Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga
secara ora-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin
ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi apat juga pada daerah – daerah ekstra
genital.

Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, tetapi
ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat – alat, handuk,
termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin ini juga dapat menularkan
penyakitnya ini kepada bayi dalam kandungan.

Pada waktu dulu penyakit kelamin di kenal sebagai Veneral Diseases yang berasal dari kata
venus (dewi cinta), dan yang termasuk dalam venereal diseases ini yaitu sifilis, gonore,
ulkus mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale.

Ternyata pada akhir – akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga dapat timbul
akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebakan oleh perbaikan sarana dan
teknik laboratorium dan penemuan beberapa jenis penyaki secara epidemi seperti herpes
genetalis dan hepatitis B.

Oleh karena itu istilah V.D makin lama makin di tinggalkan dan di perkenalkan istilah
Sexually Transmitted Diseases (S.T.D) yang berarti penyakit – penyakit yang dapat di
tularkan melalui hubungan kelamin, dan yang termasuk penyakit ini adalah kelima penyakit
V.D. tersebut di tambah berbagai lain yang tidak masuk V.D istilah S.T.D. ini
diindonesiakan menjadi P.M.S. (Penyakit Menular Seksual), ada pula yang menyebutnya
P.H.S. (penyakit hubungan seksual). Sehubungan P.M.S ini sebagian besar di sebabkan oleh
infeksi, maka kemudian istilah S.T.D telah di ganti menjadi S.T.I (Sexually Transmitted
Infection).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Penyakit Menular Seksual ?


2. Apa Gejala PMS ?
3. Bagaimana Cara penularan PMS ?
4. Apa Bahaya atau Akibat PMS ?
5. Tipe PMS yang umum terjadi ?
6. Bagaimana Pencegahan PMS ?

1
7. Bagaimana Penanganannya ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatanny?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi Penyakit Menular Seksual


2. Untuk mengetahui Gejala PMS
3. Untuk mengetahui Bagaimana Cara penularan PMS
4. Untuk mengetahui Bahaya atau Akibat PMS
5. Untuk mengetahui Tipe PMS yang umum terjadi
6. Untuk mengetahui pencegahan PMS
7. Untuk mengetahui penanganan dari PMS
8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari PMS

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

PMS adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks (oral, anal,
vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui hubungan seks yang
dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat muncul dan menyerang mata,
mulut, saluran pencernaan, hati, otak, serta organ tubuh lainnya, misalnya HIV/AIDS.

Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang. Angka
kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi
tentunya adalah seseorang yang sering “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang tidak
sehat.

Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah
penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak
semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat
kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola,
linfegranuloma venereum, granuloma inguinale.

B. Gejala PMS

a) Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi
peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau
kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
b) Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya
disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga
disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan
seksual.
c) Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat
terasa sakit atau tidak.
d) Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin
e) Kemerahan di sekitar alat kelamin
f) Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar
g) Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan
menstruasi
h) Bercak darah setelah hubungan seksual
i) Anus gatal atau iritasi.
j) Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan.
k) Nyeri di paha atau perut lebih rendah.

3
l) Pendarahan pada vagina .
m) Nyeri atau pembengkakan testis.
n) Pembengkakan atau kemerahan dari vagina.
o) Perubahan pada kulit di sekitar kemaluan
p) Terasa sakit pada daerah pinggul (wanita)

C. Cara Penularan

Penularan PMS pada umumnya adalah melalui hubungan seksual (95 %), sedangkan cara
lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, plasenta (dari ibu kepada anak yang
dikandungannya).

