TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Etiologi
Menurut Muttaqin, 2012: 166) etiologi dari gagal ginjal kronis yaitu
sebagai berikut:
1.1.2.1 Penyakit dari Ginjal
1) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteriti.
2) Batu ginjal: nefrolitiasis
3) Kista di ginjal: polcystis kidney.
4) Trauma langsung pada ginjal.
5) Keganasan pada ginjal.
6) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
1.1.2.2 Penyakit Umum di Luar Ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melius, hipertensi dan kolesterol
tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria dan hepatitis.
4) Preeklamsi.
5) Obat-obatan.
6) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar).
1.1.3 Patofisiologi
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam,
dan penimbunan produk sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian
ginjal yang sakit.Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
manifestasi klinis gagal ginjal kronis mungkin minimal karena nefron-
nefron lain yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron
yang tersisa meningkatkan laju filtrasi, reabsorbsi, dan sekresinya serta
mengalami hipertrofi dalam proses tersebut. Seiring dengan makin
banyaknya nefron yang mati, nefron yang tersisa menghadapi tugas yang
semakin berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya
mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan
tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reasorbsi protein.
Seiring dengan penyusutan progresif nefron, terjadi pembentukkan
jaringan parut dan penurunan aliran darah ginjal.Pelepasan renin dapat
meningkat dan bersama dengan kelebihan beban cairan, dapat menyebabkan
hipertensi.Hipertensi mempercepat gagal ginjal, mungkin dengan
meningkatkan filtrasi (karena tuntutan untuk reasorbsi) protein plasma dan
menimbulkan stress oksidatif.Kegagalan ginjal membentuk eritropoietin
dalam jumlah yang adekuat sering kali menimbulkan anemia dan keletihan
akibat anemia berpengaruh buruk pada kualitas hidup.Selain itu, anemia
kronis dapat menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan di seluruh tubuh
dan mengaktifkan refleks-refleks yang ditujukan untuk meningkatkan curah
jantung guna memperbaiki oksigenasi. Refleks ini mencakup aktivasi
susunan saraf simpatis dan peningkatan curah jantung.Akhirnya, perubahan
tersebut merangsang individu yang menderita gagal ginjal mengalami gagal
jantung kongestif sehingga penyakit ginjal kronis menjadi satu faktor risiko
yang terkait dengan penyakit jantung (Corwin, 2009:729).
Menurut (Muhammad, 2012:34), perjalanan umum gagal ginjal kronis
dapat dibagi menjadi 4 stadium, yaitu sebagai berikut.
1.1.3.1 Stadium I (Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40%– 75%))
Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik dan
laju filtrasi glomerulus 40-50% tetapi, sekitar 40-75% nefron tidak
berfungsi.Pada tahap ini penderita ini belum merasakan gejala gejala dan
pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama
tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam
batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin
hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, seperti
tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang
teliti.
1.1.3.2 Stadium II (Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20% – 50%))
Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa
padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun.Pada stadium ini pengobatan
harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam,
gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat-obatan yang bersifat
mengganggu faal ginjal.Bila langkah- langkah ini dilakukan secepatnya
dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih
berat.Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah
rusak.Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dalam
diet.Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar
normal.
1.1.3.3. Stadium III (Gagal Ginjal (faal ginjal kurang dari 10%))
Pada tahap ini laju filtrasi glomerulus 10-20% normal, BUN dan
kreatinin serum meningkat.Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk
dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari - hari sebagaimana
mestinya.Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan
berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang
tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai
koma.Oleh karena itu, penderita tidak dapat melakukan tugas sehari-hari.
1.1.6 Komplikasi
Menurut (Corwin, 2009:730), komplikasi dari penyakit gagal ginjal
kronik adalah sebagai berikut.
1.1.6.1 Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume,
ketidakseimbangan elektrolit, asidosis metabolik, azotemia, dan
uremia.
1.1.6.2 Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi
azotemia dan uremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang
secara mencolok merangsang kecepatan pernapasan.
1.1.6.3 Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati
uremik, dan pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
1.1.6.4 Penurunan pembentukan eriropoietin dapat menyebabkan sindrom
anemia kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit
kardiovaskular, dan penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas.
1.1.6.5 Dapat terjadi gagal jantung kongestif.
1.1.6.6 Tanpa pengobatan dapat terjadi kima dan kematian.
1.1.7.3 Hiponatremi
Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya terjadi
pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya dieresis.
1.1.7.4 Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
Terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.
1.1.7.5 Phosphatealkaline meninggi akibat gangguan metabolism tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
1.1.7.6 Hipoalbuminemia dan hipokolestrolemia
Umumnya disebabkan gangguan metabolism dan diet rendah protein.
1.1.7.7 Peninggi gula darah
Akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
1.1.7.8 Hipertrigliserida
Akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggi hormon
insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
1.1.7.9 Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH
yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada
gagal ginjal.
1.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan Gagal Ginjal adalah sebagai
berikut.
1.1.8.1 Pencegahan
Pencegahan mencakup perubahan gaya hidup dan jika diperlukan,
obat untuk mengontrol hipertensi, obat pengontrol glikemik yang baik bagi
penderita diabetes, dan jika mungkin menghindari obat-obat nefrotoksik.
Pemakaian lama analgesik yang mengandung kodein dan obat-obat anti-
inflamasi non steroid (NSAID) harus dihindari, khususnya pada individu
yang mengalami gangguan ginjal.Diagnosis dini dan pengobatan lupus
eritematosus sistemik dan penyakit lainnya yang diketahui merusak ginjal
amat penting. Selain itu, pada semua stadium pada gagal ginjal kronik
pencegahan infeksi perlu dilakukan (Elizabeth corwin, 2009:731).
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannyasudah berhasil dicapai, melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.