Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Frambusia

Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum
ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau
granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi
lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang
dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka
atau cedera/ trauma.
Frambusia adalah penyakit menular, kumat-kumatan, bukan termasuk penyakit menular
venerik, yang disebabkan oleh Treponema palidum subs. pertinue dengan gejala utama
pada kulit dan tulang.
Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang). Dalam
bahasa Inggris disebut Yaws, ada juga yang disebut Frambesia tropica dan dalam bahasa
Pemalang disebut Pathek. Di zaman dulu penyakit ini amat populer karena penderitanya
sangat mudah ditemukan di kalangan penduduk. Saking populernya telah masuk dalam
khasanah bahasa Pemalang dengan istilah ora Patheken.
Frambusia termasuk penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
karena penyakit ini terkait dengan, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya kesadaran
masyarakat akan kebersihan diri, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat
penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai, apalagi di beberapa
daerah, pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini masih kurang karena ada
anggapan salah bahwa penyakit ini merupakan hal biasa dan alami karena sifatnya yang
tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita..
Etiologi Frambusia
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum
sub spesies pertenue (merupakan saudara dari Treponema penyebab penyakit sifilis),
penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, tetapi dapat mudah tersebar melalui
kontak langsung antara kulit penderita dengan kulit sehat. Penyakit ini tumbuh subur
terutama didaerah beriklim tropis dengan karakteristik cuaca panas, dan banyak hujan,
yang dikombinasikan dengan banyaknya jumlah penduduk miskin, sanitasi lingkungan
yang buruk, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan
kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai.
Frambusia, yang disebabkan oleh Treponema pertenue, adalah penyakit menular bukan
seksual pada manusia yang pada umumnya menyerang anak anak berusia di bawah 15
tahun. Penyakit ini terutama menyerang kulit dan tulang serta banyak didapati pada
masyarakat miskin, pedesaan dan marjinal di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika
Selatan, dimana kepadatan penduduk, kekurangan persediaan air, dan keadaan sanitasi
serta kebersihan yang buruk terdapat di mana mana.
Jadi, penyakit ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan dan hampir
bisa dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum termiskin serta
masyarakat kesukuan yang terdapat di daerah daerah terpencil yang sulit dijangkau.
Bisa dikatakan bahwa penyakit frambusia bermula dimana jalan berakhir.
Patofisiologi Frambusia
Frambusia di sebabkan oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan karena kontak
langsung dengan penderita ataupun kontak tidak langsung. Treponema palidum ini
biasanya menyerang kulit dan tulang.
Pada awal terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan penjamu,
setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah arbei,
yang memiliki permukaan yang basah, lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang
disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian.
Apabila tidak segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta
persendian.
Terjadinya kelainan tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang ektermitas yang
menyebabkan atrofi kuku dan deformasi ganggosa yaitu suatu kelainan berbentuk
nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi
dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung. Kelainan pada kulit adanya ulkus-
ulkus yang meninggalkan jaringan parut dapat membentuk keloid dan kontraktur.
Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui
kontak dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan,
gigitan, maupun pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia terbatas
hanya pada kulit saja, namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian atas dan sendi.
Walaupun hamper seluruh lesi frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi bakteri
sekunder dan bekas luka merupakan komplikasi yang umum. Setelah 5 10 tahun, 10 %
dari pasien yang tidak menerima pengobatan akan mengalami lesi yang merusak yang
mampu mempengaruhi tulang, tulang rawan, kulit, serta jaringan halus, yang akan
mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta stigma social.
Klasifikasi Frambusia terdiri dari 4 (empat) tahap meliputi:
