Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

FRAMBUSIA
DAN ERADIKASI PENYAKIT FRAMBUSIA
Konsep Dasar Penyakit Frambusia

Frambusia biasanya dikenal dengan yaws (dalam bahasa inggris), patek (dalam
bahasa jawa), puru dan pian (Prancis), merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan
oleh Treptonema pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi
ulkus seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan
destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah
penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang
sehat dengan luka terbuka atau cedera atau trauma (Greenwood, 1994).

Penyakit Frambusia pertama kali ditemukan oleh Castellani, pada tahun 1905
yang berasal dari bakteri besar (spirocheta) bentuk spiral dan motil dari famili
(spirochaetaceae) dari ordo spirochaetales yang terdiri dari 3 genus yang
phatogen pada manusia (treponema, borelia dan leptospira).
Epidemiologi

Agent

Host Environment
Agen (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau
Agent kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu
penyakit.

Frambusia berdasarkan karakteristik agen:


1.Infektivitas dibuktikan dengan kemampuan sang agen untuk
berkembang biak di dalam jaringan penjamu.
2.Patogenesitas dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu
terbentuknya benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit
dengan permukaan basah tanpa nanah.
3.Virulensi penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak
diobati, dan akan menyerang dan merusak kulit, otot serta
persendian sehingga menjadi cacat seumur hidup.
NEXT..

4. Toksisitas yaitu dibuktikan dengan kemampuan


agen untuk merusak jaringan kulit dalam tubuh
penjamu.
5. Invasitas dibuktikan dengan dapat menularnya
penyakit antara penjamu yang satu dengan yang
lainnya.
6. Antigenisitas yaitu sebelum menimbulkan gejala
awal Agen mampu merusak antibodi yang ada
didalam sang penjamu.
Host (penjamu) adalah manusia atau makhluk hidup lainnya
Host yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah
perkembangan penyakit.

penyakit frambusia dapat dilihat dari:

1.Golongan umur: umumnya lebih banyak menyerang anak-


anak golongan umur dibawah 15 tahun.
2.Jenis kelamin: distribusi penyakit frambusia pada laki-laki
dan perempuan berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan cara hidup (kegiatan sehari-hari).
3.Tingkat pendidikan: rendahnya tingkat pendidikan
menyebabkan kemungkinan terserang frambusia lebih besar,
akibat kurangnya pengetahuan tentang kebersihan diri dan
lingkungan.
Environment (lingkungan)

1. Lingkungan Fisik: Di daerah endemik, prevalensi infeksi


frambusia meningkat selama musim hujan.

2. Temperatur: Umumnya penyakit frambusia terdapat di daerah


dengan temperatur rata-rata 27ºc dan curah hujan tinggi.

3. Lingkungan sosial, ekonomi: Kepadatan penduduk, kurangnya


persediaan air bersih dan keadaan sanitasi serta kebersihan
yang buruk, baik perorangan maupun pemukiman. Kurangnya
fasilitas kesehatan umum yang memadai dan kontak langsung
dengan kulit penderita penyakit frambusia. Pengetahuan
masyarakat tentang penyakit ini masih kurang.
Etiologi

Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang


disebabkan oleh Treponema pallidum sub spesies pertenue
(merupakan saudara dari Treponema penyebab penyakit
sifilis), penyebarannya tidak melalui hubungan seksual,
tetapi dapat mudah tersebar melalui kontak langsung antara
kulit penderita dengan kulit sehat. Penyakit ini tumbuh subur
terutama didaerah beriklim tropis dengan karakteristik cuaca
panas, dan banyak hujan, yang dikombinasikan dengan
banyaknya jumlah penduduk miskin, sanitasi lingkungan yang
buruk, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat
penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang
memadai.
Patofisologi

Frambusia disebabkan oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan karena kontak


langsung dengan penderita ataupun kontak tidak langsung.Treponema palidum ini
biasanya menyerang kulit dan tulang.