D. Bahaya / akibat PMS

a) Menimbulkan rasa sakit


b) Infertilisasi
c) Abortus
d) Kanker cerviks
e) Merusak penglihatan, hati dan otak
f) Menular pada bayi
g) Rentan terhadap HIV/AIDS
h) Tidak dapat disembuhkan
i) Kematian

E. Penyebab Peningkatan angka kejadian PMS

a) Kontrasepsi, timbul perasaan aman tidak terjadi kehamilan


b) Seks, bebas, norma moral yang menurun
c) Kurangnya pemahaman tentang seksualitas dan PMS
d) Transportasi yang makin lancar, mobilitas tinggi
e) Urbanisasi dan pengangguran
f) Kemiskinan
g) Pengetahuan
h) Pelacuran

4
F. Tipe PMS yang umum terjadi

1. Ulkus Mole (Chancroid)

Disebabkan oleh bakteri Hemophilus ducreyi. Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan


antara lain: Luka lebih dari diameter 2 cm, cekung, pinggirnya tidak teratur, keluar nanah
dan rasa nyeri; Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin. Sering (50%) disertai
pembengkakan kelenjar getah bening dilipat paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila
pecah akan bernanah dan nyeri. Komplikasi yang mungkin terjadi: kematian janin pada
ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV. Tes laboratorium untuk
mendeteksinya dengan pewarnaan Gram dan Biakan agar selama seminggu.

2. Klamidia

Disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis, karena
sebanyak 70% perempuan pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak
memeriksakan diri. Gejala yang ditimbulkan: Cairan vagina encer berwarna putih
kekuningan; Nyeri di rongga panggul; Perdarahan setelah hubungan seksual.

Komplikasi yang mungkin terjadi: Biasanya menyertai gonore; Penyakit radang panggul;
Kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian; Infeksi mata pada bayi baru lahir;
Memudahkan penularan infeksi HIV. Tes laboratorium yang dilakukan untuk mendeteksi
adalah Elisa, Rapid Test dan Giemsa.

3. Trikonomiasis

Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis. Gejala-gejala yang mungkin


ditimbulkan antara lain: Keluar cairan vagina encer berwarna kuning kehijauan, berbusa
dan berbau busuk; Sekitar kemaluan bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman.
Komplikasi yang bisa terjadi : lecet sekitar kemaluan, bayi lahir prematur, memudahkan
penularan infeksi HIV. Tes laboratorium untuk mendeteksi sediaan basah KOH.

4. Skabies (Gudig)

Merupakan penyakit menular yang salah satu bentuk penularannya adalah lewat kontak
seks, selain kontak secara langsung, misalnya pemakaian selimut, handuk dll. Penyakit
ini disebabkan oleh sejenis parasit yang disebut Sarcopfes scbiei, dengan gejala klinik
antara lain:
 Gatal pada malam hari
 Terdapat di sela jari, lipat siku, ketiak, daerah ujung kelamin dll
 Merupakan infeksi di lingkungan keluarga.

5
Tanda pasti dari penyakit ini adalah ditemukannya kutu Sarcoples pada pemeriksaan
secara mikrokopis.

5. Sifilis (Raja Singa).

Sifilis merupakan salah satu jenis PMS yang klasik (karena sudah ada sejak lama) sering
disebut Raja Singa atau Lues. Kuman penyebabnya disebut: Treponema pallidum. Masa
inkubasi: tanpa gejala berlangsung 3–13 minggu, lalu timbul benjolan sekitar alat
kelamin, disertai pusing, nyeri tulang, akan hilang sementara. 6–12 minggu setelah
hubungan seks muncul bercak merah pada tubuh yang dapat hilang sendiri tanpa disadari.
5–10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan
jantung.

Komplikasi pada wanita hamil: dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti
kerusakan kulit, limpa, hati dan keterbelakangan mental. Pemeriksaan: tes laboratorium
untuk mendeteksi RPR (Rapid Plasma Reagent) dan TPHA (Trepanema Palidum
Hemagglutination Assay).

6. Kondiloma Akuminala (Kutil Kelamin)

Sering disebut juga dengan penyakit Jengger Ayam atau Brondong Jagung dan penyakit
ini disebabkan oleh sejenis virus yaitu : Humanus Papilloma Virus (HPV). Penyakit ini
menyerang pada usia 17-33 melalui kontak secara langsung. Gejala klinisnya antara lain:
 Blintil-blintil kecil berkelompok menjadi besar
 Pada laki-laki terdapat di ujung penis
 Pada wanita terdapat di : vagina, Labim mayor, klitoris
 Keluar cairan berwarna putih, cair dan gatal
 Rasa nyeri dan panas pada saat bersenggama

7. Herpes Genital (Hsv-2)

Penyakit Herpes atau dalam bahasa jawanya disebut 'dompo' disebabkan oleh sejenis
virus yang disebut Herpes Virus Simpleks tipe 2, yang mempunyai ciri khas antara lain :
 Terutama mengenai daerah genital
 berpotensi menjadi kanker.
 berkaitan dengan aktifitas seksual seseorang.

