya :
a. Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati
kelancaran bicara pada usia 12-14 bulan.
b. Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).
c. Sulit menggerakkan otot (Athaxia)
d. Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).
e. Mengalami kesulitan membaca (Dyslexia).
f. Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit
dan rumit (Dyphasia).
g. Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan
otot kaki dan tangan (Spastic) atau kelemasan ototkaki dan tangan
(hipotonic) sehingga tak mampu untuk mengembangkan kemampun
duduk, berdiri dan berjalan secara mandiri, pada pertumbuhan anak
normal didapati kemampuan untuk berdiri sendiri dan berjalan pada
usia 6-18 bulan.
h. Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri
sehingga anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
i. Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang
nantinya juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan,
dan intelektual.
Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar
usia 2 tahun setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastic, Kriteria
DSM-IV (Diagnostik dan Stastistikal Manual) autisme ,Harus ada
sedikitnya 6 gejala dari 1,2 dan 3

a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal


2 gejala :
1) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak
mata kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang
tertuju.
2) Tak bisa main dengan teman sebaya.
3) Tak dapat merasaka apa yang dirasa orang lain.
4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam komunikasi
1) Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ad
usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa
bicara).
2) Bila bisa bicara tak dipakai untuk komunikasi.
3) Cara main kurang variatif, kurang imajinatif, kurang bisa meniru.
4) Menggunakan bahasa aneh dan diulang.
c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan
kegiatan
1) Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan
berlebih.
2) Terpaku suatu kegiatan ritualistik/ rutinitas tidak berguna, menolak
suatu perubahan.
3) Gerakan aneh yang khas dan diulang.
4) Sering terpukau pada bagian benda.
d. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan / gangguan
dalam bidang :
1) Interaksi sosial
2) Bicara dan berbahasa
3) Cara bermain yang kurang variatif
e. Bukan disebabkan oleh Reff’s Syndrom.
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah
standar Amerika DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual)
yang memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa
autisme. Diagnosa ini hanya dapat dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli
bersadarkan pengamatan seksama terhadap perilaku anak autisme dan disertai
konsultasi dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme
mengingat tidak ada / jarang ditemukan antara satu dan lain penyandang
autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap penyandang autisme
mempunyai ke-'khas'-annya sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis
atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak dapat
diperinci satu persatu. Istilah yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah
'kelainan spektrum autisme' atau ASD (Autism Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD mempunyai
persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan berkomunikasi
akan tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum
autisme yang ada, dapat dilihat dari kategori utama dibawah ini:
a. Kelainan Autis
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan
umur 3 tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan
mempunyai perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan
mempunyai minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan
dalam kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal
atau diatas normal.
b. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified)
Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS
dapat dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada
(DSM-IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa
perilakunya.
c. Kelainan Rett
Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai
saat ini diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal
lalu diikuti dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai
dengan baik- khususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan
yang kemudian berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang
dimulai pada umur 1 hingga 4 tahun.

