Oleh:
21011032
2021
A. KONSEP DASAR AUTISME
1. Pengertian
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum jelas penyebabnya.
Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum terungkap dengan pasti
penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa Autisme adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh muktifaktorial dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh
biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa.
Terdapat juga pendapat seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi
makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah
diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. Renzoni A dkk
tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun 1992
gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga dibuktikan dalam
beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan gejala pada anak autism yang
menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi diet alergi. Beberapa laporan
lain mengatakan bahwa gejala autism semakin buruk bila manifestasi alergi itu timbul.
a. Menurut Pendapat Lain Autisme Berasal Dari Kata Auto Yang Berarti Sendiri.
1) Autisme diartikan oleh Lei Kanner dalam penelitiannya pada tahun 1943 adalah
2) Autisme infatil adalah salah satu kelainan psikosis (istilah umu yang dipakai
untuk menjelasakan suatu perilaku aneh dan tak dapat diprediksi berlanjut) yang
berarti penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain yang
3) Autisme adalah ketidakmampuan anak untuk mengerti perilaku, apa yang mereka
lihat, dengan yang mengakibatkan masalah yang cukup berat dalam hubungan
sosialnya.
yang ditandai dengan gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, komunikasi dan
adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku minatdan
luas yang ada pada anak. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan bahwa
1) Childhood autisme yaitu kelainan pertumbuhan anak sejak lahir sampai usia 3
tahun.
2) Atypical autisme yaitu kelainan pertumbuhan pada anak sesudah usia 3 tahun.
6) Asperges Syndrom.
2. Etiologi
Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti dan masih dalam tahap
penelitian, tetapi dalam beberapa asumsi menyatakan bahwa penyebab dan faktor
a. Lingkungan yang terpapar oleh organisme atau bahan beracun seperti virus, jamur,
rubella, herpes toxoplasma dalam vaksin imunisasi MMR (Mums, Measles, Rubella),
zat aditif yaitu MSG, pewarna, ethil mercury (Thimerosal) dalam pengawetmakanan,
serta beberapa logam berat seperti Arsen (As), Cadmium (Cd), Raksa (Hg), Timbal
(Pb), alergi berat, obat-obatan, jamu peluntur, muntah hebat, perdarahan berat.
b. Adanya gangguan pencernaan dan radang dinding usus karena alergi sehingga terjadi
c. Kelainan otak organik, hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan SSP yaitu
jumlah serat Purkinje Cerebellum yang diikuti oleh dampak menurunnya jumlah
serotonin sehingga jumlah rangsang informasi antar otak menurun. Pada struktur
d. Faktor genesis atau keturunan (yang diperkirakan menjadi penyebab utama) dan
kelainan gen yang dapat menyebabkan gangguan proses sekresi logam berat dari
tubuh yang dapat berdampak pada keracunan otak. Hal ini dapat menjadi pencetus
Faktor pemicu lain yang berperan dalam timbulnya gejala Autisme adalah :
2) Otak kecil (cerebellum) pada lobus VI dan VII yang bertanggung jawab pada
proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses atensi
(perhatian). Juga didapatkan jumlah sel purkinje di otak kecil yang sangat sedikit,
fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Amygdala bertanggung jawab terhadap
belajar dan daya ingat, sehingga terjadilah kesulitan menyimpan informasi baru.
b. Faktor Genetika
(Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), alergi berat, obat-obatan,
2) Kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi
d. Lingkungan
Terjadi sesudah lahir yaitu infeksi ringan-berat pada bayi oleh karena imunisasi
MMR dan Hepatitis B (masih kontroversi), logam berat, zat pewarna dan pengawet,
protein susu sapi (kasein), protein tepung terigu (gluten), infeksi jamur akibat
3. Gejala
b. Defisit (kekurangan) misalnya gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai, defisit
sensori, emosi tidak tepat (tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab dan melamun).