6
Gejala klinis Herpes yaitu:

 Gelembung-gelembung kecil berisi cairan, kemudian terkumpul menjadi satu dan


membesar menjadi luka cukup besar di sekitar alat kelamin.
 Penyakit ini bersifat kambuhan, terutama berkaitan dengan fsktor psikis dan
emosional seseorang, contohnya pada saat menstruasi, dll.

8. Gonorrhoe / Kencing Nanah

Gonorrhe atau sering disebut GO (Kencing nanah) termasuk salah satu jenis Penyakit
Menular Seksual (PMS) yang sering di temukan kasusnya di Indonesia. Diperkirakan
terdapat lebih dari 150 juta kasus GO di dunia setiap tahunnya, dan ini membuktikan
bahwa GO merupakan penyakit menular seks yang cukup berbahaya. Kuman
penyebabnya: Neisseria gonnorrhoeae.

Masa inkubasi atau penyebaran kuman: 2–10 hari setelah hubungan seks. Tanda-tanda:
nyeri pada saat kencing, merah, bengkak dan bernanah pada alat kelamin. Keluarnya
cairan/ sekref kanfal seperti nanah dari alat kelamin, biasanya pada pria. Sementara
diagnosa pada wanita sangat sulit. Komplikasi yang timbul: infeksi radang panggunl,
mandul, menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan. Pemeriksaan: pewarnaan
gram dan biakan agar.

9. Aids

AIDS (Acquired Immuno Defisiency Syndrome) merupakan suatau bentuk sindromata


atau kumpulan gejala yang terjadi akibat menurunan kekebalan tubuh serta drastis, dan
virus penyebabnya adalah HIV atau Humanus Immunodeficiency Virus.

Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara darah, semen, sekref vagina, serta cairan-
cairan tubuh yang lain. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan
kelamin. Infeksi oleh HIV memberikan gejala klinik yang tidak spesifik, mulai dari tanpa
gejala pada stadium awal sampai gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.

Saat ini AIDS tergolong jenis PMS yang paling berbahaya, karena:

 mematikan
 belum ada obat atau vaksinasinya
 gejala baru terlihat 5-10 tahun kemudian
 penyebarannya sangat cepat

Penularan AIDS bisa terjadi lewat:

 kontak seksual
 jarum suntik terkontaminasi/jarum suntik bekas pakai

7
 transfusi darah / produk-produk darah
 lewat ibu yang mengandung/menyusui

Penyakit ini mempunyai gejala klinik yang khas yaitu Gejala Mayor dan Gejala Minor.
Yang tergolong gejala mayor antara lain:

 Demam tinggi dan tidak turun-turun selama satu bulan


 Berat badan turun secara drastis semapai lebih dari 10%
 Diare berkepanjangan selama satu bulan terus menerus.

Sedang yang termasuk gejala minor diantaranya:

 Batuk yang menetap lebih dari satu bulan.


 keringat pada malam hari
 badan terasa lemah atau sariawan yang tidak sembuh-sembuh.

Selain itu AIDS juga bisa terjadi karena semakin banyaknya kelompok-kelompok berisiko
tinggi, diantaranya:

 para pencandu obat bius, narkotika; dll


 WTS atau pekerja seks
 kaum homoseksual maupun heteroseksual
 penderita thalasemia.
 sering bergonta ganti pasangan.

Tes HIV (ELISA dua kali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah tes dilakukan.
Setiap orang beresiko tertular HIV-AIDS, baik tua maupun muda, kaya atau miskin,
heteroseksual maupun homoseksual, terkenal maupun tidak terkenal. Resiko tertular HIV
tidak berkaitan dengan siapa kita, tetapi apa yang kita lakukan.

