Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Saat ini, penyakit menular seksual (PMS) makin marak menjangkiti banyak penduduk di dunia, khususnya Amerika Serikat dan Kanada. Namun, tidak jarang pula penduduk di Indonesia terjangkit berbagai jenis penyakit menular seksual tersebut. PMS sangat berbahaya, karena tak sebatas menimbulkan efek pada organ kelamin semata, namun juga dapat menimbulkan masalah lain pada beberapa alat indera seperti kulit, mata, dan lidah (pada mulut). Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dalam bidang kesehatan seksual. 1.2 Rumusan Masalah Apa yang dimaksud penyakit menular seksual? Apa penyebab dan penularan penyakit menular seksual pada umumnya? Apa saja penyakit menular seksual yang menimbulkan bahaya pada system indera? Apa saja gejala yang ditimbulkan dan efeknya terhadap alat indera? Apa penyebab dari penyakit tersebut dan bagaimana penularannya? Bagaimana pencegahan dan pengobatannya?

1.3 Tujuan Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan reproduksi, juga diperuntukan agar para pembaca dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang banyak hal yang berhubungan dengan penyakit menular seksual, serta masalah yang ditimbulkan pada organ tubuh lain, termasuk alat indera, sehingga pencegahan terhadap penyakit tersebut dapat dilakukan oleh para pembaca.

BAB III KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS) Penyakit menular seksual (PMS) merupakan suatu infeksi atau penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak seksual, baik oral, anal, maupun vaginal. PMS menyerang alat kelamin, namun gejalanya dapat timbul dan menyerang organ tubuh lainnya, seperti otak, hati, jantung, dan alat indera. Umumnya PMS berbahaya bagi organ-organ reproduksi, dan harus segera diobati. Diperkirakan 1 dari 3 orang di seluruh dunia pernah mengidap PMS. Separuhnya terjadi di Asia. Sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karenanya. Itu di luar meninggal karena AIDS. Pada tahun 2002, WHO melaporkan bahwa terdapat lebih dari 11 juta kasus baru PMS khusus untuk jenis sifilys, klamidia dan gonore saja. Dari jumlah itu, 3 juta lebih terjadi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 2.2 Penyebab dan Penularan PMS pada Umumnya PMS disebabkan oleh virus, bakteri sampai arthropoda. Beberapa PMS yang disebabkan oleh virus adalah AIDS, herpes, dan genital warts. Penanganan terhadap PMS yang disebabkan oleh virus masih belum ditemukan standar baku. Namun gejala yang menyertai penyakit itu bisa ditangani. Adapun gonore, klamidia, dan sifilis adalah contoh PMS yang disebabkan oleh bakteri. Oleh karena itu penanganannya bisa menggunakan antibiotik. Manusia diketahui tidak dapat membangun antibodi terhadap beberapa PMS sehingga tidak ada peluang bagi pelaku hubungan seksual untuk tidak terjangkit PMS apabila berhubungan seksual dengan pasangan yang telah terjangkit PMS. Suatu hal yang umum adalah tidak munculnya gejala PMS pada tahap awal atau bahkan tidak muncul gejala sama sekali. Tahu-tahu sudah parah dan merusak jaringan tubuh. Itu sebabnya harus sering cek kesehatan jika Anda memiliki resiko tertular PMS.

2.3 Macam-Macam Penyakit Menular Seksual yang Berpengaruh Pada Alat Indera Terdapat sekitar 40 jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Sebagai contoh adalah AIDS, herpes, klamidia, gonore, sifilis, genital warts, hepatitis B, kutu kemaluan, infeksi saluran kencing, granuloma, limpogranuloma, molluscum, trikomoniosis, radang pelvik, dan vaginitis. Berikut adalah ragam jenis penyakit menular seksual yang umum ditemui dalam masyarakat, sehingga telah sangat dikenal. 1. Klamidia (Chlamydia) a. Pengertian Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual transmitted diseases), seperti kencing nanah, sifilis, dan tentu HIV/AIDS. Bedanya dengan HIV, chlamydia masih bisa disembuhkan. b. Gejala Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan.

Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.