Pada awal terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan penjamu,
setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah arbei,
yang memiliki permukaan yang basah, lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang
disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang  dan persendian.
Apabila tidak segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta
persendian.
 Stadium I
Stadium ini dikenal sebagai stadium menular. Masa
inkubasi rata-rata 3 minggu atau dalam kisaran 3-90
hari. berupa papiloma pada port d’ entre yang
berbentuk seperti buah arbei, permukaan basah,
lembab, tidak bernanah, sembuh spontan tanpa
Manifestasi meninggalkan bekas, kadang-kadang disertai dengan
peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang
Klinis dan persendian kemudian papula-papula menyebar
yang sembuh setelah 1-3 bulan.

 Stadium II atau masa peralihan


Pada stadium ini ditempat lesi ditemukan treponema
pallidum pertenue. Stadium ini bisa dimulai sewaktu
masih ada frambesioma atau beberapa minggu/bulan
setelah stadium pertama infeksi bakteri ini sembuh.
Pada stadium ini, ruam berkerak terbentuk, yang
dapat mencakup wajah, lengan, kaki, dan bokong.
NEXT..

Stadium III

Stadium akhir dari penyakit ini hanya dialami


oleh sekitar 10% orang yang terinfeksi.
Kondisi ini dimulai setidaknya 5 tahun setelah
frambusia awal muncul. Tahap akhir ini dapat
menyebabkan kerusakan parah pada kulit,
tulang, dan sendi, terutama di kaki.
Frambusia stadium akhir ini juga dapat
menyebabkan suatu bentuk kerusakan
wajah, yang disebut gangosa atau
rhinopharyngitis mutilan karena menyerang
dan menghancurkan sebagian hidung, rahang
atas, langit-langit mulut (atap mulut) dan
bagian tenggorokan yang disebut faring.
Jika frambusia tidak diobati, frambusia bisa menjadi
kronis, kambuh setelah 5-15 tahun, dengan manifestasi
klinis pada kulit, tulang, dan sendi.

Komplikasi
kebanyakan pasien frambusia, masih terbatas pada
kulit, tetapi tulang dan keterlibatan sendi dapat terjadi.
Meskipun lesi pada frambusia menghilang secara
spontan, infeksi bakteri sekunder dan jaringan parut
dapat terjadi yang dapat menimbulkan komplikasi
umum.
Pemeriksaan Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosis, tim medis akan meminta


melakukan tes darah untuk memeriksa bukti infeksi bakteri
yang menyebabkan penyakit frambusia. Tim medis juga bisa
mengambil sampel jaringan dari kutil kulit. Sampel ini akan
diperiksa di laboratorium untuk bakteri Treponema pallidum.

Tidak ada tes darah khusus untuk penyakit ini. Namun, tes
darah untuk sifilis sering kali positif pada orang dengan penyakit
kulit ini karena bakteri yang menyebabkan kedua kondisi ini
berkaitan dekat.
 Tindakan Medis
Benzatin penisilin diberikan dalam dosis 2, 4 juta unit
untuk orang dewasa dan untuk 1,2 juta unit anak-anak.
Hingga saat ini, penisilin merupakan obat pilihian, tetapi
bagi mereka yang peka/sensitif dapat diberikan
tetrasiklin atau eritromisin 2 gr/hari selama 5-10 hari.

Penatalaksanaan
Tindakan Keperawatan
Perawatan yang dapat dilakukan pada seseorang yang
sedang menderita penyakit Frambusia:

1.Untuk menghilangkan rasa gatal dapat menggunakan


lotion calamin.
2.Gunting kuku secara teratur, karena kuku yang panjang
atau kasar dapat menimbulkan resiko kerusakan kulit jika
digaruk.
3.Gunakan pakaian yang longgar, pakaian katun menjadi
pilihan yang tepat untuk mengurangi rasa gatal dan
terhindar dari keringat.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Frambusia

1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan,
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan
diagnosa keperawatan

 Pengkajian pada pasien frambusia meliputi :


Identitas klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk ke
rumah sakit, nomor register, diagnosa medis.

