Tinea Kruris
Oleh :
Arfan Gifari 1210313058
Preseptor:
Dr. dr. Qaira Anum, Sp. KK(K), FINSDV, FAADV
2.1 Definisi
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus. Sinonimnya adalah eksema marginatum, Dhobie itch, Jockey itch,
Ringworm of the groin. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan
dapat merupakan penyakit yang berlangung seumur hidup. Lesi kulit dapat
terbatas pada daerah genito krural (lipat paha, genitalia eksterna, sekitar anus dan
dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah).1
2.2 Etiologi
Penyebab dari tinea kruris adalah Trichophyton rubrum dan
Epidermophyton floccosum. Dapat juga disebabkan oleh Trichopyton
mentagrophytes dan Trichopyton verrucosum. Infeksi tinea kruris dapat
disebabkan oleh infeksi langsung (autoinoculation) misalnya karena penderita
sebelumnya menderita tinea manus, tinea pedis, atau tinea unguium. Dapat juga
ditularkan secara tidak langsung, misalnya melalui handuk. 1,3
2.3 Epidemiologi
Banyak terjadi pada daerah tropis dan subtropis, dan ketika musim panas
dimana tingkat kelembapannya cukup tinggi.1 Penyakit ini lebih sering mengenai
laki-laki, terutama pada individu dengan obesitas atau pada individu yang sering
menggunakan pakaian ketat.3 Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada orang
dewasa dibandingkan dengan anak-anak.3
2.4 Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung.1,3
Penularan langsung dapat secara fomite, epitel, rambut yang mengandung jamur
baik dari manusia, binatang, atau tanah.3 Penularan tidak langsung dapat melalui
tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu.3 Agen penyebab juga dapat
ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita.1
Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat
memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa
atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati.1,3 Hifa ini
menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan
menimbulkan reaksi peradangan.1 Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum
korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi
(ringworm).1 Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi
suatu reaksi peradangan menyebabkan penderita merasa gatal atau sedikit panas di
tempat tersebut akibat timbulnya peradangan dan iritasi.1 Faktor risiko infeksi
awal atau kekambuhan adalah memakai pakaian ketat atau basah.1
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit
adalah1:
1. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik,
zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jamur berbeda pula satu
dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian
dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut,
Epidermophython fluccosum paling sering menyerang lipat paha bagian dalam.
2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
3. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada
lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela
jari paling sering terserang penyakit jamur.
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat
insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah
sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik
5. Faktor umur dan jenis kelamin
2.5 Tanda dan Gejala Klinis
Secara subjektif, penderita dengan tinea kruris mengeluh gatal yang
kadang-kadang meningkat waktu berkeringat. Kelainan kulit yang tampak pada
tinea kruris pada lipat paha merupakan lesi berbatas tegas yang bilateral pada lipat
paha kiri dan kanan, dapat bersifat akut atau menahun.1,2,3 Mula-mula sebagai
bercak eritema yang gatal, lama kelamaan meluas secara sentrifugal dan
membentuk bangun setengah bulan dengan batas tegas, yang dapat meliputi
skrotum, pubis, gluteal, bahkan sampai paha, bokong dan perut bawah.1
Tepi lesi aktif (peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah
tengahnya), bentuk polimorf, ditutupi skuama dan kadang-kadang dengan banyak
papul maupun vesikel di sekelilingnya.1,2 Bila penyakit ini menjadi menahun
(kronis), dapat berupa bercak hitam disertai sedikit skuama.3 Erosi dan ekskoriasi,
keluarnya cairan serum maupun darah, biasanya akibat garukan maupun
pengobatan yang diberikan.2 Keluhan sering bertambah sewaktu tidur sehingga
digaruk-garuk dan timbul erosi dan infeksi sekunder.3
Tinea kruris akibat infeksi E. floccosum biasanya menunjukkan gambaran
central crearing dan tebatas di area genitocrural dan bagian medial tungkai atas,
sedangkan bila disebabkan oleh T. Rubrum sering meluas sampai area pubis,
perineum, perianal, bokong, dana rea perut bagian bawah. Area genital jarang
terkena infeksi.6
2.6 Diagnosis
Dari anamnesis, gambaran klinis dan lokalisasinya, tidak sulit untuk
mendiagnosis tinea kruris.1,3 Sebagai penunjang diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan sediaan langsung dari kerokan bagian tepi lesi yang meninggi atau
aktif dengan KOH dan biakan, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan dengan
lampu Wood, yang mengeluarkan sinar ultraviolet dengan gelombang 3650 Ao.
Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20% positif bila memperlihatkan
elemen jamur berupa hifa (dua garis lurus sejajar transparan, bercabang
dua/dikotom dan bersepta) dengan atau tanpa arthrospora (deretan spora di ujung
hifa) yang khas.6
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong
pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur.1 hal
ini akan memberikan informasi tentang sumber infeksi dan pemilihan terapi yang
tepat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media
buatan.3 Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium biakkan
Sabourraud Dextrose Agar (SDA) yang ditambah kroramfenikol sebagai
antibakteri dan sikloheksimid utuk menekan pertumbuhan jamur
kontaminan/saprofit.6 Biakan memberikan hasil lebih cukup lengkap, akan tetapi
lebih sulit dikerjakan, lebih mahal biayanya, hasil diperoleh dalam waktu lebih
lama dan sensitivitasnya kurang (± 60%) bila dibandingkan dengan cara
pemeriksaan sediaan langsung.3
a. Pengobatan topikal1,2
Indikasi: bila lesi tidak luas dan ringan.
- Derivat azol : ketokonazol, mikonazol 2%, klotrimasol 1%, sangat
berguna terhadap kasus-kasus yang diragukan penyebabnya dermatofita
atau candida.
- Alilamin: Natrifin, Terbinafin, butenafin. Dioleskan 1 kali sehari selama
1-2 minggu.
- Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%) dalam
bentuk salep (Salep Whitfield).
- Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep
(salep 2-4, salep 3-10).
Lama pengobatan obat topikal umumnya sampai 1-2 minggu sesudah
klinis sembuh atau hasil pemeriksaan KOH negatif. Hal ini untuk mencegah
kekambuhan oleh karena obat anti jamur umumnya bersifat fungistatik, sehingga
lama pengobatan perlu 3-4 minggu. Untuk obat fungisidal yakni gologan alilamin,
cukup dioleskan selama 1-2 minggu.6
b. Pengobatan sistemik
Obat sistemik diberikan untuk lesi yang luas atau lebih meradang, sering
kambuh dan tidak sembuh dengan obat topikal yang sudah adekuat. Obat sistemik
yang dapat diberikan:6
- Griseofulvin (fungistatik) 500 mg sehari untuk dewasa selama 3
minggu, sedangkan dosis untuk anak-anak adalah 10-25 mg/kgBB
sehari untuk anak antara 15 sampai 25 kg berat badan, sedangkan untuk
anak dengan berat badan lebih dari 25 kg dapat diberikan antara 125/250
mg per hari.
Micronized: 250- atau 500-mg tablets; 125 mg/sendok teh suspension.
Ultramicronized: 165- or 330-mg tablets.
Efek samping yang ditimbulkan diantaranya yaitu sakit kepala, mual,
muntah, fotosensitif (sehingga harus diminum saat malam hari). Kurang
berespon dalam pengobatan terhadap infeksi T. rubrum dan T.
Tonsurans. Harus di konsumsi bersamaan dengan makanan dan
minuman yang mengandung lemak untuk memaksimalkan penyerapan.
Penggunaan pada anak-anak, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
darah lengkap dan fungsi hati terlebih dahulu jika terdapat faktor resiko
hepatitis atau mendapat pengobatan lebih dari 3 bulan.