HIV tidak dapat ditularkan kepada orang lain melalui:

 Bersalaman atau berpelukan.


 Makanan/makan dari piring yang pernah digunakan ODHA.
 Batuk atau bersin ODHA.
 Gigitan nyamuk.
 Berenang ditempat berenang yang sama dengan ODHA.
 Mengunjungi ODHA dirumah atau dirumah sakit

8
G. Pencegahan PMS

a. Apabila belum menikah maka tidak melakukan hubungan seksual


b. Apabila sudah menikah maka saling setia dengan pasangan
c. Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko
d. Menggunakan kondom untuk mencegah penularan
e. Menjaga kebersihan alat genetalia

H. Penanganan bagi yang terkena PMS

a. Segera periksa ke dokter atau petugas kesehatan


b. Jangan malu menyampaikan keluhan kepada dokter atau tenaga kesehatan
c. Memenuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan
d. Jangan melakukan hubungan seksual kecuali menggunakan kondom
e. Pasangan sex sebaiknya memeriksakan diri
f. Beritahu tentang akibat PMS yang berbahaya bagi kesehatan diri.

I. Asuhan keperawatan pada PMS

a. Konsep Dasar
 Definisi
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus
dianggap serius.

 Etiologi
Penyakit menular seksual dapat hadir tapi tidak menimbulkan gejala, terutama
pada wanita (misalnya, klamidia, herpes genital atau gonorrhea). Hal ini tidak
menutup kemungkinan bisa terjadi pada beberapa pria. Masalah kesehatan dan
konsekuensi jangka panjang dari PMS cenderung lebih parah bagi wanita dari
pada laki-laki. Beberapa PMS dapat menyebabkan infeksi panggul seperti
penyakit radang panggul (PID), yang dapat menyebabkan abses Tuba ovarium.
Abses pada gilirannya dapat menyebabkan parut pada organ reproduksi, yang
dapat menyebabkan kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim), infertilitas atau
bahkan kematian bagi seorang wanita

 Gejala
1. Rasa sakit atau nyeri saat kencing atau berhubungan seksual.
2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
3. Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin

9
4. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
5. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.
6. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks.
7. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.

 Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual


Diagnosis dan manajemen PMS pada kehamilan dapat menurunkan morbiditas
dan mortalitas maternal maupun janin. Sebagian besar PMS berifat asimptomatik
atau muncul dengan gejala yang tidak spesifik. Tanpa adanya tingkat
kewaspadaan yang tinggi dan ambang batas tes yang rendah, sejumlah besar kasus
PMS dapat terlewatkan, yang pada akhirnya mengarah pada hasil perinatal yang
tidak diinginkan. Oleh karena itu, lewat riwayat PMS yang lengkap dan
melakukan pemeriksaaan skrinning yang sesuai pada pasien yang sedang hamil
pada saat pemeriksaan pranatal yang pertama adalah penting. Penatalaksanaan
PMS pada perempuan hamil dan pascapersalinan dapat berbeda dari tatalaksana
untuk perempuan tidak hamil. Selain itu, pertimbangan khusus berkaitan dengan
potensi penularan untuk beberapa PMS viral perlu dipertimbangkan dalam
menentukan keamanan dari pemberian air susu ibu (ASI).

b. Asuhan keperawatan pada klien dengan Penyakit Menular Seksual (PMS)

1) Pengkajian
 Tampak merah atau tidak diarea gentalia
 Nyeri saat berkemih dan desakan untuk berkemih
 Adanya nanah
 Adanya benjolan
 Demam atau tidak
 Efeknya terhadap diri
 Lamanya sakit yg diderita
 Gatal atau tidak

2) Diagnosa keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
 Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi
 Resiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat
menular dari penyakit.
 Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit

10
3) Intervensi keperawatan
1. Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
Tujuan perawatan : nyeri berkurang atau hilang
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
 Mengenali faktor penyebab
 Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
 Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
 Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol.

