Anda di halaman 1dari 11

BAB II

Pembahasan

A. Konsep Medis

1. Pengertian

Orang awam sering menyebut gangguan autisme hanya autisme saja. Padahal,
istilah medis untuk autisme adalah gangguan spektrum autisme. Hal tersebut
karena secara medis, autisme digolongkan ke dalam kelompok masalah anak
termasuk sindrom asperger. Masalah ini terjadi ketika otak berkembang secara
tidak normal sehingga membuat anak kesulitan untuk mengenali Dini serta
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Setiap saat, otak
membantu anak memahami atau menafsirkan hal-hal yang diterima melalui indra
penglihatan penciuman, pendengaran, peraba, serta hal-hal lain yang kita alami.
Otak anak-anak dengan sindrom autisme mengalami kesulitan untuk mengolah
atau menafsirkan informasi-informasi tersebut sehingga menyulitkan anak-anak
untuk berbicara mendengar bermain dan belajar. Speer (2007) mendefinisikan
autisme sebagai ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum
usia 2 setengah tahun dan ditandai dengan gangguan pada bicara, bahasa,
mobilitas, persepsi, dan hubungan interpersonal. Tanda-tandanya sebagai berikut:
 Mengalami kesulitan belajar arti kata
 melakukan hal yang sama berulang-ulang
 menggerakkan anggota tubuhnya dengan cara yang tidak biasa
 mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan misalnya
memilih makanan baru mainan baru atau berada ditempat baru

2. Klasifikasi
Autisme dikelompokkan menjadi tiga yaitu
a) Autisme persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga otot isme internal
karena kelainan sudah timbul sebelum lahir.
b) Autisme reaktif
Pada tisme reaktif, penderita membuat gerakan-gerakan tertentu berulang-
ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang.
c) Autisme yang timbul kemudian
Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan
pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat,
ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin diperberat dengan
kelainan jaringan otak sejak lahir.
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniashi ( 2002 ) membagi autisme
menjadi dua yaitu :
 Autisme sejak bayi ( autisme infantil ) anak sudah menunjukkan
perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non autistic, dan bisa baru
terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
 Autisme dengan regresi ditandai dengan regresif ( kemudian kembali )
perkembangan kemampuan sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah
sempat menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya
sudah bagus, lenyap. Ucapkandan jika awalnya sudah mulai bisa
mengucapkan beberapa kata, hilang kemampuan berbicaranya Kinashi
( 2002 ).
3. Etiologi

Gangguan autisme disebabkan oleh kombinasi makanan yang salah atau


lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun. 2 hal tersebut mengakibatkan
kerusakan pada usus besar yang menyebabkan masalah dalam tingkah laku dan
fisik. Secara lebih terperinci penyebab gangguan autisme adalah sebagai berikut :
 Faktor keturunan atau genetik. Menurut penelitian 80% penderita gangguan
spektrum autisme adalah kembar monozigot dan 20% lainnya untuk kembar
dizigot. Faktor ini terutama terjadi pada keluarga anak autis ( mengalami
abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara ).
 Kelainan kromosom ( sindrom X yang mudah pecah atau fragile )
 Neurokimia ( katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti )
 Cedera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan
saraf, perubahan struktur cerebellum, Lesi hipocampus otak depan.
 Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan
sensoris serta kejang epilepsi
 Faktor lingkungan, terutama sikap orang tua dan kepribadian anak