d. Kelainan Disintegrasi Masa Kanak-kanak


Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian
kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
e. Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K)
"Klasifikasi autisme ditentukan berdasarkan kesepakatan para dokter dan
dituangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM-IV) atau
International Classification of Diseases 9 dan 10 (ICD-9 dan ICD-10).
Dalam klasifikasi tersebut, diagnosis autisme harus memenuhi syarat
tertentu. Bila tidak memenuhi semua kriteria diagnosis, digolongkan
dalam PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorders not otherwise
specified). Akhir-akhir ini, banyak ditemukan kasus-kasus yang masih
sangat kecil dengan gejala yang tidak khas. Khusus untuk kasus-kasus ini,
kriteria DSM-IV atau ICD-9-10 sulit diterapkan. Beberapa peneliti
mencoba membuat klasifikasi khusus untuk anak yang masih kecil dengan
fokus pada tahapan perkembangan anak, disebut sebagai Diagnostic
Classification: 0-3 (DC 0-3). Walaupun klasifikasi ini belum diterima
secara menyeluruh, ada baiknya kita mempelajarinya. Dalam DC 0-3, ada
beberapa klasifikasi untuk anak-anak yang menunjukkan gejala mirip
sekali dengan autisme misalnya Regulatory Disorder dan Disorders of
Relating and Communicating dengan MSDD (Multisystem Developmental
Disorder) sebagai salah satu contoh. Sebagian anak ini akan berkembang
menjadi autisme, namun banyak di antaranya yang sangat responsif
terhadap terapi dan berkembang menjadi anak yang normal. "
f. Pertanyaan seputar MSDD (Multisystem Developmental Disorder)
Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan
Autistik.
untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental
Disorders Not Otherwise Specified) untuk yang tidak memenuhi kriteria.
g. Klasifikasi Yang Menyebut Tentang MSDD Dibuat Oleh Sekelompok
Peneliti Yang disebut Sebagai Klasifikasi 0-3 (Diagnostic Classification:0-
3). DC: 0-3 berpendapat bahwa ada kasus-kasus dimana gangguan
interaksi dan komunikasi terjadi sekunder terhadap kesulitan pemrosesan
input sensoris, sehingga kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi
respons yang baik terhadap intervensi dini. Gangguan prosesing
menyebabkan gangguan komprehensi/ pengertian, dan kesanggupan
melakukan ekspresi atau aksi. Istilah MSDD menggambarkan bahwa anak
mengalami gangguan sensoris multipel
dan interaksi sensori-motor.
Ada 3 pola MSDD:

1. Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan


hubungan untuk sebagian besar waktunya. Mereka menunjukkan
kesulitan yang menonjol dalam perencanaan gerak, sehingga tidak
memperlihatkan suatu mimik yang sederhana sekalipun.
2. Pola B: Anak-anak ini memperlihatkan pola hubungan yang
intermiten. Merekadapat menunjukkan mimik yang sesuai sekali-
sekali.
3. Pola C: Anak-anak ini memperlihatkan hubungan yang lebih
konsisten.Jadi bila berpegang pada DSM-IV hanya ada Gangguan
Autistik dan PDD-NOS.
4. Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A
paling berat, B lebih ringan, C paling ringan.
Indikator Perilaku
a. Bahasa
1) Ekspresi wajah yang datar
2) Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh
3) Jarang memulai komunikasi
4) Tidak meniru aksi dan suara
5) Bicara sedikit / tidak ada mungkin cukup verbal
6) Membeo kata / ekolia (bicara yang mengulang kata)
7) Intonasi atau ritme vokal yang aneh
8) Tampak tidak mengerti arti kata
9) Mengerti dan menggunakan kata secar terbatas (Literally, letterlik)
b. Hubungan dengan orang
1) Tidak responsif
2) Tidak ada senyum sosial
3) Tidak komunikasi dengan mata
4) Kontak mata terbatas
5) Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
6) Tidak melakukan permainan giliran
7) Menggunakan tangan dewasa sebagai alat
8) Menarik diri
c. Hubungan dengan lingkungan
1) Bermain repetitif / diulang
2) Marah atau tidak menghendaki perubahan
3) Berkembangnya rutinitas yang kaku
4) Memperlihatkan ketertarikan sangat dan tidak fleksibel
d. Respon terhadap rangsangan indra
1) Kadang seperti tuli
2) Panik / ketakutan terhadap suara tertentu yang akan mengarah anak
mangalami gangguan mental psikotik paranoid, schizonypal
(menyendiri), histionik (selalu ingin diperhatikan).
3) Sensitif terhadap suara
4) Main dengan cahaya dan pantulan
5) Memainkan jari didepan mata
6) Tidak suka terhadap pakaian dan makanan tertentu
7) Tertarik pola/ tekstur/ bentuk tertentu
8) Hiper/ inaktif
9) Memutar-mutar, membentur-benurkan kepala, menggigit
pergelangan
10) Lompat-lompat/ mengepakkan tangan
11) Tahan / respon aneh terhadap nyeri
12) Sering mengedipkan mata
13) Wajah sering menyeringai
4. Terapi dan Penatalaksanan
Terapi dan stimulasi mana yang diperlukan. Kita kembali kepada kenyataan
bahwa terapi bersifat individual dan harus disesuaikan dengan umur, fase
perkembangan dan gejala yang ditemukan. Tidak ada metode yang 100%
paling baik untuk semua anak. Para terapis yang menggunakan berbagai
metode berlainan harus bekerjasama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami
kemajuan dengan satu metode terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau
dicari cara terapi yang lain.
Apakah peran obat-obatan. Karena penyebab belum diketahui dengan pasti,
obat biasanya hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala yang sangat
mengganggu. Contoh paling klasik adalah perilaku self-injurious yang sangat
berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang menyakiti atau merusak
diri sendiri misalnya membenturkan kepala ke tembok atau lantai, memukul
kepala dengan sangat keras, atau menggigit anggota tubuhnya. Dua puluh
persen penyandang autisme mengalami kejang atau epilepsi. Hal ini juga harus
mendapat obat yang tepat. Ini berarti bahwa terapi obat untuk penyandang
autisme bersifat sangat individual. Bila dokter menganggap bahwa anak
memerlukan pengobatan khusus, sebaiknya hal tersebut didiskusikan dengan
orang tua. Orang tua harus mendapat penjelasan mengapa perlu diberikan,
bagaimana cara mengkonsumsi obat, efek samping yang mungkin terjadi dan
lain-lain. Dokter juga harus menghargai pendapat orang tua bila mereka tidak
menginginkan terapi obat-obatan.
Dalam bidang yang masih merupakan grey area, dokter dan orang tua harus
memahami bahwa tidak semua publikasi kedokteran atau publikasi lain adalah
benar atau sahih. Dokter harus mempelajari teknik menilai Evidence-based
medicine sehingga mereka dapat menentukan apakah suatu publikasi memang
benar atau kurang benar, dan mendiskusikan hal tersebut dengan orang tua.