a) pertama (primary stage) berbentuk bekas untuk berkembangnya bakteri
frambusia;
b) secondary stage terjadi lesi infeksi bakteri treponema pada kulit;
c) latent stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada;
d) tertiary stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan,
Cara Penularan Frambusia
Penularan penyakit frambusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung,
yaitu :
a) Penularan secara langsung (direct contact) .
Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang
lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema
pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan dengan kulit orang
lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam persentuhan antara jejas
dengan gejala menular dengan selaput lendir.
b) Penularan secara tidak langsung (indirect contact) .
Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda atau
serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala
menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenueyang terdapat pada
jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut.
Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat
mengalami 2 kemungkinan, antara lain :
1. Infeksi effective.
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang biak,
menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi efektif dapat
terjadi jika Treponema pertenueyang masuk ke dalam kulit cukup virulen dan cukup
banyaknya dan orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia.
2. Infeksi ineffective.
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak dapat
berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit.
Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak
cukup virulen dan tidak cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai
kekebalan terhadap penyakit frambusia
Klasifikasi Frambusia
Frambusia dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain berdasarkan karakteristik Agen :
a) Infektivitas dibuktikan dengan kemampuan sang Agen untuk berkembang biak di
dalam jaringan penjamu.
b) Patogenesitas dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu terbentuknya
benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah tanpa nanah.
c) Virulensi penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan menyerang
dan merusak kulit, otot serta persendian sehingga menjadi cacat seumur hidup. Pada
10% kasus frambusia, tanda-tanda stadium lanjut ditandai dengan lesi yang merusak
susunan kulit yang juga mengenai otot dan persendian.
d) Toksisitas yaitu dibuktikan dengan kemampuan Agen untuk merusak jaringan kulit
dalam tubuh penjamu.
e) Invasitas dibuktikan dengan dapat menularnya penyakit antara penjamu yang satu
dengan yang lainnya.
f) Antigenisitas yaitu sebelum menimbulkan gejala awal Agen mampu merusak
antibody yang ada di dalam sang penjamu.
Manifestasi Klinis Frambusia
Gejala klinis terdiri atas 3 Stadium yaitu :
a) Stadium I :
Stadium ini dikenal juga stadium menular. Masa inkubasi rata-rata 3 minggu atau dalam
kisaran 3-90 hari. Lesi initial berupa papiloma pada port d entre yang berbentuk seperti
buah arbei, permukaan basah, lembab , tidak bernanah, sembuh spontan tanpa
meninggalkan bekas, kadang-kadang disertai peningkatan suhu tubuh, sakit kepala,
nyeri tulang dan persendian kemudian, papula-papula menyebar yang sembuh setelah 1-
3 bulan. Lesi intinial berlangsung beberapa minggu dan beberapa bulan kemudian
sembuh. Lesi ini sering ditemukan disekitar rongga mulut, di dubur dan vagina, dan
mirip kandilomatalata pada sipilis. Gejala ini pun sembuh tanpa meninggalkan parut,
walaupun terkadang dengan pigmentasi. selain itu terdapat semacam papiloma pada
tapak tangan atau kaki, dan biasanya lembab. Gejala pada kulit dapat berupa macula,
macula papulosa, papula, mikropapula, nodula, tanpa menunjukan kerusakan struktur
pada lapisan epidermis serta tidak bereksudasi. Bentuk lesi primer ini adalah bentuk
yang menular.
b) Stadium II atau masa peralihan :
Pada stadium ini, di tempat lesi ditemukan treponema palidum pertinue. Treponema
positif ini terjadi setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah stadium I.
Pada stadium ini frambusia tidak menular dengan bermacam-macam bentuk gambaran
klinis, berupa hyperkeratosis. Kelainan pada tulang dan sendi sering mengenai jari-jari
dan tulang ekstermitas, yang dapat mengakibatkan terjadi atrofi kuku dan deformasi
ganggosa, yaitu suatu kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan
pada tulang hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk
hidung, gondou ( suatu bentuk ostitis hipertofi ), meskipun jarang dijumpai. Kelainan
sendi, hidrartosis, serta junksta artikular nodular ( nodula subkutan, mudah bergerak,
kenyal, multiple), biasanya ditemukan di pergelangan kaki dekat kaput fibulae, daerah
akral atau plantar dan palmar.
c) Stadium III :
Pada stadium ini , terjadi guma atau ulkus-ulkus indolen dengan tepi yang curam atau
bergaung, bila sembuh, lesi ini meninggalkan jaringan parut, dapat membentuk keloid
dan kontraktur. Bila terjadi infeksi pada tulang dapat mengakibatkan kecacatan dan
kerusakan pada tulang. Kerusakan sering terjadi pada palatum, tulang hidung, tibia.
Manifestasi klinis frambusia juga dibagi dalam beberapa tahap, antara lain :
a) Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini penederita belum menunjukan gejala penyakit. Namun, tidak menutup
kemungkinan si penyakit telah ada dalam tubuh si penderita.
b) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi Frambusia adalah dari 2 sampai 3 minggu
c) Tahap Dini
Terbentuknya benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah
tanpa nanah.
d) Tahap Lanjut
Pada gejala lanjut dapat mengenai telapak tangan, telapak kaki, sendi dan tulang,
sehingga mengalami kecacatan. Kelainan pada kulit ini biasanya kering, kecuali jika
disertai infeksi (borok).
e) Tahap Pasca Patogenesis
Pada tahap ini perjalanan akhir penyakit hanya mempunyai tiga kemungkinan, yaitu :
1. Sembuh dengan cacat penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di
daerah yang terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 % dari penderita.
2. Karier tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam
tubuh.
3. Penyakit tetap berlangsung secara kronik yang jika tidak diobati akan menimbulkan
cacat kepada si penderita.
Diagnosis
diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau
pemeriksaan mikroskopik langsung FA (Flourescent Antibody) dari eksudat yang berasal
dari lesi primer atau sekunder. Test serologis nontrepanomal untuk sifilis misalnya VDRL
(venereal disease research laboratory), RPR (rapid plasma reagin) reaktif pada stadium
awal penyakit menjadi non reaktif setelah beberapa tahun kemudian, walaupun tanpa
terapi yang spesifik, dalam beberapa kasus penyakit ini memberikan hasil yang terus
reaktif pada titer rendah seumur hidup. Test serologis trepanomal, misalnya FTA-ABS
(fluorescent trepanomal antibody absorbed), MHA-TP (microhemag-glutination assay for
antibody to t. pallidum) biasanya tetap reaktif seumur hidup.
Pencegahan Frambusia
Frambusia bila tidak segera ditangani akan menjadi penyakit kronik, yang bisa kambuh
dan menimbulkan gejala pada kulit, tulang dan persendian. Pada 10% kasus pasien
stadium tersier, terjadi lesi kulit yang destruktif dan memburuk menjadi lesi pada tulang
dan persendian. Kemungkinan kambuh dapat terjadi lebih dari 5 tahun setelah terkena
infeksi pertama. Strategi pemberantasan frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu:
a) Skrining terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk
menemukan penderita.
b) Memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan
(UPK) dan dilakukan pencarian kontak.
c) Penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
d) Perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana air
bersih serta penyediaan sabun untuk mandi.
Pengobatan Frambusia
Benzatin penisilin diberikan dalam dosis 2, 4 juta unit untuk orang dewasa dan untuk 1,2
juta unit untuk anak-anak. Hingga saat ini, penisilin merupakan obat pilihian, tetapi bagi
mereka yang peka dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin 2 gr/hari selama 5-10 hari.
Menurut Departemen Kesehatan RI, bahwa pilihan pengobatan utama adalah
benzatin penisilin, dan pengobatan alternatif dapat dilakukan dengan pemberian
tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin.
Anjuran pengobatan secara epidemiologi untuk frambusia adalah sebagai berikut :
a) Bila sero positif >50% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun >5% maka
seluruh penduduk diberikan pengobatan.
b) Bila sero positif 10%-50% atau prevalensi penderita di suatu desa 2%-5% maka
penderita, kontak, dan seluruh usia 15 tahun atau kurang diberikan pengobatan.
c) Bila sero positif kurang 10% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun < 2%
maka penderita, kontak serumah dan kontak erat diberikan pengobatan.
Pada anak sekolah untuk setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan seluruh murid
dalam kelas yang sama. Dosis dan cara pengobatan sbb:
Umur Nama Dosis PemberianMel LamaPembe
obat alui rian

< 10 thn Benz.penis 600.000 IM Dosis Tunggal


ilin IU

10 Benz.penis 1.200.00 IM Dosis Tunggal


tahun ilin 0 IU

Alterna
tif

<8 Eritromisin 30mg/kg Oral 15 hari


tahun BB bagi
4 dosis

8-15 Tetra atau 250mg,4 Oral 15 hari


tahun erit. 1 hri

>8 Doxiciclin 2- Oral 15 hari


tahun 5mg/kgB
B bagi 4
dosis

Dewasa 100mg Oral 15 hari


21 hari

Anda mungkin juga menyukai