- Ketokonazol 200 mg sehari untuk dewasa atau 3-6 mg/kgBB sehari
untuk anak-anak lebih dari 2 tahun.
- Terbinavin (fungisidal) 250 mg per hari sampai 2 minggu.
- Itrakonazol (fungistatik) 100 mg per hari sampai 15 hari atau terapi
denyut 200 mg per hari selama 7 hari.
- Antihistamin diberikan untuk mengurangi gatal.
- Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder.1,2
Pada kasus yang resisten terhadap griseofulvin, dapat diberikan
griseofulvin dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama atau bisa
juga dipertimbangkan penggunaan derivat azol seperti itrakonazol, flukonazol dll.
Selain pengobatan kausatif tersebut, penting juga diperhatikan pengobatan
simtomatik untuk menanggulangi rasa gatal, panas, maupun nyeri.2,5
2.9 Pencegahan
Beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada Tinea kruris
dan Tinea corporis harus dihindari atau dihilangkan antara lain : 1,5
a. Temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian dari karet
atau nilon.
b. Pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air misalnya perenang.
c. Kegemukan : selain faktor kelembaban, gesekan yang kronis dan keringat
berlebihan disertai higiene yang kurang, memudahkan timbulnya infeksi.
2.10 Komplikasi
Tinea kruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain.
Pada infeksi jamur yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi
kulit.3
2.11 Prognosis
Prognosis bergantung pada penyebab, disiplin pengobatan, status
imunologis dan sosial budayanya, tetapi pada umumnya baik.1,5
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
No. Rekam Medis : 01.01.01.39
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan : Mahasiswa
Suku : Minang
Alamat : Jalan Jamal Jamil Dalam No. 7 RT.005, RW01,
Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo,
Kota Padang, Sumbar
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Bercak merah disertai sisik putih kasar yang terasa gatal pada daerah
lipat paha kiri, paha kanan dan bokong yang semakin meluas sejak 2 bulan
yang lalu.
c. Riwayat Pengobatan
Riwayat Penyakit yang sama pernah dialami sekitar 3 bulan yang lalu.
Pasien mengeluh timbul bercak-bercak kemerahan yang disertai gatal di
lipat paha kanan dan kiri. Pasien hanya membeli salep di apotik. Pasien
lupa nama obat, frekuensi pemakaian, dan berapa lama digunakan.
Keluhan gatal berkurang, namun bercak kemerahan masih ada.
V. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Kerja : Tinea Kruris
Diagnosis Banding : Dermatitis, Psoriasis
VII. DIAGNOSIS
Tinea Kruris
VIII. TERAPI
- Umum
a. Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat menular melalui kontak
langsung baik dengan manusia ataupun binatang, melalui serpihan
jamur pada handuk dan benda-benda lain.
b. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang
terkena infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir
untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.
c. Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air
hangat untuk mencegah penyebaran jamur tersebut.
d. Bersihkan kulit tiap hari dengan air dan sabun dengan pH netral
untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah
tumbuh.
e. Mengeringkan badan setelah mandi dan setelah berkeringat.
f. Hindari memakai kembali baju yang sudah terkena keringat dan
hanya digantung untuk mengeringkannya.
- Khusus
Sistemik : - Griseofulvin tab 125 mg, 1 x 625 mg tiap malam selama 2
minggu, disarankan diminum bersama susu.
- Cetirizin tab 10 mg, 1 x 10 mg
Topikal : Ketokonazol cream 2% (oleskan tipis dua kali sehari
sesudah mandi, lebihkan olesan sekitar 3 cm dari tepi lesi)
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
Quo ad komestikum : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
RESEP
dr. Arfan Gifari
Praktek Umum
SIP.18052020
Alamat: Jl. Perintis Kemerdekaan No. 46 Padang
Hari Praktek : Senin-Jumat
Jam Praktek : 19.00 – 22.00
No. Telp. 085263379646