Selanjutnya, karena ilmu kedokteran belum dapat memberi jawaban yang
pasti, muncul berbagai terapi komplementer dan alternatif. Bila terapi
komplementer dan alternatif ini memang merupakan hasil suatu penelitian
yang sahih, pasti akan di adopsi oleh dunia kedokteran sebagai terapi standar.
Dokter dan orang tua harus waspada terhadap laporan anekdotal, testimoni,
serta berbagai klaim berlebihan mengenai kesembuhan, terutama bila teknik
pengobatan tersebut memerlukan kepatuhan, waktu, enerji, dan biaya yang
berlebihan.
Bila keluarga sudah memutuskan untuk memberikan terapi komplementer atau
alternatif, lakukanlah diskusi dengan dokter anda. Barangkali dokter dapat
memberi bantuan mengenai bagaimana cara mengevaluasi terapi, menentukan
hasil yang harus diperoleh, menentukan kemungkinan efek samping dan
menentukan apakah terapi dapat diteruskan karena bermanfaat atau dihentikan
karena tidak bermanfaat atau ada efek samping. Berilah kesempatan kepada
dokter untuk mempelajari terapi alternatif tersebut dan mendiskusikannya
dengan anda.
Akhirnya, khusus dalam bidang autisme tidak ada yang dapat mengklaim diri
sebagai pakar, tidak ada juga yang dapat mengklaim bahwa autisme milik
suatu subspesialisasi tertentu. Kerjasama antara dokter, terapis dan orang tua
sangat penting demi kemajuan anak, jangan saling merasa benar sendiri atau
saling menyalahkan.
Tetapi Menurut Beberapa Sumber Ada Terapi Yang Biasanya Digunakan
Yaitu :
a. Terapi perilaku misal dengan Terapi Okupasi, terapi Wicara, sosialisasi
dengan menghilangkan perilaku yang tidak benar.
Terapi perilaku pada anak dengan autisme berguna untuk mengurangi
perilaku yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa
diterima oleh masyarakat.
1) Terapi Okupasi
Terapi okupasi pada anak dengan autisme bertujuan untuk membantu
menguatkan, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan ototnya karena
kadang anak autisme juga mempunyai perkembangan motorik yang
kurang baik.
2) Terapi Wicara
Speech Therapy merupakan suatu keharusan karena semua penyandang
autisme mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa
3) Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar
Terapi ini dimulai dari kepatuhan dan kontak mata, kemudian diberikan
pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa reseptif dan ekspresif.
Setelah itu barulah anak dapat diajarkan hal-hal yang bersangkutan
dengan tata krama.
b. Terapi Biomedik
Obat-obatan untuk autisme sifatnya sangat individual dan perlu berhati-
hati, sebaiknya dosis dan jenisnya diserahkan kepada dokter spesialis yang
memahami autisme.
Jenis obat, food suplement dan vitamin yang sering dipakai saat ini untuk
anak autisme adalah risperidone (Risperdal), ritalin, baloperidol,
pyridoksin (vit. B6), DMG (vit. B15), TMG, magnesium, omega-3 dan
omega- 6.
c. Sosialisasi school regular
Anak dengan autisme yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan
umurnya.
d. Sekolah Khusus.
Di dalam pendidikan khusus ini biasanya telah diramu terapi perilaku,
terapi wicara dan terapi okupasi dan bila perlu dapat ditambah dengan
terapi obat-obatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.
Pada saat ini masih belum terdapat terapi medis maupun psikologis yang
dianggap efektif dalam proses penyembuhan autis ini. Tujuan umum terapi
pada autis ini menurut Sacharin (2017) ialah untuk membantu mengatasi
cacatnya dan mengembangkan ketrampilan sosialnya. Farmakoterapi pada
penderita autis hanya bermanfaat untuk menangani masalah penyimpangan
perilaku ( gelisah, selalu ribut, dan berusaha untuk melukai diri
sendiri)yaitu dengan Tionidazin dan Klorpromazin. Keadaan tidak bisa
tidur dapat diatasi dengan Sedatif (Kloralhidrat), konvulsi dapat diatasi
dengan Antikonvulsant, dan hiperkinesis dapat diatasi dengan diit bebas
pengawet. Metode terapi non farmakologis dapat berupa dukungan
Reward-punishment yaitu pemberian haida sebagai dorongan positif dan
dorongan negatif berupa hukuman.
Sedangkan pada terapi yang diterapkan oleh Dr. Amdreas Rett
(Peduliautisme.org) didapatkan 3 buah langkah terapi yang disebut dengan
istilah Rehabilitasi :