 Keluhan utama : Gatal-gatal. Demam. Sakit Kepala. Nyeri tulang


dan sendi. Terdapat benjolan-benjolan pada kulit.
 Riwayat penyakit: Pasien sebelumnya pernah menderita penyakit frambusia,
dan kambuh kembali.

 Pemeriksaan Fisik :
 Kepala
Inspeksi: bentuk kepala kiri dan kanan simetris, keadaan rambut dan hygiene kepala,
warna rambut.
Palpasi: ada atau tidaknya benjolan.

 Muka
Inspeksi: struktur muka kiri dan kanan simetris, ekspresi wajah, kaji apakah
wajah pucat atau tidak.
Palpasi: adakah nyeri tekan ada benjolan pada muka atau tidak.

 Mata: Periksa konjungtiva, sklera, pupil, reflek cahaya, fungsi penglihatan.

Hidung dan sinus: Kebersihan hidung, ada atau tidak pernapasan, cuping
hidung, ada atau tidaknya polip hidung, adanya deviasi sputum.
 Telinga: Bentuk simetris, kebersihan telingga ada tidaknya serum, fungsi
telingga.
 Mulut : Kaji keadaan gigi ada tidaknya peradangan gusi, periksa
kelembaban bibir, dan periksa kebersihan lidah, dan periksa adakah nyeri
saat menelan atau tidak.
 Leher: Ada atau tidak pembesaran JVP, ada atau tidak pembesaran
kelenjar limfe.

 Thorax dan pernapasan


• Inpeksi: bentuk dada simetris kiri dan kanan, Irama pernapasan
mengikuti pergerakan dada, Frekuensi pernapasan 16 x/menit, Tipe
pernapasan normal.
•Palpasi: ada atau tidaknya nyeri tekan.
•Auskultasi: kaji suara napas normalnya vesikuler, kaji ada tidak bunyi
tambahan.
•Perkusi: suara perkusi dada normal (sonor).
Jantung
• Inpeksi: Nampak atau tidak Nampak ictus cordis.
•Palpasi: teraba atau tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae
pada intra kostalis.
•Perkusi: teraba atau tidak teraba pembesaran jantung.
•Auskultasi: bunyi jantung I dan II normal, ada atau tidak bunyi tambahan.
 Genetalia
Tidak dilakukan pengkajian.

 Ekstremitas
Integument/ Kulit
• Inspeksi : Adakah lesi (+/-), Jaringan parut (+/-), Warna Kulit, Bila ada luka
dimana saja lokasinya, dengan luas.
•Palpasi : Tekstur (halus/kasar), Turgor/Kelenturan (baik/jelek), Struktur
(keriput/tegang), Lemak subkutan (tebal/tipis), nyeri tekan (+/-) pada daerah
mana?
NEXT..

 Identifikasi luka/lesi pada kulit


• Tipe Primer: Makula (+/-), Papula (+/-) Nodule (+/-) Vesikula (+/-)
• Tipe Sekunder: Pustula (+/-), Ulkus (+/-), Crusta (+/-), Exsoriasi (+/-), Scar
(+/-)
•Kelainan-Kelainan Pada Kulit: Naevus Pigmentosus (+/-), Hiperpigmentasi
(+/-),Vitiligo/Hipopigmentasi (+/-), Tatto (+/-), Haemangioma (+/-),
Angioma/toh (+/-), Spider Naevi (+/-), Striae (+/-)

 Pemeriksaan Rambut
• Inspeksi dan Palpasi: Penyebaran (merata/tidak), Bau (+/-), rontok (+/),
warna, Alopesia (+/-), Hirsutime (+/-), Alopesia (+/-) Pemeriksaan Kuku
• Inspeksi dan Palpasi: Warna, bentuk dan kebersihan kuku (bersih/kotor).
 Pola aktivitas dan istirahat : Kelemahan. Gelisah. Susah bergerak. Susah tidur.
Pusing.

 Pola sirkulasi : Turgor kulit menurun. Kerusakan integritas kulit.

 Pola sensorik  : Sensitifitas kulit terhadap rangsang menurun. Pertahanan tubuh


menurun.