Intervensi Keperawatan :

 Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan


onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
presipitasi.
 Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
 Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
 Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
 Kolaborasi dalam pemberikan analgesik sesuai anjuran

2. Diagnosa 2 : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan Kepertawatan : suhu badan klien dalam keadaan normal 36,5 C – 37,5 C
KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
 Suhu dalam rentang normal
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi Keperawatan :

 Monitor vital sign


 Monitor suhu minimal 2 jam
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
 Kompres klien pada lipat paha dan aksila
 Berikan antipiretik bila perlu

11
3. Diagnosa 3 : Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses
inflamasi
Tujuan keperawatan : pola eliminasi tidak terganggu lagi
KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
 Urin akan menjadi kontinens
 Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam
rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri

Intervensi keperawatan :

 Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan


warna dengan tepat.
 Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi saluran
kemih.
 Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
 Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.

4. Diagnosa 4 : Resiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


sifat menular dari penyakit.
Tujuan keperawatan : klien menjadi tahu tentang sifat penularan PMS
KH: dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain

Intervensi keperawatan :

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :

 Bahaya penyakit menular


 Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
 Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat menghindarinya.

5. Diagnosa 5 : Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit.


Tujuan keperawatan : klien tidak merasa harga dirinya rendah dengan penyakit
yang dialaminya.
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan
 Mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai
kembali tingkatan fungsi sebelumnya.
 Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
 Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
 Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol koping.
12
Intervensi keperawatan :

 Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan


 Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari
kehidupan.
 Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan,
penampilan, pekerjaan).
 Bantu klien menerima perasaan positif dan negative
 Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Definisi

Kencing nanah atau gonorrhea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.

B. Etiologi
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea / Gonokok yang
bersifat patogen. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4
spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N.
cattarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.

C. Gejala
 Pada pria
 Nyeri buang air kecil
 Buang air kecil lebih sering
 Adanya tetesan cairan penis
 Pembengkakan atau kemerahan pada lubang pipis di penis
 Pembengkakan atau nyeri di testis
 Sakit tenggorokan yang menerus
 Pada Wanita
 Adanya cairan dari vagina
 Nyeri atau sensasi panas saat buang air kecil
 Sering buang air kecil
 Sakit tenggorokan
 Nyeri pada saat berhubungan seks
 Nyeri tajam di perut bagian bawah
 Demam

D. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui
otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu
(biasanya diberikan doksisiklin).Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah,

14
biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena
(melalui pembuluh darah, infus).
 Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin,
banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin,
dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
 Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan
yang memadai.
 Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan
penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr
untuk wanita.
 Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.

b. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
 Bahaya penyakit menular seksual
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat dihindari.
 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

E. Cotoh kasus asuhan keperawatan pada genore

Kasus:
Tn S seorang Pegawai Negeri yang tinggal di Bandar Lampung, berusia 45 tahun datang
ke RS pada 25 agustus 2017. Pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, urine yang
dikeluarkann sedikit, adanya nanah disaluran kencing dan merasa sangat gatal diarea
getalia. Pasien merasa tidak nyaman disekitar anus dan rectum terdapat cairan. Pasien
juga mengeluh badan nya lemas, nyeri local, demam, nyeri kepala. Saat diperiksa area
sekitar anus tampak merah dan agak kasar. Dari hasil pemeriksaan Tes beta laktamase,
hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila
kuman mengandung enzim beta laktamase. Hasil pemeriksaan TTV yaitu TD 120/90
mmHg, suhu 38o C, dan N 80x/menit.

15
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Tn S
Umur : 45 Thn
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Bandar Lampung
Tanggal Masuk Rs : 25 Agustus 2017

b. Riwayat Penyakit
 Keluhan utama : Nyeri saat berkemih / kencing
 Riwayat penyakit sekarang : gonore / kencing nanah
 Riwayat penyakit dahulu : tidak ada

c. Analisis data:

 DS:
 Mengeluh nyeri saat buang air kecil dan urine yg dikeluarkan
sedikit
 Merasa sangat gatal diarea getalia
 Merasa tidak nyaman sekitar anus dan rectum
 Mengeluh badan nya lemas, nyeri local, demam, dan nyeri kepala
 DO:
 Area sekitar anus tampak merah dan agak kasar
 Tes beta lactase positif.
 TD 120/90 mmHg
 Suhu 38o C
 N 80x/menit
 Urine yg dikeluarkan ± 750 cc / 24 jam

2. Diagonosa keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi


Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
 Mengenali faktor penyebab.
 Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Menggunakan analgetik dan antibiotik sesuai kebutuhan.

