Anda di halaman 1dari 32

Askep Autis pada anak dan

remaja

By : Ns. Weni Siatang, S.Kep., M.Kes


Pengertian
• Autisme adalah gangguan perkembangan
pervasif,yang ditandai dengan kelainan
kualitatif dalaminteraksi sosial dalam pola
komunikasi, minat danaktivitas yang terbatas,
stereotipik, berulang.
• Autisme mempengaruhi berbagai
area perkembangan, terlihat pada masa
kehidupan awal,dan menyebabkan disfungsi
yang persisten.
Etiologi
1.Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif
dan kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif
retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor
psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur
serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Jenis-Jenis Autisme
1) Sindrom Asperger
Jenis gangguan ini ditandai dengan defisiensi interaksi
sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas
sehari-hari.Pada sinrom asperger, kemampuan bahasa
tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan
gangguan lain. Anak yang menderita jenis autisme ini
kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat
mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu yang tiba-
tiba anak dengan sinrom asperger ini 6 memiliki
kecerdasaan rata-rata atau diatas rata-rata sehingga
secara akademik mampu dan tidak bermasalah
2) Autistic Disorder Autistic Disorder
disebut sebagai true Autistic atau Chilhood
autism karena sebagian besar berkembang pada
tiga tahun awal usia anak. Pada sebagian besar
kasus anak yang terkena autistic disorder tidak
memiliki kemampuan bicara dan hanya
bergantung pada komunikasi non verbal. Kondisi
ini mengakibatkan anak menarik diri secara
ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan
bersikap acuh tak acuh. Anak tidak emnunjukan
kasih sayang atau kemauan untuk membangun
komunikasi.
3) Pervasif Developmental Disorde Autisme
jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan
tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat
keparahan mulai dari yang ringan sampai
ketidakmampuan yang ekstrim umumnya
didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak.
Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non
verbal efektif terbatas sehingga anak kurang bisa
berkomunikasi.
4) Chilhood Disintegrative Disorder
Gejala gangguan ini muncul ketika seorang anak
berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal,
perkembangan anak nampak normal yang
kemudian terjadi regresi mendadak dalam
komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan
motorik. Anak menjadi kehilangan semuan
keterampilan yang dia peroleh sebelumnya dan
mulai menarik diri dari lingkungan sosial.
5) Reet syndrome Rett syndrome
relatif jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis
sebagai autisme. Sindrom ini mempengaruhi
perempuan dewasa atau anak perempuan yang
ditandai oleh pertumbuhan kepala yang abnormal.
Rett syndrome disebabkan oleh mutasi pada urutan
sebuah gen tunggal. Gejala awal yang teramati
diantaranya kehilangan kontrol 7 otot yang
menyebabkan msalah dalam berjalan dan mengontrol
gerakan mata. Keterampilan motorik terhambat dan
mengganggu setiap gerakan tubuh. Mengarah
keperkembangan stereotip serta gerakan tangan dan
kaki yang berulang.
Tipe-Tipe Autisme
1) Gangguan autis (disebut juga autis klasik).
Gangguan ini adalah apa yang banyak orang
pikirkan ketika mendengar kata autis. Orang
dengan autis biasanya mempunyai hambatan
berbicara yang signifikan, sosial, dan komunikasi,
serta perilaku dan ketertarikan yang tidak biasa.
Banyak orang dengan gangguan autis
mempunyai. ketidakmampuan secara
intelektual. Sindrom asperger. Orang dengan.
2)Sindrom asperger biasanya mempunyai
beberapa gejala yang lebih ringan dari
gangguan autis. Mereka tidak mempunyai
masalah dengan bahasa dan cenderung
memiliki kemampuan intelektual yang baik.
Mereka mungkin mempunyai masalah sosial
dan perilaku, serta ketertarikan yang tidak
biasa.
3)Gangguan pervasif tidak ditentukan (PDD-
NOS, disebut juga autis tidak khas).
Gangguan- gangguan pada anak autisme