Kuman chlamydia bisa juga menyerang selaput lendir bola mata yang dikenal sebagai penyakit trachoma. Bila dibiarkan tanpa pengobatan, trachoma bisa berakhir dengan kebutaan. Pada bayi, kuman chlamydia bisa menyerang paru-paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia). c. Penyebab dan Mekanisme Penularan Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Selain menular pada kelamin, chlamydia tak jarang pula bisa ditularkan lewat liang dubur jika melakukan sodomi. Dapat pula melalui rongga mulut jika melakukan oral seks dengan pasangan seks yang positif chlamydia. Selain itu chlamydia juga lebih gampang berjangkit pada mereka yang sudah memiliki penyakit menular seksual lain sebelumnya, dan berisiko tinggi pula pada mereka yang pasangan seksnya sudah positif mengidap salah satu penyakit STD. Bayi baru lahir berisiko tertular chlamydia pada matanya jika tidak dicegah dengan salep mata begitu dilahirkan. d. Pencegahan dan Pengobatan Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom). Untuk pengobatan dapat diberikan Tetrasiklin, Azithromisin, Erythromycin, Erythromycin base, Ofloxacin. 2. Sifilis (Raja Singa) a. Pengertian Penyakit Kulit Kelamin sifilis merupakan salah satu penyakit berbahaya. Sifilis mempunyai sejarah panjang. Kaum gay dan homoseksual memiliki risiko besar terjangkiti penyakit kulit kelamin ini. Penyakit ini juga dikenal dengan Raja Singa. b. Gejala Gejala-gejala yang timbul jika terkena Penyakit Kulit Kelamin Sifilis ini adalah benjolan-benjolan dan lecet-lecet di kulit sekitar alat kelamin. Timbulnya benjolan sering pula disertai pusing-pusing dan rasa nyeri pada

tulang, mirip seperti gejala flu. Anehnya, gejala-gejala yang timbul ini dapat menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Penyakit Kulit Kelamin Sifilis dapat dikatakan sebagai musuh dalam selimut karena selama jangka waktu 2-3 tahun pertama tidak akan menampakkan gejala mengkhawatirkan. Namun, setelah 5-10, sifilis baru akan memperlihatkan keganasannya dengan menyerang sistem saraf, pembuluh darah, dan jantung. c. Penyebab dan Mekanisme Penularan Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema palladium. Bakteri tersebut dapat pindah dari orang yang telah terinfeksi bakteri ke orang sehat karena hubungan seksual berlainan jenis (heteroseksual) serta hubungan sesama jenis (homoseksual) juga oral seks. Ibu yang mengidap Penyakit Kulit Kelamin sifilis juga dapat menularkan sifilis pada janinnya. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena Penyakit Kulit Kelamin sifilis tidak akan menyebar dari handuk, kloset, dan pegangan pintu yang dipakai penderita sifilis. d. Pencegahan dan Pengobatan Pencegahannya adalah dengan tidak melakukan hubungan seks bebas, apalagi hubungan seks sesama jenis. Bagi para homoseksual, meskipun tidak melakukan hubungan kelamin, oral seks juga berisiko besar untuk menularkan Penyakit Kulit Kelamin ini. Sedangkan untuk pengobatan, dapat menggunakan antibiotic sesuai anjuran dokter. 3. Herpes Genital a. Pengertian Herpes Genitali adalah infeksi akut (STD=sexually transmitted disease), ditandai dengan timbulnya vesikula (vesikel = peninggian kulit berbatas tegas dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapat pecah menimbulkan erosi kayak koreng kecil) pada permukaan mukosa kulit (mukokutaneus), bergerombol di atas dasar kulit yang berwarna kemerahan. Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda.

b. Gejala Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara 3 - 7 hari. Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak tampak, terutama apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan. Pada awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberpa jam sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka. Setelah luka timbul, penderita akan merasakan gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit kepala, kelelahan, serta nyeri otot. Luka yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-gelembung. Kemudian kulit tampak kemerahan dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan ukuran sama besar. Vesikel yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang melebar. Bahkan ada kalanya kelenjar getah bening di sekitarnya membesar dan terasa nyeri bila diraba. Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit bagian luar kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah anus. Sebaliknya, pada wanita gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian labia majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa gejala klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing. Pada orang dewasa, penyakit ini jarang menyebabkan kematian. c. Penyebab dan Mekanisme Penularan Penyakit ini disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (terutama HSV=Herpes Simplex Virus type II). Baik HSV-1 maupun HSV-2 menular melalui kontak kulit, ciuman, hubungan seks dan oral seks. Herpes paling mudah ditularkan pada masa terjadinya luka aktif. Akan tetapi virus juga dapat menyebar selama tidak ada gejala yang tampak, dan ditularkan dari daerah yang kelihatannya tidak aktif. Sebagian besar penularan herpes genitalis ini terjadi melalui kontak seksual. Sulitnya, kadang-kadang penderita tidak sadar bahwa ia sedang kambuh, sehingga dengan melakukan hubungan seks yang tidak terlindungi, ia menularkan virus ini ke pasangannya.