1) Tahapan yang pertama adalah Rehabilitasi dasar, kegiatan ini


ditujukan untuk meningkatkan kemampuan anak untuk menggerakkan
tangan dan kaki, berbicara dan mengenali suara senormal mungkin.
2) Tahap kedua adalah tahap Rehabilitasi lanjutan atau tahap fungsiologis
yang nantinya diarahkan untuk memulihakan kelemahan yang tak
dapat diatasi pada tahap sebelumnya, berisikan kegiatan pelatihan fisik
lanjutan, pelatihan emosi kejiwaan, dan peningkatan
intelektualitasdasar anak secara padu dalam kelompok bermain.
3) Tahap ketiga adalah tahap Rehabilitasi antisipasi Plateu or Pseudo-
Stationery Stage, yang diarahkan pada terapis dan orang tua anak
untuk terus mengawasi anak dari tahapan makin sulit bergerrak ( Late
Motor Deterioration) walaupun pada tahap 1 dan 2 telah mengalami
kemajuan. Bentuk lain dari terapi autis yang ada pada masa sekarang
ini pelatihan oleh sekolah autis yang bekerja sama dengan organisasi
internasional penanggulangan autis yang salah satu bentuk
pengajarannya adalah dengan melatih anak dengan berbicara sambil
menatap wajah lawan bicara dan car duduk yang tenang. Informasi
dalam bidang terapi autis yang sedang trend saat ini adalah Kasein
(susu, keju, yogurth, krim), dan Glutein (terigu, tepung vanir, bulgur,
gandum dan oath).
Keduanya adalah semacam protein enzim yang tak dapat dipecah oleh
metabolisme tubuh penderita autis, kerusakan mukosa kecil akan
menyebabkan bahan masuk melalui pembuluh darah. Bahan beracun
dalam sawar darah terbawa ke otak dan kemudian beraksi dengan
endhorphin sehingga muncul gangguan perilaku. Terapi seperti ini
disebut terapi biomedis yang tujuannya adalah untuk memperbaiki
sistem pencernaan dan menurunkan jumlah alergen yang masuk.
Prinsip dari kelainan autis adalah kemunculannya disebabkan karena
adanya daya tahan tubuh anak yang menurun, sehingga prinsip
pengobatan ialah untuk meningkatkan kekebalan tubuh klien.