1) Gangguan dalam berkomunikasi verbal


maupun non verbal
Gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun
non verbal meliputi kemampuan berbahasa dan
keterlambatan, atau samasekali tidak dapat
berbicara
2) Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi
gangguan menolak atau menghindar untuk
bertatap muka.
3) Gangguan dalam bermain
Gangguan dalam bermain di antaranya ialah
bermain sangat monoton dan aneh, misalnya
mengamati terus menerus dalamjangka waktu
yang lama sebuah botol minyak
4) Perilaku yang ritualistic
Perilaku yang ritualistic sering terjadi sulit
mengubah rutinitas sehari- hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu,
bila berpergian harus melalui rute yang sama
5) Hiperaktif Anak dapat terlihat hiperaktif
misalnya mengulang suatu gerakan tertentu
(menggerakkan tangannya seperti burung
terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri,
seperti 9 memukul kepala atau membenturkan
kepala di dinding (walaupun tidak semua anak
autisseperti itu)
6) Gangguan perasaan dan emosi
Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat ketika
ia tertawa-tawa sendiri, menangis, atau marah
tanpa sebab yang nyata. Sering mengamuk tak
terkendali, terutama bila tidak mendapatkan
sesuatu yang diinginkan.
7) Gangguan dalam persepsi sensoris
Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi
perasaan sensitive terhadap cahaya, pendengaran,
sentuhan, penciuman dan rasa (lidah), dari mulai
ringan sampai berat, menggigit, menjilat, atau
mencium mainan atau benda apa saja.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
• Tidak suka dipegang
• Rutinitas yang berulang
• Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
• Terpaku pada benda mati
• Sulit berbahasa dan berbicara
• 50% diantaranya mengalami retardasi mental
• Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan
orang lain
• Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain
• Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan oranglain
• Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau gerakkan-
gerakkan mimik orang lain
• Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan
stuktur gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan, ketidakmampun untuk menamai
benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak
adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap mutilasi diri berhubungan dengan:
1. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari rasa percaya
terhadap rasa tidak percaya
2. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
3. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons
terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu,
fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberkulosa sclerosis, anoksia
selama kelahiran dan sindroma fragilis X
4. Deprivasi ibu.
5. Stimulasi sensosrik yang tidak sesuai
6. Sejarah perilaku-perilaku mutilatif/melukai diri sebagai respons
terhadapansietas yang meningkat
7. Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau reaksi-reaksi yang
histeris terhadap perubahan-perubahan pada lingkungan
Lanjutan . . . . .
2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan
dengan:
1. Gangguan konsep diri
2. Tidak adanya orang terdekat
3. Tugas perkembangan tidak terselsaikan dari
percaya versus tidak percaya
3. Gangguan identitas diri/pribadi berhubungan
dengan:
1. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari
perkembangan
2. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa
percaya versus rasa tidak percaya
3. Deprivasi ibu
4. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai
Lanjutan . . . .
4. Gangguan Indentitas Pribadi
INTERVESI
1. Resiko terhadap mutilasi diri
Tujuan : Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-
perilaku alternative (missalnya memulai interaksi
antara diri dengan perawat) sebagai respons terhadap
kecemasan dengan criteria hasil:
a. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak
merasa tidak memerlukan perilaku-perilaku
mutilatif diri
b. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat
apabila merasa cemas
• INTERVENSI Dx. 1
1. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman,
lingkungan yang kondusif untuk mencegah perilaku
merusak diri
2. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif
sebagai respon terhadap kecemasan
3. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma
saat anak memukul-mukulkepala, sarung tangan untuk
mencegah menarik –narik rambut, pemberian bantalyang
sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat
gerakan-gerakan histeris
Lanjutan . . . . .
4. Untuk membentuk kepercayaan satu anak
dirawat oleh satu perawat
5. Tawarkan pada anak untuk menemani selama
waktu - waktu meningkatnya kecemasan agar
tidak terjadi mutilasi
Lanjutan . . . . .
Dx 2. Kerusakan interaksi social
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada
seorang pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap
responsive pada wajah dan kontak mata dalam waktu yang
ditentukan dengan criteria hasil :
a. Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
b. Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada
wajah dan perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam
berinteraksi dengan orang lain
c. Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang
lain
Lanjutan . . . . .
INTERVENSI Dx. 2
1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk
meningkatkan kepercayaan
2. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya : mainan
kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa aman dalam
waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress.
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan,dan
kebersediaan ketika anak berusaha untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan
pembentukan dan mempertahankan hubungan saling
percaya
Lanjutan . . . . .
4.Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan
memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan
penguatan yang positif pada kontak mata,
perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan
sentuhan, senyuman, dan pelukan
5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada
pasien yang berusaha keras untuk
membentuk hubungan dengan orang lain di
lingkungannya
Lanjutan . . . . .
Dx 3. Kerusakan komunikasi verbal
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang
pemberi perawatan ditandai dengan sikap
responsive dan kontak mata dalam waktu yang
telah ditentukan dengan kriteria hasil:
a. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang
dimengerti oleh orang lain
b. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan
pengungkapan verbal
c. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal
dengan orang lain
Lanjutan . . . . .
INTERVENSI Dx. 3
1. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami
tindakan-tindakan dan komunikasi anak.
2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan- kebutuhan anak sampai
kepuasan polakomunikasi terbentuk.
3. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk
menguraikan kode pola komunikasi (misalnya :” Apakah
anda bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?”)
4. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk
menyampaikan ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar
dengan menggunakan contoh
Dx 4. Gangguan Indentitas Pribadi
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri
sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan
dalam waktu yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi
diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil:
a. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari
tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
b. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri
dari lingkungannya dengan menghentikan ekolalia
(mengulangi kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia
(meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)
Lanjutan . . . . .
INTERVENSI Dx. 4
1. Fungsi pada hubungan satu - satu dengan anak
2. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah
selama kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti
berpakaian dan makan
3. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-
bagian tubuhnya
4. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap,
menggunakan sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-
perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-hati
dengans entuhan sampai kepercayaan anak telah terbentuk
Lanjutan . . . . .
5. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari
bagian-bagian dari batas-batas tubuhdengan
menggunakan cermin dan lukisan serta
gambar-gambar dari anak
6
OK

Anda mungkin juga menyukai