DOSEN PEMBIMBING
NAMA
NIM
P17320119009
TINGKAT / KELOMPOK
2A/1
2021
Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon
yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka
yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi
telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung
menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan
kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu
lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat
menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika
mengeksplorais lingkungannya.
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya
(berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual
dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh
destruktif, marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku
tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada
orang asing.
3. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan
implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel
saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).akson di
bungkus selaput bernama myelin terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf
berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan
tiga sampai tujuh bulan.pada trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan
di mulai pembentukan akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara
genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor dan
proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan
akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan pertamabhan
akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukan
kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan sinaps.Kelainan genetis,keracunan
logam berat,dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan gangguan proses-
proses tersebut.Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
4. Manifestasi klinis
1) Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes
non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih
dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai.
Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat
orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk
bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat
yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak
menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat
diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda,
dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan
sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap
nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak
menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat)
saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak
berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak
umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi
secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.
2) Cara mengetahui autis pada anak juga dapat dilihat dari interval umur
anak tersebut, karena tanda autis berbeda pada setiap interval umurnya:
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi
tegang bila diangkat, cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat
dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya
menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik
pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras
atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua
tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-
benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai
benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya
tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa
sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak
akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang
apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan
anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada
tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki),
tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.
3) Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
4) Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel
dan tidak imajinatif.
d. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
5) Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak dini :
a. USIA 0 - 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
Tidak "babbling"
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
b. USIA 6 - 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak "babbling"
Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
c. USIA 6 - 12 BULAN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
d. USIA 2 - 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai "benda"
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
e. USIA 4 - 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan audiologi
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Tes timbal atau logam – logam berat
4) Skrining test menggunakan alat skrining CHAT
6. Penatalaksanaan
Menurut Danuatmaja, (2003), gangguan otak pada anak autis umumnya tidak
dapat disembuhkan (not curable), tetapi dapat ditanggulangi (treatable) melalui
terapi dini, terpadu, dan intensif. Gejala autisme dapat dikurangi, bahkan
dihilangkan sehingga anak bisa bergaul dengan normal. Jika anak autis terlambat
atau bahkan tidak dilakukan intervensi dengan segera, maka gejala autis bisa
menjadi semakin parah, bahkan tidak tertanggulangi. Keberhasilan terapi
tergantung beberapa faktor berikut ini :
d) Terapi perilaku
Terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku yang
bersifat self-maladaption (tantrum atau melukai diri sendiri) dan menggantinya
dengan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat. Terapi perilaku ini
sangat penting untuk membantu anak ini agar lebih bisa menyesuaikan diri
didalam masyarakat. (Danuatmaja, 2003).
e) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak autis yang mempunyai
perkembangan motorik kurang baik yang dilakukan melalui gerakan-gerakan.
Terapi okupasi ini dapat membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan
ketrampilan ototnya. Otot jari tangan misalnya sangat penting dikuatkan dan
dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan
ketrampilan otot jari tangannya seperti menunjuk, bersalaman, memegang
raket, memetik gitar, main piano, dan sebagainya (Danuatmaja, 2003).
f) Terapi sensori integrasi
Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk megolah dan mengartikan
seluruh rangsang yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian
menghasilkan respon yang terarah. Terapi ini berguna untuk meningkatkan
kematangan susunan saraf pusat, sehingga lebih mampu untuk memperbaiki
struktur dan fungsinya. Aktifitas ini merangsang koneksi sinaptik yang lebih
kompleks, dengan demikian dapat bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
7.
7. WOC
AUTIS
Gg. komunikasi Gg. interaksi sosial Gg. perilaku Gg. persepsi sensori
Mengabaikan & mengacuhkan org lain Perilaku aneh Sensitif cahaya Sensitif sentuhan Sensitif suara
15
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Amin. Hardhi Kusuma (2015) NANDA NIC – NOC Jilid II. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction Jogja