5. Lima Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan :


a. Berat ringannya derajat
b. Usia anak pertama tidak ditangani secara benar dan teratur
c. Intensitas penanganan, metode menetapkan 40 jam perminggu
d. IQ anak
e. Keutuhan pusat bahasa di otak
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dalam mengkaji anak autis adalah :
a. Pola tingkah laku anak
b. Cara mereka berinteraksi / berhubungan dengan orang lain
c. Cara berkomunikasi secara verbal
d. Perkembangan mental
B. Diagnosa
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung
autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati
perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan
oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme) sehingga tes klinis dapat
pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain
tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya
sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak
pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli
penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya
dibidang autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai
sedikit pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan
dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua
sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat
menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang
autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan
rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak
dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua
mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam
menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme
dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku,
gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang
lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul
secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang
lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat
dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat
DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan perkembangan


2. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan terkini
3. Risiko cedera
C. Rencana Keperawatan

Diagnosa : Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan perkembangan

TUJUAN, KRITERIA HASIL


KOMPONEN DIAGNOSIS INTERVENSI (NIC)
(NOC)

Faktor yang berhubungan: Kemampuan komunikasi Aktif mendegarkan


- Penggunaan bahasa dengan tulisan yang - Menetapkan tujuan interaksi
 Ketiadaan orang terdekat baik - Menunjukkan ketertarikan terhadap pasien
 Hambatan komunikasi - penggunaan gambar dan tenik - Mendorong pasien agar mau mengungkapkan perasan-perasaannya
 Perubahan proses pikir - Fokuskan secara menyeluruh interaksi melalui tanggapan yang kuat,
menggambar yang baik
 Kendala lingkungan - Penggunaan bahasa isyarat yang baik
dugaan, asumsi-asumsi, kesenangan pribadi, dan kekacauan lainnya
 Defisit pengetahuan atau - Tunjukkan kesadaran dan peka terhadap emosi-emosi
- Penggunaan bahasa non verbal yang - Perhatikan sikap anda dalam penyampaian pesan nonverbal
keterampilan tentang cara
meningkatkan kebersamaan baik - Perhatikan pesan dan perasaan yang tidak diungkapkan dengan baik
 Keterbatasan mobilitas fisik - Membeikan balasan dari pesan yang dari percakapan
 Gangguan konsep diri diterima - Menyadari kata-kata yang harus dihindari, seperti halnya pesan
nonverbal yang mendukung kata-kata yang dinyatakan
 Ketidakselarasan sosiokultural - Meyampaikan pesan langsung secara
- Menyadari nada, tempo, volume, tinggi nada, dan perubahan nada dari
 Isolasi terarapeutik tepat suara
- Bertukar pesan dengan yang lainnya - Mengidentifikasi gagasan utama
Komunikasi : kemampuan berekspresi - Menentukan maksud dari pesan melalui cerminan sikap, pengalaman
- Penggunaan bahasa lisan : vokal yang masa lalu, dan situasi sekarang ini
baik - Beri waktu individu untuk merespon agar dapat terlihat individu
- Penggunaan bahasa yang jelas mengerti atas pesan yang diterima
- Penggunaan bahasa non verbal - Klarifikasi pesan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan dan
umpan balik
Komunikasi : kemampuan menerima
- Menguji pemahaman terhadap pesan
- Mampu menginterpretasikan bahasa - Menggunakan rangkaian interaksi untuk mengetahui maksud dari sikap
tulisan - Hindari hambatan untuk keaktifan mendengar (misalnya
- Mampu menginterpretasikan bahasa meminimalkan perasaan, menawarkan solusi-solusi mudah, menyela
lisan pembicaraan, berbicara mengenai diri, dan mengakhiri percakapan
- Mampu menginterpretasikan gambar- sebelum waktunya)
gambar Pengurangan kecemasan
- Mampu menginterpretasikan bahasa - Tenang, menentramkan hati pasien melalui proses pendekatan
- Secara jelas menyatakan harapan untuk pasien
isyarat
- Menjelaskan semua prosedur-prosedur, termasuk sensasi-sensasi yang
- Mampu menginterpretasikan bahasa non mungkin akan dialami selama prosedur
verbal - Mencoba memahami cara pandang pasien terhadap keadaan stres berat
- Memberikan balasan dari pesan yang - Memberikan informasi berupa fakta pada ketetapan diagnosis,
diterima pengobatan, dan dugaan atas penyakit
- Tetap bersama pasien untuk meningkatkan keselamatan
- Dorong pasien aggar tetap bersama anaknya, jika sesuai
- Menyediakan objek-objek yang menandakan perasaan aman
- Berikan gosokan di punggung/ gosokan di leher, jika sesuai
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas-aktivitas nonkompetitif, jika
sesuai
- Menjaga peralatan kesehatan di luar sistem
- Mendengarkan dengan penuh perhatian
- Memperkuat sikap, jika diperlukan
- Buat situasi yang membuat terciptanya rasa percaya
- Bantu pasien mengidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Kontrol stimulus, jika sesuai, yang pasien butuhkan
- Dukung pasien menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Peningkatan Komunikasi : defisit berbicara
- Meminta bantuan keluarga dalam memahami cara bicara pasien, jika
sesuai
- Mengijinkan pasien untuk mendengar bahasa percakapan sesering
mungkin, jika sesuai
- Memberikan peringatan/ bisikan kepada pasien
- Beri sebuah petunjuk sederhana setiap waktunya, jika sesuai
- Mendengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat
pendek, jika sesuai
- Menahan diri untuk tidak marah kepada pasien dengan kondisi
komunikasi yang kacau
- Menahan diri dari nada suara menjatuhkan di akhir kalimat
- Berhadapan dengan pasien ketika berbicara
- Gunakan kartu-kartu bergambar, jika diperlukan
- Gunakan isyarat tangan, jika diperlukan
- Memberikan petunjuk mengenai terapi berbicara selama interaksi
informal dengan pasien
- Dorong pasien untuk mengulangi kata-kata
- Beri dukungan positif dan pujian, jika diperlukan
- Menggunakan percakapan satu arah, jika diperlukan
Sentuhan
- Berikan pelukan untuk menenangkan, jika sesuai
- Letakkan tangan di sekitar pundak pasien, jika sesuai
- Pegang tangan pasien untuk memberikan dukungan emosional
- Pegang dengan erat pada pergelangan tangan, lengan, atau bahu pada
pasien dengan penyakit serius
- Memperoleh informasi tentang tindakan-tindakan yang biasa dilakukan
oleh orangtua untuk memujuk dan menenangkan anak mereka

Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan status kesehatan terkini

Komponen Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Faktor yang Berhubungan: Setelah diberikan intervensi Aktivitas Keperawatan