4. Patofisiologi

Sel saraf otak neuron terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik atau akson serta serabut untuk menerima impuls listrik atau dendrit.
Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu ( korteks ). Akson
dibungkus selaput bernama myelin, terletak di bagian otot berwarna putih. sel
saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan 3 sampai 7 bulan. pada trimester ke-3,
pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akso, n dendrit, dan
sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar 2 tahun.
Setelah anak lahir terjadi proses pengaturan Pertumbuhan otak berupa bertambah
dan berkurangnya struktur akson dendrit dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara
genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal dengan Brain growth faktor dan
proses belajar anak.
Makin banyak Sinar terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak
yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan
sinaps sedangkan bagian otot yang tidak digunakan menunjukkan kematian sel,
berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses-proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neutropin dan
neuropeptida otak ( brain-derived neurotphic factor, neurotrophin-4, vasoactive
intestinal peptide, calcitonim-related gene peptide ) yang merupakan zat kimia
otak yang bertanggung jawab untuk mengatur pertambahan sel saraf, migrasi,
diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brainly growth
factor ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada bagian gangguan autistik terjadi kondisi
growth without guidance, di mana bagian-bagian otot tumbuh dan mati secara tak
beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel-sel
saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye ( sel
saraf tempat keluar hasil pemrosesan Indra dan impuls saraf ) di otak kecil pada
autisme. Berkurangnya sel purkinje diduga merangsang pertumbuhan akson, glia
( jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan myelin sehingga terjadi
Pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara
abnormal mematikan sel purkinye. Yang jelas, peningkatan brain-derived
neurothrophic faktor dan neurotrphin-4 menyebabkan kematian sel purkinye.
Gangguan pada sel purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila
autisme disebabkan oleh faktor genetik gangguan sel purkinye merupakan
gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel purkinje sudah berkembang, kemudian terjadi
gangguan yang menyebabkan kerusakan sel purkinje. Kerusakan terjadi jika
dalam masa kehamilan Ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti
thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, kan otak kecil anak normal mengalami
aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori motor, atensi,
proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil
menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitatan memproses atau
membedakan target, overselektifitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otot besar bagian depan yang
dikenal dengan lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya
ukuran sel neuron di Hippo kampus ( bagian depan otak besar yang berperan
dalam fungsi luhur dan proses memori )
Penelitian pada monyet dengan merusak hipokampus dan Amiglada
mengakibatkan bayi monyet berusia 2 bulan menunjukkan perilaku pasif agresif.
Mereka tidak memulai kontak sosial, tetapi tidak menolaknya. Namun, pada
usia 6 bulan perilaku berubah. Mereka menolak pendekatan sosial monyet lain,
menarik diri, mulai menunjukkan gerakan sterotipik dan hiperaktivitas mirip
penyandang autisme. Selain itu, mereka memperlihatkan gangguan kognitif.
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain
alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metil merkuri, infeksi yang
diderita ibu pada masa kehamilan, radiasi, serta kokain.

5. Manifestasi Klinis
a) Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama
sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa menghubungkannya
dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata
tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Tidak mengerti atau tidak
menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Ekolalia ( Meniru atau
membeo ), meniru kata, kalimat atau lagu Tanpa tahu artinya. Bicara
monoton seperti robot.
b) Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak
menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang
atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu menarik tangan orang yang
terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak
berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah
menjauh
c) Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya mendaratkan sabun
menjadi 1 deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan mengamati
dengan seksama dalam jangka waktu yang lama. Ada kedekatan dengan
benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling terus dipegang
dibawa ke mana saja dia pergi. Dila senang satu mainan tidak mau mainan
lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, atau benda lainnya. Tidak
spontan, anne-marie refleks dan tidak berimajinasi dalam bermain. Tidak
dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang
bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin
yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering
terjadi , sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila bermain harus
melakukan urut-urutan tertentu, bila berpergian harus melalui rute yang
sama.
d) Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif
misalnya Bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datangi, ia akan
membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan berlari lari tak tentu
arah. Mengulang suatu gerakan tertentu ( menggerakkan tangannya seperti
burung terbang ). Iya juga sering menyakiti dirinya sendiri seperti memukul
kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif, Duduk
diam bingung dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk
akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktivitas ataupun
orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke
orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan
dan gangguan perilaku lainnya
e) Gangguan perasaan dan emosi
Dapat di lihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa
sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali , terutama bila tidak
mendapatkan sesuatu yang diinginkannya nya, bahkan bisa menjadi agresif
dan merusak. Tidak dapat berbagi perasaan atau empati dengan anak lain.
f) Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya ( penglihatan ), pendengaran,
sentuhan, an penciuman dan rasa ( lidah ) dari mulai ringan sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila
mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci
rambutnya nya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak
menyukai pelukan, bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari
pelukan.
g) Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal,
karena terdapat gangguan bahasa. Didapatkan IQ bawah 70 dari 70%
penderita,dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ di
atas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan pemikiran
simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan yang
menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Riwayat gangguan psikiatri/ jiwa pada keluarga
b) Riwayat keluarga yang terkena autisme
c) Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan yang nomor 3
(1) Sering terpapar zat toksik
(2) Cedera otak
d) Status perkembangan anak
(1) Anak kurang merespon orang lain
(2) Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh
(3) Anak mengalami kesulitan dalam belajar
(4) Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
(5) Keterbatasan kognitif
e) Pemeriksaan fisik
(1) Tidak ada kontak mata pada anak
(2) Anak tertarik pada sentuhan ( menyentuh atau disentuh ) tuh
(3) Terdapat ekolalia
(4) Tidak ada ekspresi non verbal
(5) Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
(6) Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut
(7) Peka terhadap bau

2. Diagnosa keperawatan

a) Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap


stimulus
b) Risiko Membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan
rawat inap di Rumah Sakit
c) Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan
autisme

3. Perencanaan keperawatan
a) Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap
stimulus
Hasil yang diharapkan :
Anak dapat mengomunikasikan na nakebutuhannya dengan menggunakan
kata-kata atau Gerakan tubuh yang sederhana, konkret; bayi dengan efektif
dapat mengomunikasikan kebutuhannya ( keinginan akan makan, tidur,
kenyamanan )
Intervensi :

No Intervensi Rasional
1. Ketika berkomunikasi dengan Kalimat yang sederhana dan diulang-
anak, berbicaralah dengan ulang mungkin merupakan satu-
kalimat yang singkat yang satunya cara berkomunikasi karena
terdiri atas 1 hingga 3 kata, dan anak yang autistik mungkin tidak
ulangi perintah yang sesuai mampu mengembangkan tahap
diperlukan. Minta anak untuk operasional yang konkret
melihat kepada anda berbicara
dan pantau bahasa tubuhnya
dengan cermat
2. Gunakan Irama, musik, dan Gerakan fisik dan suara membantu
Gerakan tubuh untuk anak mengenali integritas tubuh serta
membantu perkembangan batasan-batasannya sehingga
komunikasi sampai anak dapat mendorongnya terpisah dari objek
memahami bahasa dan orang lain
3. Bantu anak mengenali Memahami konsep penyebab dan
hubungan antara sebab dan efek membantu anak membangun
akibat dengan cara kemampuan untuk terpisah dari objek
menyebutkan perasaannya serta orang lain dan mendorongnya
yang khusus dan mengekspresikan kebutuhan serta
mengidentifikasi penyebab perasaannya
stimulus bagi mereka
4. Ketika berkomunikasi dengan Biasanya anak autistik tidak mampu
anak bedakan kenyataan membedakan antara realitas dan
dengan fantasi dalam Fantasi, dan gagal untuk mengenali
pernyataan yang singkat dan nyeri atau sensasi lain cerita peristiwa
jelas hidup dengan cara yang bermakna
5. Sentuh dan gendong bayi, Menyentuh dan menggendong
tetapi semampu yang dapat mungkin tidak membuat bayi yang
ditoleransi autistik merasa nyaman

b) Risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan
rawat inap di Rumah Sakit
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau
perilaku merusak diri sendiri,yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap
agresi atau destruksi berkurang, serta peningkatan kemampuan mengatasi
frustasi
Intervensi : :

No Intervensi Rasional
1. Sediakan lingkungan kondusif Anak yang autistik dapat berkembang
dan sebanyak mungkin melalui lingkungan yang kondusif
rutinitas sepanjang periode dan rutinitas, serta biasanya tidak
perawatan di rumah sakit dapat beradaptasi terhadap perubahan
dalam hidup mereka.
2. Melakukan intervensi Sisi yang singkat dan sering
keperawatan dalam sisi singkat memungkinkan anak muda mengenal
dan sering. Dekati anak dengan perawat serta lingkungan rumah sakit.
sikap lembut dan bersahabat Mempertahankan sikap tenang,
serta jelaskan apa yang akan ramah, dan mendemonstrasikan
anda lakukan dengan kalimat prosedur pada orang tua, dapat
yang jelas dan sederhana membantu anak menerima intervensi
3. Gunakan restraint selama Restrain fisik Dapat mencegah anak
prosedur ketika dari tindakan menciderai diri sendiri.
membutuhkannya, untuk Biarkan anak terlibat dalam perilaku
memastikan keamanan anak yang tidak terlalu membahayakan
dan untuk mengalahkan
amarah dan prestasinya
4. Menggunakan teknik Pemberian imbalan dan hukuman
modifikasi perilaku yang tepat dapat membantu mengubah perilaku
untuk menghargai perilaku anak dan mencegah episode
positif dan menghukum kekerasan
perilaku yang negatif
5. Ketika anak berperilaku Setiap peningkatan perilaku agresif
destruktif, tanyakan apakah ia menunjukkan perasaan stres
mencoba menyampaikan meningkat, kemungkinan muncul
sesuatu untuk dimakan atau dari kebutuhan untuk
diminum atau apakah ia perlu mengomunikasikan sesuatu.
pergi ke kamar mandi.

c) Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan


autisme
Hasil yang diharapkan :
Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang
tepat ditandai oleh ungkapan kekawatiran mereka tentang kondisi anak dan
mencari nasehat serta bantuan.
Intervensi : :

No Intervensi Rasional
1. Anjurkan orang tua untuk Membiarkan orang tua
mengekspresikan perasaan dan mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran mereka kekhawatiran mereka tentang kondisi
kronis anak, membantu mereka
beradaptasi terhadap frustasi dengan
baik
2. Rujuk orang tua ke kelompok Kelompok pendukung
pendukung autisme setempat memperbolehkan orang tua menemui
dan ke sekolah khusus jika orang tua dari anak lain yang
diperlukan menderita autis untuk berbagi
informasi dan memberikan dukungan
emosional
3. Anjurkan orang tua untuk Kontak dengan kelompok membantu
mengikuti konseling orang tua memperoleh informasi
tentang masalah terkini serta
perkembangan yang berhubungan
dengan autisme.

4. Implementasi Keperawatan

Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata


untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar
semua perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah
ditentukan. Dalam implementasi keperawatan perawat langsung melaksanakan
atau dapat mendelegasikan kepada perawat lain yang dipercaya.

5. Evaluasi Keperawatan

Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian, keberhasilan yang


dibuat dan menilai perencanaan yang telah dilakukan, dan untuk mengetahui
sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping itu, perawat juga melakukan
Umpan balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dalam
proses keperawatan
BAB III
Studi Kasus
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Artis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara klinis
ditandai oleh gejala gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam kemampuan
interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi
timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan
berulang Tanpa Tujuan ( strereotipik ). Selain itu tampak pula adanya respon tak
wajar terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat
ini penyebab pasti dari autisme belum diketahui, Tetapi beberapa hal yang dapat
memicu adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neuro
transmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada
penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak mengalami
keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap dunia luar,
tanah sangat kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri. Dan cenderung
suka mengamati hal-hal kecil yang bagi orang lain tidak menarik, tetapi bagi anak
artis menjadi sesuatu yang menarik.

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, khususnya bagi mahasiswa
dan mahasiswi Universitas Kristen Indonesia Maluku ( UKIM ) untuk dapat
memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan autis

Anda mungkin juga menyukai