d. Pencegahan dan pengobatan Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak kulit, ciuman, oral sex, atau berhubungan seksual. Untuk penyembuhan, harus dilakukan penanganan serius, karena belum ada vaksin ataupun obat yang efektif. Obat yang diberikan oleh dokter semisal salep atau pun antivirus hanya dapat menyembuhkan luka herpes dan mencegah menyebarnya virus, sehingga herpes dapat sembuh sewaktu-waktu. 4. Genital Wart a. Pengertian Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. b. Gejala Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembap. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.

Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembap, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol). Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat. c. Penyebab dan Mekanisme Penularan Genital Wart disebabkan oleh Virus papilloma. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker

leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan. d. Pencegahan dan pengobatan Kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi (pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal. Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal. Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik. Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan. 5. Hepatitis B a. Pengertian Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. b. Gejala Gejala tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh. c. Penyebab dan Mekanisme Penularan

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zatzat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racunracun lain. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita. d. Pencegahan dan pengobatan Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi, tidak menggunakan barang orang lain, melakukan hubungan seks yang aman dan sehat, Jika terinfeksi hepatitis B jangan mendonorkan darah, membersihkan ceceran darah, dan menjaga kebersihan. Pengobatan dapat dilakukan dengan makan bergizi, istirahat total, pemberian obat penurun panas dan anti mual. Jika, hepatitis B sudah kronis, maka dokter akan memberikan suntikan interferon alfa dan interferon beta. Cara pengobatan lain adalah dengan tablet yang diminum setiap hari, yaitu Lamivudin, Hepsera, Atikavir dan Telbivudin. Waktu pengobatan dengan tablet membutuhkan waktu satu tahun penuh dengan biaya yang lebih murah. Setelah melalui tahapan pengobatan, penderita Hepatitis B tetap harus melakukan cek kesehatan hati mereka setiap 6 bulan secara rutin.

Pengobatan dan pencegahan dapat dilakukan pula dengan mengkonsumsi tanaman-tanaman herbal seperti kunyit, mengkudu, dsb.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kejadian PMS di Indonesia Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing nanah. Dengan semakin majunya peradaban dan ilmu pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru, dan istilah venereal diseases berubah menjadi sexually transmitted diseases atau infeksi menular seksual (IMS). Angka kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) saat ini cenderung meningkat di Indonesia. Penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat terdata hanya sebagian kecil dari jumlah penderita sesungguhnya. Seperti di Medan, penyakit Sipilis meningkat terutama pada kelompok wanita pekerja seksual. Angka kejadian penyakit ini tiap tahun terus meningkat. Peningkatan penyakit ini terbukti sejak 2003 meningkat 15,4 persen. Sedangkan 2004 terus menujukkan peningkatan menjadi 18,9 persen, Sementara 2005 menjadi 22,1 persen. Penyakit menular seksual ini menunjukkan peningkatan setiap tahunnya 3 hingga 4 persen. Pada umumnya kasus terbanyak dialami wanita pekerja seks dengan katagori usia 20 hingga 29 tahun. Di Kota Bandung, dari bulan Mei hingga Agustus 2004 ini, tercatat 120 kunjungan baru (pasien), dan 80 kunjungan ulang. dari jumlah kunjungan tersebut 90% di antaranya positif terinfeksi Data yang cukup signifikan juga ditunjukkan dengan jumlah pasien yang datang umumnya wanita (90%) dan 10% sisanya lakilaki. Dan jumlah pekerja seks sampai 1994/1995 tercatat 71.281. Tidak termasuk yang di luar pagar lokalisasi. Kecenderungan kian meningkatnya penyebaran penyakit kelamin ini akibat perilaku seksual yang berganti-ganti pasangan, berkorelasi pula dengan kecenderungan semakin meningkatnya angka PSK yang tertular IMS, setelah ditutupnya lokalisasi dan sulitnya pemerintah melakukan kontrol karena tidak ada