keperawatan selama……………pasien
 Terpajan toksin akan menunjukan ansietas berkurang,  Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik
 Hubungan keluarga/hereditas kriteria hasil: tingkat ansietas hanya setiap......
 Transmisi dan penularan interpersonal ringan sampai sedang dan selalu  Kaji untuk faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi
 Krisis situasi dan maturasi menunjukan pengendalian diri penyebab ansietas
 Stres terhadap ansietas , konsentrasi dan  Gali bersama pasien tentang tekhnik yang berhasil dan tidak berhasil
 Penyalahgunaan zat koping. menurunkan ansietas dimasa lalu
 Ancaman kematian  Reduksi ansietas (NIC): menentukan kemampuan pengambilan keputusan
 Ancaman atau perubahan pada status Setelah dilakukan tindakan
pasien.
peran, fungsi peran, lingkungan, status keperawatan selama……….pasien
kesehatan, status ekonomi, atau pola akan menunjukkan pengendalian diri
interaksi. terhadap ansietas, yang di buktikan Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Ancaman terhadap konsep diri dengan indikator sebagai berikut
 Konflik yang tidak disadari tentang nilai (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,  Buat rencana dengan tujuan yang realistis, termasauk kebutuhan untuk
dan tujuan hidup yang esensial kadang-kadang, sering, atau selalu) pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
 Kebutuhan yang tidak terpenuhi  Merencanakan strategi koping dipelajari
untuk situasi penuh tekanan  Beriakn informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti
taman, tetangga, kelompok, swabantu,tempat ibadah, lembaga
 Mempertahankan performa peran
sukarelawan dan pusat rekreasi
 Memantau distorsi persepsi sensori
 Informasi tentang gejala ansietas
 Memantau manifestasi perilaku
 Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara sertangan
ansietas
panik dan gejala penyakit fisik
 Menggunakan teknik relaksasi
 Penurunan Ansietas (NIC):
untuk meredahkan ansietas
 Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi dan
prognosis.
Setelah dilakukan tindakan  Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
keperawatan selama………. pasien  Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami
selama prosedur.
akan:

 Meneruskan aktivitas yang Aktivitas lain


dibutuhkan meskipun mengalami
kecemasan
 Pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
 Menunjukan kemampuan untuk berikan ketenagan serta rasa nyaman
berfokus pada pengetahuan dan
 Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran
keterampilan yang baru
dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
 Mengidentifikasi gejala yang
 Bantu pasien intuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara
merupakan indikator ansietas
uintuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk
pasien sendiri
mengurangi ansietas
 Mengomunikasikan kebutuhan dan
 Sediakan pengalihan melalui televisi,radio, pemainan serta terapi okupasi
perasaan negatif secara tepat
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
 Memiliki tanda-tanda vital dalam
 Coba teknik seperti imajinasi seperti bimbing dan relaksasi progresif
batas normal.  Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas
sehari-hari dan aktivitas lainya meskipun mengalami ansietas
 Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap ermpatik secara
verbal dan nonverbal secara bergantian
 Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi serta
izinkan pasien untuk menangis
 Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan
yang tenang, kontak yang terbatas dengan orang lain jika dibutuhkan,
serta pembatasan penggunaan kafein dan stimulan lain
 Sarankan terapi alternatif untuk mengurangi ansietas yang dapat di
terimah oleh pasien
 Singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
 Penurunan ansietas (NIC):I
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap prilaku pasien
 Damping pasien (mis,selama prosedur) untuk meningkatkan
keamanan dan mengurangi rasa takut
 Berikan pijatan punggung/pijatan leher jika perlu
 Jaga peralatan perawatanjauh dari pandangan
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan
ansietas.
Diagnosa : Risiko cedera

Komponen Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Setelah diberikan intervensi