 Pola Nutrisi dan cairan : Anoreksia. Berat badan menurun.


Dehidrasi.
 Pola kepercayaan diri : Perubahan postur tubuh. Menyendiri
(malu).
 Pola tempat tinggal pasien : Sanitasi lingkungan yang buruk.
Kurangnya fasilitas air bersih. Lingkungan yang padat
penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang
memadai.
Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agens cedera kimiawi.


2. Resiko infeksi berhubungan dengan Gangguan intergritas kulit.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
ERADIKASI FRAMBUSIA
(Kementrian Kesehatan RI, 2017)

Kegiatan penanggulangan Frambusia pada daerah


endemis meliputi promosi kesehatan, pengendalian faktor
risiko, POPM Frambusia, dan Surveilans Frambusia, yang
diselenggarakan secara intensif terutama pada
desa/kelurahan yang endemis. Kegiatan Penanggulangan
Frambusia tersebut dapat diselenggarakan secara
bersinergi dengan lintas program melalui pendekatan
keluarga (active case finding). Dalam kegiatan
Penanggulangan Frambusia juga diperlukan penguatan
paradigma sehat dengan mendorong promotif dan
preventif melibatkan multisektor melalui Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
A. Promosi Kesehatan

Kuman penyebab Frambusia hanya hidup dalam tubuh


manusia dan menular antar manusia. Pada dasarnya, penularan
Frambusia pada suatu populasi dapat terhenti apabila setiap
anggota penduduk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat,
terutama menjaga kebersihan perorangan seperti mandi
menggunakan air dan sabun. Promosi untuk menghentikan
penularan Frambusia adalah dengan melakukan kegiatan
sosialisasi penyakit Frambusia dan kampanye penggunaan air,
sabun, dan memelihara kesehatan lingkungan. Melalui kegiatan
promosi tersebut, pengetahuan masyarakat tentang penularan
Frambusia serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
dapat ditingkatkan.
B. Pengendalian Faktor Risiko
Pengendalian faktor risiko dilakukan melalui pencegahan penularan melalui
peningkatan kesadaran memeriksakan diri bagi kontak kasus, penemuan kasus dan
kontak secara dini, dan/atau penggunaan air bersih dan sabun. Penemuan kasus
secara dini dapat memutuskan mata rantai penularan Frambusia di suatu daerah.
Semua kasus koreng yang bukan diakibatkan oleh cedera atau trauma, dapat
diduga sebagai suspek Frambusia sampai dapat dikonfirmasi dengan melakukan
pengujian serologi. Penemuan kasus baik secara aktif maupun pasif tidak hanya
dilakukan pada daerah endemis saja, tetapi juga dilaksanakan pada daerah non
endemis.
•Penatalaksanaan kasus dan pemberian obat yang tepat sangat menunjang
dalam pemutusan mata rantai penularan Frambusia. Selain kasus, pemberian obat
pada kontak juga dilakukan. Pemberian obat pada kasus dan kontak harus
didukung dengan ketersediaan obat dan manajemen pengelolaan azitromisin
tablet yang benar. Sosialisasi pada awal pemberian obat pada kasus dan kontak
dibutuhkan agar dapat meningkatkan pengetahuan pentingnya pemberian obat
dan meningkatkan kemauan berobat.
•Kampanye penggunaan air bersih dan sabun dilakukan sebagai upaya
untuk membudayakan hygiene perorangan. Hygiene perorangan yang baik dapat
memutus rantai penularan Frambusia.
C. Pemberian Obat Pencegahan secara Massal
Frambusia
• Dalam upaya Eradikasi Frambusia, strategi utama yang harus
dilakukan adalah intensifikasi penemuan kasus Frambusia dan
pelaporan setiap kasus Frambusia yang ditemukan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota sesegera mungkin.
• Pada desa pasca POPM total penduduk, apabila kemudian
ditemukan kasus Frambusia konfirmasi, maka segera dilakukan
upaya penghentian penularan Frambusia dengan metode POPM
kasus dan kontak.
• Pemberian obat pencegahan massal total penduduk atau disebut
POPM total penduduk adalah memberikan obat pencegahan kepada
semua penduduk di desa endemis secara serentak (total penduduk)
diikuti dengan intensifikasi surveilans serta POPM kasus dan kontak
agar mata rantai penularan Frambusia dapat dihentikan di seluruh
wilayah Kabupaten/Kota.
Metode yang diterapkan adalah:
• POPM total penduduk
(menggunakan azitromisin)
pada desa endemis
Frambusia secara serentak.
• Intensifikasi surveilans kasus
Frambusia pasca POPM total
penduduk di semua desa,
baik desa endemis maupun
desa lainnya.
• Setiap kasus Frambusia yang
ditemukan di daerah yang
telah melaksanakan POPM
total penduduk segera
dilakukan POPM kasus dan
kontak.
Obat Frambusia
a. Jenis Obat : b. Cara Pemberian Obat
1. Obat Azitromisin diberikan per oral.
Obat yang digunakan dalam
2. Apabila terjadi reaksi alergi terhadap
POPM Frambusia adalah azitromisin, maka obat alternatif lain
Azitromisin dosis tunggal. dapat diberikan.
Bentuk sediaan berupa sirup 3. Pada daerah yang dilakukan
kering, tablet, atau kaplet. Obat kegiatan POPM Kontak Kasus
dapat diberikan pada saat perut setelah POPM total penduduk tidak
kosong (1 (satu) jam sebelum tersedia obat Azitromisin, maka
makan) atau 2 (dua) jam dapat digunakan obat lain sesuai
sesudah makan. Namun, untuk rekomendasi ahli.
meminimalkan efek mual c. Dosis Pemberian Obat
1. Obat Azitromisin diberikan dengan
sebaiknya diberikan setelah dosis 30 mg/kg berat badan
makan. (maksimum 2 gram) atau dosis
menurut umur (dosis tunggal). Obat
harus diminum di depan petugas.
2. Pada pelaksanaan di lapangan,
pemberian obat Azitromisin adalah
sebagai berikut:
Jenis dan Dosis Obat Frambusia
Nama aObat Umur (tahun) Dosis Cara Pemberian Lama Pemberian

Azitromisin 2-5 th 500 mg 1x Oral Dosis tunggal


tablet sehari

6–9 th 1000 mg 1x Oral Dosis tunggal


sehari

10-15 th 1500 mg 1x Oral Dosis tunggal


sehari

Petugas sebaiknya menyediakan timbangan untuk menentukan


dosis terutama pada anak yang pertumbuhannya (penambahan
berat badan) tidak sesuai dengan umur.
Sasaran

a. Sasaran POPM total penduduk adalah semua penduduk di desa endemis,


dengan usia 2-69 tahun, kecuali yang ditunda pengobatannya.
b. Penduduk yang ditunda pengobatannya adalah wanita hamil, penderita sakit
berat, atau alergi obat tertentu.
c. setelah dilakukan POPM total penduduk, jika masih ditemukan kasus baru
maka dilakukan pemberian obat pada kasus dan kontaknya.

Kegiatan
1. Penetapan endemisitas setiap desa sekaligus penetapan metode POPM yang
diterapkan pada masing-masing desa setiap bulan Juli.
2. Penyiapan tingkat kabupaten, mulai dari logistik, SDM, dan distribusi petunjuk
teknis.
3. Penyiapan desa, khususnya desa endemis yang akan melaksanakan POPM total
penduduk.
4. Pelaksanaan POPM Frambusia di desa-desa endemis.
NEXT..
.