lagi kewenangan. Dilain pihak hubungan seksual pra nikah dan diluar nikah cukup tinggi, sehingga penularan IMS dari para PSK tersebut akan dengan cepat meningkatkan jumlah penderita. Ada beberapa penyebab meningkatnya jumlah PSK di masyarakat. Kebanyakan akibat faktor ekonomi yang cukup berat dirasakannya sehingga dia harus menanggung kebutuhan hidupnya dengan menjadi wanita penjaja seks yang bisa mendapatkan uang dengan cepat tanpa memikirkan resikonya. Selain itu juga disebabkan faktor seorang wanita telah dikhianati pacarnya akhirnya dia putus asa mecari jalan ke luarnya dengan cara menjadi wanita penjaja seks. Bahkan juga disebabkan gaya hidup yang berlebihan maupun yang kekurangan sehingga seseorang itu terpaksa menjadi wanita penjaja seks untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Selain itu juga penggunaan kondom bagi lelaki hidung belang masih sangat rendah sehingga masih tingginya penyakit menular seksual seiring dengan tingginya jumlah para pelanggan wanita pekerja seks. Dampak PMS sangat luas dan kompleks antara lain dampak medis, sosio ekonomis maupun psikologis. Dampak medis antara lain berupa kematian, timbulnya kanker ganas, kebutaan, janin mati dalam kandungan, cacad bawaan, berat badan bayi lahir rendah, kelainan sistem kardiovaskuler, kelainan susunan saraf pusat, penyakit radang panggul dan kemandulan. PMS juga akan meningkatkan risiko menularkan maupun tertular HIV, sehingga meningkatnya prevalensi IMS akan meningkatkan pula prevalensi infeksi HIV. Kota Bandung dengan penderita HIV/AIDS kumulatif mencapai 351 orang (1991 2004), merupakan kota tertinggi di Jawa Barat (37,5%). Sementara Jawa Barat sendiri merupakan provinsi kedua setelah Papua. Bila demikian, Bandung boleh jadi kota kedua dengan pengidap HIV/AIDS tertinggi di Indonesia. 3.2 Bahaya PMS PMS menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit AIDS yang menelan banyak korban meninggal dunia, dan sampai sekarang pengobatan yang paling manjur masih belum ditemukan. Apalagi komplikasi dari PMS (termasuk AIDS) bisa dibilang banyak dan akibatnya pun cukup fatal. Ada beberapa bahaya PMS, yaitu:

Kebanyakan PMS dapat menyebabkan kita sakit. Pada wanita dapat menyerang saluran indung telur, indung telur, rahim, kandung kencing, leher rahim, vagina, saluran kencing, anus. Pada pria dapat menyerang kandung kencing, vas deferens, prostat, penis, epididymis, testicle, saluran kencing, kantung zakar, seminal vesicle, anus.

Beberapa PMS dapat menyebabkan kemandulan Beberapa PMS dapat menyebabkan keguguran PMS dapat menyebabkan kanker leher rahim Beberapa PMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati PMS dapat menular kepada bayi PMS dapat menyebabkan kita rentan terhadap HIV/AIDS Beberapa PMS ada yang tidak bisa disembuhkan Bisa menyebabkan kematian Kehamilan di luar kandungan Infeksi menyeluruh Nyeri di perut bawah akibat infeksi saluran reproduksi (ISR) bagian dalam atau radang panggul Bayi labir dengan cacat bawaan, lahir terlalu dini, lahir dengan berat badan rendah atau lahir sudah terinfeksi PMS Epididimitis dan prostatitis Striktur uretra PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan

menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Penyakit ini sudah ada sejak zaman Mesir, dimana sebagai ilustrasi, pada tahun 1974 telah ditemukan sebanyak 850.000 kasus PMS/ tahun, dan diantaranya terdapat 1255 kasus Sifilis/ tahun. Beberapa Penyakit Menular Seksual yang sering ditemukan di Indonesia: Disebabkan oleh Bakteri : Gonorrhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vaginosis