keperawatan Aktivitas Keperawatan
selama…………………… klien akan  Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, mis,
perubahan sttus mental, derajat keracunan, keletihan, usia kematangan,
menunjukkan risiko cedera akan
pengobatan, dan defisit motorik atau sensorik
menurun dengan kriteria hasil : (mis, berjalan Dan keseimbangan)
 Identifikasi faktor lingkungan yang memungkin risiko terjatuh(miaq,
 Keamanan personal lantai licin,karpet yang sobek, anak tangga tampa pagar pengaman,
 Pengendalian risiko jendela, dan kolam renang)
 Lingkungan rumah yang aman  Periksa apakah pasien memakai pakaian yang terlalu ketat, mengalami
luka, luka bakar atau memar
 Tinjau riwayat obstetri pasien untuk mendapatkan informasi terkait yang
Setelah diberikan intervensi dapt mempengaruhi induksi, seperti usia kehamilan dan lama persalinan
keperawatan sebelumnya, dan kontraindikasi, seperti plasenta previa, insisi uterus
selama…………………… klien akan klasik, dan deformitas struktur panggul
menunjukkan pengendalian risiko  Pantau janin elektronik: intrapartum
dengan kriteria hasil : o pasang transduser ultrasonografi ke area uterus tempat denyut jantung
janin dapat didengar dan dilacak dengan baik
o Interprestasikan setiap setidaknya 10 menit perekaman denyut jantung
janin dan signyal aktivitasuterus diperoleh
(1-5 tidak pernah, jarang, kadang-
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
kadang, sering atau selalu):
 Ajarkan pasien untuk berhati-hati dengan alat terapi panas
 Berikan materi edukasi yang berhubungan dengan stategi dan tindakan
 Memantau faktor risiko individu
untuk mencegah cedera
dan lingkungan
 Pemantauan janin elektronik : intrapartum
 Mangembangkan strategi
o Jelaskan kepada ibu dan orang dan juga informasi yang harus diperoleh
pengendalian risiko yang efektif
o Diskusikan gambaran irama setrip bersama ibu dan orang terdekat yang
 Menerapkan strategi pengendalian mendampinginya
risiko pilihan
 Memodifikasi gaya hidup untuk Aktivitas Kolaborasi
mengurangi risiko
 Rujuk kekelas pendidikan dalam komunikasi
 Pemantauan janin elektronik : intrapartum
Setelah diberikan intervensi Tetap informasikan kepada dokter tentang perubahan yang terjadi pada
keperawatan irama jantung janin, intervensi untuk pola yang mengkwatirkan, respon
selama…………………… klien akan: janin selanjutnya, kemajuan persalinan, dan respon ibu terhadap
persalinan
 Mempersiapkan lingkungan yang
aman
 Mengidentifikasikan risiko yang
meningkatkan kerentangan
terhadap cedera
 Menghindari cedera fisik

Orang tua akan:

 Mengenali risiko dan memantau


penganiyayaan
 Memilih permainan, pengasuh,
dan kontak sosial lainnya
 Mengenali tanda keanggotaan
kelompok dan prilaku sosial
beresiko lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Melly.B. 2012. Langkah menanggulangi autisme. Penerbit majalah

Nirmala.Jakarta

Ircham, Raden.2014.Asuhan Keperawatan Anak.Jakarta.EGC

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :

Infomedika.

Ward, N I. Assessment of chemical factors in relation to child hyperactivity.

J.Nutr.& Env.Med. (ABINGDON) 7(4);1997:333-342.

Menage P. dkk. 2017. IgE Mechanism in autistic hypersensitivity. Bio Psychiatry.

Renzoni A dkk, 2016. Allergological evaluation of children with autism. J. autism

dev disord.

Sacharin, R.M 2012. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. EGC: Jakarta


BAB III

WEB OF CAUTION (WOC)

Partus Lama Keracunan RESTI Pemakaian antibiotik


Genetik Logam INFEKSI berlebihan

>>> neutropin dan Infeksi Jamur


Gangguan nutrisi
neuropeptida
dan Oksigenasi
Kebocoran usus dan
tidak sempurna
Kerusakan pada pencernaan kasein dan
Gangguan pada glutein
otak sel purkinye dan
hippocampus
Protein terpecah
Abnormalitas Gangguan sampai
keseimbangan polipeptida
pertumbuhan
serotonin dan
sel saraf dopamin

Kasein dan
Peningkatan Gangguan otak gluten terserap
neurokimia kecil kedalam darah
secara abnormal

Reaksi atensi Menimbulkan efek


Growth without lebih lambat morfin pada otak
guidance

Kurangnya
informasi tentang
tumbuh kembang AUTIS
KECEMASAN
Gangguan
Persepsi Sensori
PERUBAHAN
Gangguan Gangguan Gangguan
Interaksi Sosial
INTERAKSI
Komunikasi Perilaku
SOSIAL penglihatan
dan
Keterlambatan Acuh tak Hiperaktif pendengaran
Bicara monoton
dalam berbahasa dan tidak Mengabaikan acuh terhadap
dimengerti dan lingkungan
oranglain dan oranglain Sangat agresif
menghindari terhadap
oranglain Sensitif
oranglain dan
dirinya
terhadap
cahaya
HAMBATAN
KOMUNIKASI Menutup
VERBAL telinga bila
RISIKO
(kelas 5. Diagnosis Perilaku mendengar
CEDERA
yang suara
00051)
aneh
Domain 5
persepsi/kognisi

Anda mungkin juga menyukai