16
 Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Diagnosa keperawatan 2: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan Kepertawatan : suhu badan klien dalam keadaan normal 36,5 C – 37,5 C
KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
 Suhu dalam rentang normal
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Diagnosa keperawatan 3 : Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan


proses inflamasi

Tujuan keperawatan : pola eliminasi tidak terganggu lagi


KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
 Urin akan menjadi kontinens
 Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam
rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri.

3. Intervensi keperawatan:
Diagnosa 1 :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
presipitasi.
b. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri.
c. Kontrol faktor- faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan.
d. Ajarkan teknik farmakologik ( misalnya relaksasi, terapi music, distraksi,
terapi aktivitas).
e. Berikan analgesik dan antibiotic sesuai anjuran.
f. Tingkatkan tidur dan istirahat yang cukup.
g. Anjurkan untuk tidak memakai pakaian dalam yang terlalu ketat.
h. Ajurkan untuk menjaga kebersihan area gentalia.

Diagnosa 2 :

a. Monitor vital sign


b. Monitor suhu minimal 2 jam
c. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
d. Kompres hangat pada lipat paha dan aksila
e. Berkolaborasi dalam pemberian obat paracetamol

17
Diagnosa 3:
a. Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat.
b. Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
d. Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
e. Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.

4. Implementasi keperawatan
Diagnosa 1 :
a. Mengkaji secara komprrehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
dan onset,durasi, frekeunsi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
faktor presipitasi.
b. Menggunakan komunikasi teraupetik agar klien dapat mengekspresikan nyeri.
c. Mengontrol faktor-faktor lingkunagn yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan.
d. Mengajarkan teknik farmakologik ( misalnya relaksasi, terapi music, distraksi,
terapi aktivitas)
e. Memberikan analgesik dan antibotik sesuai anjuran.
f. Meningkatkan tidur dan istirahat yang cukup
g. Menganjurkan untuk tidak memakai pakaian dalam yang terlalu ketat.
h. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan area gentalia.
Diagnosa 2 :
a. Memonitor vital sign
b. Memonitor suhu minimal 2 jam
c. Meingkatkan intake cairan dan nutrisi
d. Memberikan kompres hangat klien pada lipat paha dan aksila
e. Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat paracetamol
Diagnosa 3 :
a. Memantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan
warna dengan tepat.
b. Memantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
c. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi saluran
kemih.
d. Menyarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
e. Merujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan

18
5. Evaluasi
a. Nyeri terkontrol
b. Area anus dan rectum tidak merah
c. Gatal berkurang
d. Suhu normal
e. Pasien nyaman
f. Pasien mampu menjaga kebersihan daerah gentalia
g. Frekuensi urine normal

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain saat
berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa tertular
penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes,HIV/Aids,
Trikomoiasis.

Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah
penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak
semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat
kelamin, yang tergolong dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola,
linfegranuloma venereum, granuloma inguinale.

B. Saran

Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas, saya sebagai
penulus mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap penyakit ini, dan
dapat mengetahui dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara mengatasi dan cara
penularanya penyakit menular sseksual. Oleh karena itu,saya sebagai penulis meminta
kritik dan saranya untuk menyempurnakan makalah yang saya buat.

20
Daftar Pustaka

Ambarwati Eni. Dkk, (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika. Yogjakarta

https://kumpulansebuahskrpsi.blogspot.co.id/2014/11/makalah-penyakit-menular-
seksual.html?m=1

www.academia.edu/12404588/MAKALAH_PENYAKIT_MENULAR_SEKS_PMS

https://bagasmardika95.blogspot.co.id/2017/04/askep-penyakit-menular-seksual-
pms.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai