Anda di halaman 1dari 3

Frambusia

Pengertian Frambusia

Frambusia atau yaws adalah infeksi yang terjadi akibat paparan bakteri jenis Treponema pertenue. Bila tidak
segera mendapatkan penanganan, frambusia dapat menyebabkan cacat tubuh seumur hidup, khususnya pada
anak-anak.

Melansir dari World Health Organization (WHO), 75-80 persen frambusia terjadi pada anak-anak yang berusia
kurang dari 15 tahun. Bahkan, pada tahun 2013, penyakit ini menjadi endemik pada 13 negara.

Pada tahun 2020, ada sekitar 87.877 suspek pengidap penyakit frambusia pada 11 negara. Namun, hanya
dikonfirmasi sebesar 346 kasus aktif pada tujuh negara yang mayoritas berasal dari Papua New Guinea, Pulau
Solomon, dan Vanuatu. 

Penyebab Frambusia 

Frambusia terjadi akibat infeksi bakteri Treponema pertenue. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui luka yang terbuka atau goresan pada kulit.

Frambusia masuk ke dalam kelompok penyakit menular. Penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan
ruam yang muncul pada kulit pengidap frambusia.

Bakteri penyebab frambusia hampir serupa dengan bakteri pemicu sifilis. Namun, bakteri ini tidak dapat
menular melalui kegiatan seksual seperti penyakit sifilis. Bakteri ini juga tidak menyebabkan penularan pada
janin dalam kandungan pada masa kehamilan.

Faktor Risiko Frambusia

Ada berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko penyakit frambusia, antara lain:

 Lingkungan yang kumuh.


 Usia di bawah 15 tahun.
 Tinggal berdekatan dengan pengidap frambusia.

Gejala Frambusia

Penyakit ini akan muncul dalam beberapa tahap. Biasanya, saat masih dalam tahap pertama dan kedua,
frambusia akan lebih mudah untuk mendapatkan pengobatan.

Sementara itu, saat ditemukan pada gejala yang parah atau memasuki tahap ketiga, kondisi ini menjadi lebih
sulit untuk mendapatkan penanganan. Hal ini karena gejala pada tahap ketiga dapat melibatkan perubahan yang
kompleks pada tulang di berbagai bagian tubuh.

1. Gejala tahap pertama

Frambusia pada tahap pertama biasanya terjadi pada anak usia dini. Puncak tahapan pertama biasanya akan
berlangsung cukup lama hingga anak mencapai usia enam tahun. Setelah 3-5 minggu terpapar bakteri yang
memicu frambusia, maka pengidap akan memiliki benjolan atau kutil yang muncul pada kulit.

Benjolan ini dikenal juga sebagai frambesioma atau mother yaw. Benjolan ini akan membesar dan membentuk
kerak kering tipis berwarna kuning. Kondisi tersebut dikenal juga sebagai lesi papillomatous.
Pertumbuhan benjolan akan muncul sesuai dengan lokasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Biasanya, benjolan
akan muncul pada bagian tungkai hingga kaki. Mother yaw dapat menghilang dengan sendirinya dalam waktu
3-6 bulan.

2. Gejala tahap kedua

Gejala kedua akan muncul beberapa minggu setelah gejala pertama. Luka pada kulit akan muncul pada
beberapa bagian tubuh, seperti wajah, lengan, kaki, dubur, hingga sekitar alat kelamin.

Luka ini dapat sembuh, tetapi dapat muncul kembali secara berulang. Lesi pada tahap pertama juga dapat
mengalami retakan dan ulserasi yang memicu rasa nyeri. Kondisi ini dapat membuat pengidap frambusia
mengalami perubahan pada posisi saat berjalan atau crab yaws.

Meskipun umumnya pada tahap kedua, infeksi bakteri sudah dapat menyebabkan gangguan pada persendian
dan tulang, tetapi tahap ini belum menyebabkan kerusakan pada bagian tersebut.

Pada tahap ini, pengidap dapat mengalami pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, ruam atau lesi yang
muncul dapat berubah menjadi kecoklatan.

3. Gejala tahap ketiga

Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, frambusia dapat memasuki gejala tahap ketiga. Hanya sekitar
10 persen pengidap frambusia mengalami tahapan ini. Pada tahap ini, pengidap dapat mengalami kerusakan
yang cukup parah pada kulit, tulang, hingga persendian. 

Frambusia yang penanganannya terlambat pun dapat menyebabkan cacat pada bentuk wajah, yaitu sindrom
gangosa atau mutilans rinofaringitis. Hal ini terjadi dengan menyerang dan menghancurkan bagian hidung,
rahang atas, langit-langit, dan tenggorokan.

Jika pembengkakan pada sekitar hidung tidak diatasi dengan baik, kondisi ini menyebabkan sakit kepala dan
keluar cairan dari hidung.

Diagnosis Frambusia

Ada beberapa pemeriksaan yang bisa mendiagnosis penyakit ini, seperti:

1. Pemeriksaan fisik

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang mengalami gejala terkait dengan frambusia.
Karena mayoritas pengidap frambusia merupakan anak usia di bawah 15 tahun, maka dokter juga akan
mempertimbangkan dari sisi usia untuk menetapkan penyakit ini.

Dokter akan memastikan pemeriksaan fisik dengan mencari tanda spesifik, seperti:

 Luka tanpa rasa sakit.


 Pertumbuhan kutil pada beberapa bagian tubuh.
 Penebalan pada kulit sekitar tangan dan kaki.

2. Pemeriksaan lanjutan

Pemeriksaan lanjutan melalui tes aglutinasi partikel Treponema pallidum berfungsi untuk menemukan infeksi
bakteri Treponema. Dokter juga dapat melakukan biopsi dengan mengambil sampel jaringan pada luka untuk
pemeriksaan lanjutan di laboratorium.
Pengobatan Frambusia

Frambusia menjadi sangat mudah diobati ketika ditemukan pada gejala tahap pertama. Dengan menggunakan
suntikan antibiotik, maka penyakit ini dapat ditangani dengan baik. Namun, gejala yang telah memasuki tahap
ketiga membutuhkan suntikan antibiotik sebanyak tiga dosis mingguan (seminggu sekali sebanyak 3 kali).

Sementara itu, hingga kini tidak ada pengobatan yang bisa mengatasi kerusakan pada wajah atau tulang pada
pengidap frambusia.

Komplikasi Frambusia

Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada wajah. Tentunya hal ini dapat memengaruhi kondisi kesehatan
mental seseorang.

Selain itu, kerusakan kulit dan tulang juga dapat menyebabkan gangguan aktivitas yang memicu penurunan
kualitas hidup.

Pencegahan Frambusia

Tidak ada pencegahan untuk penyakit frambusia. Namun, kamu bisa menurunkan risiko dengan tidak
mengunjungi negara atau daerah yang menjadi lokasi endemik penyakit frambusia.

Jangan lupa untuk selalu menggunakan alas kaki dan menutup luka dengan tepat saat kamu berkegiatan pada
kawasan yang kumuh. Selalu mencuci tangan dan membersihkan tubuh setelah melakukan kontak dengan
banyak orang.

Referensi:
World Health Organization. Diakses pada 2023. Yaws.
Medicine Net. Diakses pada 2023. What is Yaws?
NORD. Diakses pada 2023. Yaws.
Drugs. Diakses pada 2023. Yaws.
Very Well Health. Diakses pada 2023. An Overview of Yaws.

Anda mungkin juga menyukai