Umumnya penderita autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang wajar dan
juga dapat meniru beberapa lagu yang didengarkannya atau dapat mengunakan panca
terdapat kenormalan pada proses pertumbuhannya, pada anak penderita autis didapati
a. Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati kelancaran bicara
f. Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan rumit
(Dyphasia).
g. Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki dan
tangan (Spastic) atau kelemasan ototkaki dan tangan (hipotonic) sehingga tak mampu
untuk mengembangkan kemampun duduk, berdiri dan berjalan secara mandiri, pada
pertumbuhan anak normal didapati kemampuan untuk berdiri sendiri dan berjalan
h. Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri sehingga anak
i. Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang nantinya juga
Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2 tahun
setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastic, Kriteria DSM-IV (Diagnostik dan
Stastistikal Manual) autisme ,Harus ada sedikitnya 6 gejala dari 1,2 dan 3
a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal 2 gejala :
1) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata kurang,
1) Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ad usaha untuk
c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan kegiatan
1) Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebih.
perubahan.
1) Interaksi sosial
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah standar
Amerika DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang memuat kriteria
yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya dapat
dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli bersadarkan pengamatan seksama terhadap
perilaku anak autisme dan disertai konsultasi dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme mengingat
tidak ada / jarang ditemukan antara satu dan lain penyandang autisme yang mempunyai
gejala yang sama. Setiap penyandang autisme mempunyai ke-'khas'-annya sendiri sendiri.
Dengan kata lain ada 1001 jenis atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia ini
yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD mempunyai
persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan berkomunikasi akan tetapi
Seperti dikatakan oleh Ibu Dra Dyah Puspita (psikolog) quote - karena begitu
banyaknya jenis / ciri penyandang autisme, sehingga lebih berupa rangkaian dari kelabu
muda sekali hingga kelabu tua sekali... (banyak nuansa-nya) . Penggunaan istilah autisme
berat/parah dan autisme ringan dapat menyesatkan karena jika dikatakan berat/parah
orang tua dapat merasa frustasi dan berhenti berusaha karena merasa tidak ada gunanya
lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan/tidak parah maka orang tua merasa senang dan
juga dapat berhenti berusaha karena merasa anaknya akan sembuh sendiri. Pada
kenyataannya, baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan intensif,
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum autisme yang
a. Kelainan Autis
tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai
dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan berbicara.
Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat
dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan
c. Kelainan Rett
Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai saat ini
diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti dengan
pergerakan tangan yang berulang ulang dimulai pada umur 1 hingga 4 tahun.
diagnosis autisme harus memenuhi syarat tertentu. Bila tidak memenuhi semua
yang masih sangat kecil dengan gejala yang tidak khas. Khusus untuk kasus-kasus ini,
membuat klasifikasi khusus untuk anak yang masih kecil dengan fokus pada tahapan
Walaupun klasifikasi ini belum diterima secara menyeluruh, ada baiknya kita
menunjukkan gejala mirip sekali dengan autisme misalnya Regulatory Disorder dan
Developmental Disorder) sebagai salah satu contoh. Sebagian anak ini akan
Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan Autistik
untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental Disorders
kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi respons yang baik terhadap intervensi
1. Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan hubungan untuk
sekalipun.
4. Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A paling berat, B
8. Indikator Perilaku
a. Bahasa
1) Tidak responsif
8) Menarik diri
2) Panik / ketakutan terhadap suara tertentu yang akan mengarah anak mangalami
ingin diperhatikan).
8) Hiper/ inaktif
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi selain
itu juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracunyang akan merusak struktur
tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan autisme.karena kita ketahui
bahwa bila bahan tersebut masuk dalam tubuh akan merusak pencernaan dan radang
dinding usus karena alergi. Bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang bila tidak
segera diatasi bisa menuju ke otak kemudian bereaksi dengan endhorphin yang akan
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena
infeksi yang disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan,
kasein dan gluten. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan maupun
setelah lahir. Kelainan yang dialami anak autisme terjadi pada otak bagian lobus
parietalis, otak kecil (cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan ini
berbahasa serta dalam proses atensi. Sehingga anak dengan autisme kurang berespon
terhadap berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam menyimpan informasi
baru.
Untuk lebih detailnya, sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut
untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impulslistrik
(dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson
dibungkus selaput bernama mielin, terletak dibagian otak berwarna putih. Sel saraf
berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga
sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan
dimulai
pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah
dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara
genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan
proses belajar anak. Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas.
Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan
menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Kelainan genetis,
keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan
yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh
merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan
Braingrowth factors ini penting bagi pertumbuhan otak. Peningkatan neurokimia otak
gangguan autistik terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak
tumbuh dan mati secara tak beraturan. Pertumbuhan abnormal bagian otak tertent
menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan
berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls
saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang
pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada system saraf pusat), dan mielin
akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila autisme
disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang
terjadi sejak awal masa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye
Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alcohol berlebihan
atau obat seperti thalidomide. Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak
atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang
dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran
sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besaryang berperan dalam fungsi luhur dan
proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam
proses memori). Penelitian pada monyet dengan merusak hipokampus dan amigdala
bulan perilaku berubah. Mereka menolak pendekatan sosial monyet lain, menarik diri,
Terapi dan stimulasi mana yang diperlukan? Kita kembali kepada kenyataan
bahwa terapi bersifat individual dan harus disesuaikan dengan umur, fase perkembangan
dan gejala yang ditemukan. Tidak ada metode yang 100% paling baik untuk semua anak.
Para terapis yang menggunakan berbagai metode berlainan harus bekerjasama dengan
baik. Bila kasus tidak mengalami kemajuan dengan satu metode terapi, harus dilakukan
Apakah peran obat-obatan? Karena penyebab belum diketahui dengan pasti, obat
biasanya hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala yang sangat mengganggu. Contoh
paling klasik adalah perilaku self-injurious yang sangat berbahaya karena anak mencoba
melakukan hal yang menyakiti atau merusak diri sendiri misalnya membenturkan kepala
ke tembok atau lantai, memukul kepala dengan sangat keras, atau menggigit anggota
tubuhnya. Dua puluh persen penyandang autisme mengalami kejang atau epilepsi. Hal ini
juga harus mendapat obat yang tepat. Ini berarti bahwa terapi obat untuk penyandang
autisme bersifat sangat individual. Bila dokter menganggap bahwa anak memerlukan
pengobatan khusus, sebaiknya hal tersebut didiskusikan dengan orang tua. Orang tua
Dalam bidang yang masih merupakan grey area, dokter dan orang tua harus
memahami bahwa tidak semua publikasi kedokteran atau publikasi lain adalah benar atau
mereka dapat menentukan apakah suatu publikasi memang benar atau kurang benar, dan
mendiskusikan hal tersebut dengan orang tua. Selanjutnya, karena ilmu kedokteran belum
dapat memberi jawaban yang pasti, muncul berbagai terapi komplementer dan alternatif.
Bila terapi komplementer dan alternatif ini memang merupakan hasil suatu penelitian
yang sahih, pasti akan di adopsi oleh dunia kedokteran sebagai terapi standar. Dokter dan
orang tua harus waspada terhadap laporan anekdotal, testimoni, serta berbagai klaim
alternatif, lakukanlah diskusi dengan dokter anda. Barangkali dokter dapat memberi
bantuan mengenai bagaimana cara mengevaluasi terapi, menentukan hasil yang harus
diperoleh, menentukan kemungkinan efek samping dan menentukan apakah terapi dapat
diteruskan karena bermanfaat atau dihentikan karena tidak bermanfaat atau ada efek
samping. Berilah kesempatan kepada dokter untuk mempelajari terapi alternatif tersebut
Akhirnya, khusus dalam bidang autisme tidak ada yang dapat mengklaim diri
sebagai pakar, tidak ada juga yang dapat mengklaim bahwa autisme milik suatu
subspesialisasi tertentu. Kerjasama antara dokter, terapis dan orang tua sangat penting
demi kemajuan anak, jangan saling merasa benar sendiri atau saling menyalahkan.
Tetapi Menurut Beberapa Sumber Ada Terapi Yang Biasanya Digunakan Yaitu :
a. Terapi perilaku misal dengan Tx. Okupasi, Tx. Wicara, sosialisasi dengan
Terapi perilaku pada anak dengan autisme berguna untuk mengurangi perilaku yang
tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima oleh masyarakat.
1) Terapi Okupasi
2) Terapi Wicara
Terapi ini dimulai dari kepatuhan dan kontak mata, kemudian diberikan
pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa reseptif dan ekspresif. Setelah itu
barulah anak dapat diajarkan hal-hal yang bersangkutan dengan tata krama.
b. Terapi Biomedik
sebaiknya dosis dan jenisnya diserahkan kepada dokter spesialis yang memahami
autisme.
Jenis obat, food suplement dan vitamin yang sering dipakai saat ini untuk anak
Anak dengan autisme yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan umurnya.
d. Sekolah Khusus.
Di dalam pendidikan khusus ini biasanya telah diramu terapi perilaku, terapi wicara
dan terapi okupasi dan bila perlu dapat ditambah dengan terapi obat-obatan, vitamin
Pada saat ini masih belum terdapat terapi medis maupun psikologis yang dianggap efektif
dalam proses penyembuhan autis ini. Tujuan umum terapi pada autis ini menurut
menangani masalah penyimpangan perilaku ( gelisah, selalu ribut, dan berusaha untuk
melukai diri sendiri)yaitu dengan Tionidazin dan Klorpromazin. Keadaan tidak bisa tidur
dan hiperkinesis dapat diatasi dengan diit bebas pengawet. Metode terapi non
Rehabilitasi :
1) Tahapan yang pertama adalah Rehabilitasi dasar, kegiatan ini ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan anak untuk menggerakkan tangan dan kaki, berbicara dan
2) Tahap kedua adalah tahap Rehabilitasi lanjutan atau tahap fungsiologis yang nantinya
diarahkan untuk memulihakan kelemahan yang tak dapat diatasi pada tahap
yang diarahkan pada terapis dan orang tua anak untuk terus mengawasi anak dari
tahapan makin sulit bergerrak ( Late Motor Deterioration) walaupun pada tahap 1 dan
2 telah mengalami kemajuan. Bentuk lain dari terapi autis yang ada pada masa
sekarang ini pelatihan oleh sekolah autis yang bekerja sama dengan organisasi
dengan melatih anak dengan berbicara sambil menatap wajah lawan bicara dan car
duduk yang tenang. Informasi dalam bidang terapi autis yang sedang trend saat ini
adalah Kasein (susu, keju, yogurth, krim), dan Glutein (terigu, tepung vanir, bulgur,
Keduanya adalah semacam protein enzim yang tak dapat dipecah oleh metabolisme
tubuh penderita autis, kerusakan mukosa kecil akan menyebabkan bahan masuk
melalui pembuluh darah. Bahan beracun dalam sawar darah terbawa ke otak dan
seperti ini disebut terapi biomedis yang tujuannya adalah untuk memperbaiki sistem
pencernaan dan menurunkan jumlah alergen yang masuk. Prinsip dari kelainan autis
adalah kemunculannya disebabkan karena adanya daya tahan tubuh anak yang
klien.
d. IQ anak
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
d. Perkembangan mental
2. Diagnosa
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme.
Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam
perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme)
sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya
sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada
beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak,
ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme. Dokter
kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan
orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat
yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari
kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi
perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa.
Secara sekilas, penyandang autisme dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan
mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan
nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul
secara bersamaan.
lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan
3. Implementasi
1.) Tujuan :
membahayakan dirinya.
e. Dorong anak agar mau bermain dengan teman-temannya sebagai alat untuk
2.) Tujuan :
b. Berikan stimuli untuk mengadakan interaksi dengan lingkungan misal dengan alat
permainan
4 Evaluasi
membahayakan dirinya.
c. Mengobservasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, apakah anak sudah
DAFTAR PUSTAKA