6. Penyiapan pengelolaan Kejadian


Ikutan Pemberian Obat Pencegahan
Massal.
7. Pengelolaan Kejadian Ikutan
Pemberian Obat Pencegahan Massal.
8. Surveilans Pasca POPM Frambusia
9. POPM Kasus dan Kontak
10. Evaluasi pada minggu ke-4 ke-8 pasca
pelaksanaan POPM Frambusia.
11. Pencatatan dan Pelaporan
Langkah-langkah Pelaksanaan

a. Penyiapan POPM Total Penduduk 2. Provinsi


1. Pusat a. Menetapkan Kabupaten/Kota Endemis
a. Pemetaan daerah yang akan Frambusia dengan berkoordinasi
dilakukan POPM. dengan Dinas Kesehatan
b. Penyediaan anggaran sesuai Kabupaten/Kota dan Kementerian
dengan pentahapan pada peta Kesehatan.
jalan. b. Merencanakan stok obat di
c. Pelatihan petugas kabupaten/kota endemis Frambusia
d. Advokasi dan sosialisasi dengan untuk kegiatan POPM total penduduk.
lintas program dan lintas sektor c. Advokasi pelaksanaan kegiatan POPM
di daerah yang akan dilakukan total penduduk di kabupaten/kota
POPM. endemis Frambusia.
e. Penyiapan obat sesuai dengan d. Merencanakan kebutuhan pelatihan
usulan daerah yang akan teknis petugas kabupaten/kota dan
dilakukan POPM. puskesmas.
f. Evaluasi hasil kegiatan POPM e. Rencana asistensi pelaksanaan
total penduduk. kegiatan POPM total penduduk.
f. Evaluasi hasil kegiatan POPM total
penduduk.
3. Kabupaten/Kota
a. Pendataan keluarga dan anggota
keluarga
b. Perhitungan kebutuhan obat serta
logistik lainnya
c. Advokasi kabupaten/kota
d. Pertemuan koordinasi kabupaten/kota
e. Pertemuan koordinasi kecamatan
f. Penyiapan kade
g. Penyebarluasan informasi POPM total
penduduk.
h. evaluasi hasil kegiatan POPM total
penduduk.
Monitoring dan Evaluasi POPM Frambusia

a. Monitoring POPM Frambusia b. Kabupaten/Kota


1. Puskesmas  Memonitor penemuan kasus
 Memonitor penemuan kasus yang dilaksanakan oleh
di fasilitas pelayanan puskesmas dan fasilitas
kesehatan, penemuan kasus di pelayanan kesehatan lainnya.
desa melalui kegiatan  Memonitor pelaksanaan POPM
puskesmas keliling dan total penduduk di semua desa
pemeriksaan anak sekolah. endemis di wilayah
 Memonitor pelaksanaan POPM kabupaten/kota berdasarkan
total penduduk serta kejadian laporan puskesmas.
ikutan pemberian obat  Menghitung persediaan,
pencegahan massal. pemakaian, dan sisa obat
 Menghitung persediaan seluruh puskesmas.
(penerimaan), pemakaian, dan  Menindaklanjuti rujukan
sisa obat. kejadian ikutan POPM Frambusia
di rumah sakit.
Monitoring dan Evaluasi POPM Frambusia

C. Provinsi d. Pusat
 Memonitor pelatihan tenaga  Memonitor pelaksanaan
kesehatan, terutama di dinas kegiatan pemberian obat
kesehatan dan puskemas. pencegahan massal.
 Memonitor penemuan kasus yang  Memonitor hasil kegiatan
dilaksanakan oleh puskesmas dan pemberian obat pencegahan
fasilitas pelayanan kesehatan massal berdasarkan laporan
lainnya di semua kabupaten/kota dinas kesehatan kabupaten/kota
di wilayah provinsi. dan/atau dinas kesehatan
 Memonitor pelaksanaan POPM provinsi.
total penduduk di semua desa  Melaksanakan evaluasi cakupan
endemis di wilayah provinsi pemberian obat pencegahan
berdasarkan laporan puskesmas. massal sesuai kebutuhan pusat
 Menghitung persediaan, dan berkoordinasi dengan dinas
pemakaian, dan sisa obat seluruh kesehatan provinsi.
puskesmas.  Menghimpun laporan dan
 Menindaklanjuti rujukan kejadian analisis pencapaian kegiatan
ikutan pemberian obat pencegahan berdasarkan laporan hasil
Frambusia di rumah sakit. pelaksanaan kegiatan POPM.

Anda mungkin juga menyukai