Disebabkan oleh Parasit : Scabies, Pedikulosis Pubis

3.3 Risiko Terkena PMS Setiap orang bisa tertular IMS. Orang yang paling berisiko terkena IMS adalah orang yang suka berganti pasangan seksual dan orang yang walaupun setia pada satu pasangan namun pasangan tersebut suka berganti-ganti pasangan seksual. Kebanyakan yang terkena IMS berusia 15 29 tahun, tapi ada pula bayi yang lahir membawa IMS karena tertular dari ibunya. Masih ada stigma di masyarakat bahwa IMS maupun HIV/ AIDS hanya dapat menular bagi orang yang berperilaku menyimpang. Padahal bila kita melihat korban yang sesungguhnya, tak jarang ditemui ibu rumah tangga di keluarga yang mengalami IMS, hanya tertular dari pasangan seksualnya yang terlebih dahulu terjangkit IMS. Menurut WHO Information Fact Sheet No 249 June 2000, dibanding lakilaki perempuan lebih rentan terhadap infeksi menular seksual (IMS) baik secara biologis, kultur dan sosioekonomis. Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang dikandung jika perempuan terinfeksi pada saat hamil (bayi lahir mati, kebutaan). Perempuan cenderung tidak mencari pengobatan, selain karena tidak adanya gejala yang dirasakan, hal ini juga disebabkan karena adanya stigma yang dilekatkan pada perempuan yang menderita IMS dicap nakal dan sering juga karena tidak ada waktu atau uang untuk memeriksakan diri. Dalam PMS yang dimaksud perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang yang mempunyai resiko besar terserang penyakit.

3.4 Cara Penularan Pada saat melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan seseorang yang mengidap PMS terutama seks anal dan seks oral, yang dapat mengakibatkan luka. Kebanyakan PMS didapat dari hubungan seks yang tidak aman. Yang dimaksud dengan seks yang tidak aman, adalah: Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam vagina) Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus)

Hubugan seksual lewat oral atau karaoke (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh alat kelamin wanita)

Perempuan lebih rentan tertular PMS dibandingkan dengan laki-laki karena: Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan sperma. Jika sperma terinfeksi oleh PMS, maka perempuan tsb pun bisa terinfeksi Jika perempuan terinfeksi PMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi Banyak orang khususnya perempuan dan remaja enggan untuk mencari pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita PMS. Cara lain seseorang dapat tertular PMS juga melalui: 1) Darah Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato. 2) Ibu hamil kepada bayinya Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV bisa menular melalui menyusui. 3) Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya terdapat luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk yang lembab yang dipakai oleh orang penderita herpes. 4) Tato dan tindik Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi sumbangan besar dalam penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum suntik yang tidak aman menduduki angka lebih dari 51 % cara penularan HIV/AIDS. Tidak semua PMS dapat disembuhkan. PMS yang disebabkan oleh virus, seperti HIV/AIDS, herpes kelamin dan Hepatitis B adalah contoh PMS yang tidak dapat disembuhkan. HIV/AIDS merupakan yang paling berbahaya. HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang

memiliki peranan paling penting dalam melawan penyakit. Banyak orang meninggal karena AIDS disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh mereka tidak dapat melawan infeksi. Herpes kelamin memiliki gejala yang muncul-hilang dan bisa terasa sangat sakit jika penyakit tsb sedang aktif. Pada herpes, obat-obatan hanya bisa digunakan untuk mengobati gejala saja, tapi virus yang menyebabkan herpes tetap hidup di dalam tubuh selamanya. 3.5 Gejala PMS Terkadang, PMS tidak menunjukkan gejala sama sekali, sehingga kita tidak tahu kalau kita sudah terinfeksi. PMS dapat bersifat asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita. Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahuntahun setelah terinfeksi. Pada wanita, PMS bahkan tidak dapat terdeteksi. Walaupun seseorang tidak menunjukkan gejala-gejala terinfeksi PMS, dan tidak mengetahui bahwa mereka terkena PMS, mereka tetap bisa menulari orang lain. Orang yang terinfeksi HIV biasanya tidak menunjukkan gejala setelah bertahun-tahun terinfeksi. Tidak seorangpun dapat menentukan apakah betul atau tidak seseorang terinfeksi hanya berdasarkan penampilannya saja. Walaupun orang tsb mungkin terlihat sehat, mereka masih bisa menularkan HIV kepada orang lain. Kadang, orang yang sudah terinfeksi HIV tidak sadar bahwa mereka mengidap virus tsb, karena mereka merasa sehat dan bisa tetap aktif. Hanya tes laboratorium yang dapat menunjukkan seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak. 3.6 Mitos Sekitar PMS/IMS 1) Orang yang mengidap IMS bisa terlibat dari penampilan luar 2) IMS bisa dicegah dengan minum alkohol atau membersihkan alat kelamin dengan alkohol 3) Minum obat (atau suntik) antibiotika seperti supertetra, dll. sebelum dan sesudah berhubungan seks dapat mencegah IMS Minum obat sebelum berhubungan seks merupakan cara yang diyakini dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS) baik oleh 21,2% WPS (Wanita Penjaja Seks) langsung, maupun 45,5% WPS tidak langsung dalam sebuah

