TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh
Treponema pallidum sub spesies pertenue (merupakan saudara dari Treponema
penyebab penyakit sifilis), penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, yang
dapat mudah tersebar melalui kontak langsung antara kulit penderita dengan kulit
sehat. Penyakit framboesia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang).
Dalam bahasa Inggris disebut Yaws, ada juga yang disebut Frambesia tropica
dan dalam bahasa Jawa disebut Pathek. Framboesia termasuk penyakit menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini terkait dengan sanitasi
lingkungan yang buruk, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri,
kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya
fasilitas kesehatan umum yang memadai, apalagi di beberapa daerah, pengetahuan
masyarakat tentang penyakit ini masih kurang karena ada anggapan salah bahwa
penyakit ini merupakan hal biasa dan alami karena sifatnya yang tidak menimbulkan
rasa sakit pada penderita..
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 1948, ketika WHO baru didirikan, treponematosis endemik
merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Dilaporkan bahwa dari tahun
1950 – 2013 menunjukkan terdapat 90 negara yang terserang frambusia. Negara-
negara Amerika selatan yang sering terkena yaitu Venezuela, Bolivia, Kolombia,
Ekuador, dan Brazil dan terbanyak ditemukan pada Haiti dan kepulauan Karibia
lainnya. Pada Afrika, penyakit ini sangat umum pada sebagian besar negara pantai
barat, lalu di Uganda, Mozambik, dan Madagaskar. Pada Asia banyak terjadi di
Thailan dan Indochina, yaitu kamboja, laos, dan malaysia. Dan juga ditemukan pada
beberapa kabupaten di India dan China. Pada Asia pasifik terdapat di negara
Indonesia, Australia, Timor leste dan insidensi tertinggi pada pulau-pulau kecil di
Papua new guinea dan kepulauan Solomon.
2.3 Klasifikasi
Frambusi dibagi menjadi beberapa bagian , antara lain berdasarkan karakteristik agen:
a. Infektivitas dibuktikan dengan kemampuan agen untuk berkembang biak ke
dalam jaringan penjamu
b. Patogenesis dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu terbentuknya
benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah
tanpa nanah
c. Virulensi penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan
menyerang dan merusak kulit, otot serta persendian sehingga menjadi cacat
seunur hidup
d. Toksisitas yaitu dibuktikan dengan kemampuan agen untuk merusak jaringan
kulit dalam tubuh penjamu
e. Invasitas dibuktikan dengan dapat menularnya penyakit antara penjamu yang
satu dengan yang lainnya
Klasifikasi frambusia terdiri dari 4 (empat) tahap meliputi:
a) Pertama (primary stage) berbentuk bekas untuk berkembangnya bakteri
frambusia
b) Secondary stage terjadi lesi infeksi bakteri treponema pada kulit
c) Latent stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada
d) Tertiary stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan (Smith, 2006 ;
Greenwood, et al, 1994 ; Bahmer, et al 1990 ; Jawetz, et al., 2005)
2.4 Etiologi
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh
treponema pallidum sub spesies pertenue yang merupakan saudara dari treponema
penyebab penyakit sifilis tetapi penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, yang
dapat mudah tersebar melalui kontak langsung antara kulit penderita dengan kulit
yang sehat. Penyakit ini tumbuh subur terutama didaerah beriklim teropis dengan
karakteristik cuaca panas, banyak hujan, yang dikombinasikan dengan banyaknya
jumlah penduduk miskin. Selain itu sanitasi lingkungan, kurangnya fasilitas air bersih
juga mempengaruhi. Kemudian lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya
fasilitas kesehatan umum yang memadai juga menjadi salah satu faktornya.
Penularan penyakt framusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung (Depkes, 2005) yaitu:
1. Penularan secara langsung (Direct contact)
Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita
ke orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung
treponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan
dengan kulit orang lain yang ada lukanya.
2. Penularan secara tidak langsung (Indirect contact)
Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan
benda atau serangga, tetapi hal ini sangan jarang.
Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan kulit (selaput
lendir) yang luka, Treponema pertenue yang terdapat pada jejas itu masuk ke
dalam kulit melalui luka tersebut. Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh
masuknya Treponema pertenue dapat mengalami 2 kemungkinan:
a. Infeksi Effective
infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit
berkembang biak, menyebar didalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala
penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk
dalam kulit cukup virulen dan cukup banyaknya, orang yang mendapat
infeksi tidak kebal terhadap penyakit.
b. Infeksi ineffective
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk dalam kulit tidak
dapat berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-
gejala penyakit. Infeksi ineffective dapat terjadi jika Treponema pertenue
yang masuk dalam kulit tidak cukup virulen dan tidak cukup banyaknya,
orang yang mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap penyakit
frambusia. (Depkes, 2005)
2.9 Penatalaksanaan
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan
pengobatan utama adalah benzatin penicilin dengan dosis yang sama, alternatif
pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian tetrasiklin, doxicicline dan
eritromisin. Anjuran pengobatan secara epidemiologi untuk frambusia adalah sebagai
berikut :
Bila sero positif >50% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun >5%
maka seluruh penduduk diberikan pengobatan.
Bila sero positif 10%-50% atau prevalensi penderita di suatu desa 2%-5%
maka penderita, kontak, dan seluruh usia 15 tahun atau kurang diberikan
pengobatan
Bila sero positif kurang 10% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun <
2% maka penderita, kontak serumah dan kontak erat diberikan pengobatan
Untuk anak sekolah setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan seluruh
murid dalam kelas yang sama. Dosis dan cara pengobatan sbb:
Pilihan utama
Umur Nama obat Dosis Pemberian Lama
pemberian
< 10 thn Benz.penisilin 600.000 IU IM Dosis Tunggal
≥ 10 tahun Benz.penisilin 1.200.000 IU IM Dosis Tunggal
Alternatif
< 8 tahun Eritromisin 30mg/kgBB bagi 4Oral 15 hari
dosis
8-15 tahun Tetra atau erit.250mg,4×1 hri Oral 15 hari
>8 tahun Doxiciclin 2-5mg/kgBB bagi 4Oral 15 hari
dosis
Dewasa 100mg 2×1 hari Oral 15 hari
Keterangan : Tetrasiklin atau eritromisin diberikan kepada penderita
frambusia yang alergi terhadap penicillin. Tetrasiklin tidak diberikan kepada
ibu hamil, ibu menyusui atau anak dibawah umur 8 tahun
2.10 Komplikasi
Apabila tatalaksana dilakukan pada stadium awal, maka tingkat kesembuhan
tinggi dan tidak ada kecacatan Tanpa pengobatan, sekitar 10% dari individu yang
menderita frambusia akan mengalami komplikasi karena penyakit ini dapat
menyebabkan kerusakan berat pada kulit dan tulang. Hal ini juga dapat menyebabkan
cacat pada kaki, hidung, mulut, dan rahang atas.Tidak ada vaksin untuk mencegah
Frambusia. Prinsip-prinsip pencegahan didasarkan pada pencegahan transmisi dan
diagnosis dini
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1) Anamnesa
Pada pengkajian dilakukan anamnesa dengan menggunakan metode
wawancara dan pemeriksaan fisik secara langsung guna memperoleh data
yang akurat. Pemeriksaan fisik pada sistem integumen sebaiknya
menggunakan metode head to toe. Kemudian Data yang diperoleh tersebut
digunakan sebagai acuan dalam membuat rencana asuhan keperawatan.
(1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat lengkap, pekerjaan (saat ini
dan sebelumnya), status perkawinan, agama dan suku bangsa, tanggal dan
jam masuk ke rumah sakit, nomor register, diagnosa medis.
(2) Keluhan Utama.
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan sangat mengganggu
(gejala terberat) yang mendorong pasien datang ke pelayanan kesehatan.
Biasanya klien dengan frambusia mengeluh Gatal-gatal dan terdapat
benjolan-benjolan pada kulit.
(3) Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan klien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
d. Paparan lingkungan
Identifikasi adanya kemungkinan paparan radiasi, zat kimia, dan lain-
lain yang berasal dari lingkungan sekitar klien.
e. Pegkajian Psikososial
Mengkaji persepsi klien terhadap penyakit frambusia yang dialaminya.
Klien menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan atau
hukuman. Kemudian dalam melaksanakan tindakan-tindakan untuk
kesembuhannya apakah klien kooperatif atau tidak.
f. Pengkajian spiritual
Kaji kebiasaan ibadah klien sebelum sakit dan selama sakit.
2) Pemeriksaan fisik
(1) TTV
Pada klien frambusia TTV yang meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan
RR dalam batas normal. Kecuali jika keadaan klien semakin parah sampai
mengalami infeksi, maka klien mengalami hipertermi.
(2) Pengkajian fisik
a. Pola aktivitas dan istirahat
1 Kelemahan
2 Gelisah
3 Susah bergerak
4 Susah tidur
5 Pusing
b. Pola sirkulasi
1. Turgor kulit menurun
2. Kerusakan integritas kulit
c. Pola sensorik
1. Sensitifitas kulit terhadap rangsang menurun
2. Pertahanan tubuh menurun
d. Pola nutrisi dan cairan
1. Anoreksia
2. Berat badan menurun
3. Dehidrasi
e. Pola kepercayaan diri
1. Perubahan postur tubuh
3.2 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data subjektif: Menembus membran selaput Kerusakan integritas
Terdapat banyak lesi lendir atau masuk melalui kulit
berupa tonjolan tonjolan jaringan epidermis yang rusak
pada kulit klien
Menjadi besar berupa ulkus
Data objektif: dengan dasar papilomatosa.
Ada rasa gatal pada kulit
klien Terdapat lesi pada kulit
Meneyebabkan kecatatan
Domain 11 Safety/Protection
Class 2 Phisical Injury
00004 Risk for infection
Diagnosa: Resiko Infeksi b.d kerusakan kulit dan pertahanan tubuh menurun
NOC NIC
Terindefikasi resiko infeksi Infection Control (6540)
Terjaganya kebersihan lingkungan 1. Pertahankan teknik aseptik
Dapat menggunakan universal 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
precaution dalam melakukan tndakan tindakan keperawatan
keperawatan 3. Gunakan baju, sarung tangan, dan
Dapat melakukan strategi kontrol masker sebagai alat pelindung
infeksi 4. Tingkatkan intake nutrisi
5. Berikan terapi antibiotik
Domain 4 Activity/Rest
Class 2 Activity/Exersice
00085 Impaired physical mobility
Diagnosa: Gangguan mobilitas fisik b.d kecatatan
NOC NIC
Mampu melakukan mobilitas Exercise Therapy (0221)
disekita tempat tidur 1. Bantu klien untuk ambulasi awal untuk
Mampu melakukan latihan ROM mendorong mobilisasi sesuai kemampuan
secara pasih/aktif 2. Latih atau ajarkan penggunanan alat
Mampu melakukan latihan berjalan bantu berjalan jika diperlukan
pada jarak yang pendek sampe 3. Bantu pasien untuk posisi atau
sedang pergerakan secara optimal
4. Lakukan ROM aktif atau pasih pada
klien
Daftar Pustaka