survey yang dilakukan di suatu kota di Jawa Barat yang dilakukan BPS dengan Departemen Kesehatan. Bahkan 11% responden pria dalam survey tersebut juga berpikir bahwa minum obat dapat melindungi mereka dari kemungkinan tertular IMS yang masuk di antaranya HIV AIDS. Keyakinan ini merupakan suatu yang sangat berbahaya. Antibiotik dan obat-obatan lainnya tidak dapat melindungi diri kita, terutama dari HIV. Meminum obar secara rutin, lanjutnya, dapat dengan mudah membuat obat tersebut menjadi kurang efektip ketika dibutuhkan, sebut saja untuk menyembuhkan infeksi penyakit menular seksual gonorrhea (GO). 4) IMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin (dengan sabun, alkohol, air soda, betadine) 5) IMS bisa diobati dengan melakukan hubungan seks dengan perawan Faktanya: 1) Banyak IMS termasuk HIV tidak tampak dari luar walaupun virusnya sudah ada dalam tubuh dan ditularkan kepada orang lain 2) Minuman alkohol dari segala merek tidak bisa mencegah atau membunuh virus IMS 3) IMS hanya bisa diobati dengan antibiotika yang khusus untuk Jenis tersebut. Penggunaan antibiotika tanpa aturan akan menyebabkan tubuh menjadi kebal terhadap antibiotika dan IMS semakin sulit disembuhkan 4) Tidak ada sabun atau disinfektan yang bisa mencegah IMS. Sebaliknya sering mencuci vagina dengan sabun dan disinfektan akan mengurangi kadar keasaman vagina. Selain itu alat kelamin justru bisa luka. 5) Orang Yang sudah terkena IMS tidak akan sembuh tanpa diobati tanpa antibiotika dan hanya akan menularkan penyakitnya pada pasangannya sekalipun ia perawan 3.7 Pengobatan PMS 1) Jangan melakukan pengobatan sendiri dan jangan sekali-kali minum obat tanpa konsultasi dengan dokter. Minum obat sesuai aturan dan sampai habis, 2) Kembali kontrol bila diminta oleh dokter atau bila belum sembuh setelah pengobatan

3) Kemukakan dengan terus terang apa yang terjadi kepada dokter karena itu mempermudah pengobatan 4) Sebaiknya datang bersama pasangan untuk diperiksa bersama 5) Hindari hubungan seks selama sakit 6) Selalu gunakan kondom untuk cegah penularan

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Penyakit menular seksual tidak hanya menimbulkan bahaya bagi organ seksual, namun juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada organ lainnya, termasuk alat indera dan system syaraf pada manusia. Penyakit tersebut ternyata tidak selalu menular melalui hubungan seksual secara langsung, dan tidak semua penyakit dapat diobati karena pada penyakit tertentu belum ada obat penyembuhnya yang efektif. 4.2 Saran Seiring dengan tersebar luasnya penyakit menular seksual, maka pengetahuan seputar berbagai penyakit menular seksual harus dipelajari dan diketahui oleh berbagai kalangan, khususnya sejak remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Penyakit Menular Seksual. http://somelus.wordpress.com/2008/09/06/penyakitmenular-seksual/. Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai