Pengertian • Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif,yang ditandai dengan kelainan kualitatif dalaminteraksi sosial dalam pola komunikasi, minat danaktivitas yang terbatas, stereotipik, berulang. • Autisme mempengaruhi berbagai area perkembangan, terlihat pada masa kehidupan awal,dan menyebabkan disfungsi yang persisten. Etiologi 1.Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara). 2. Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah pecah atau fragil). 3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti). 4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan. 5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi. 6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak Jenis-Jenis Autisme 1) Sindrom Asperger Jenis gangguan ini ditandai dengan defisiensi interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-hari.Pada sinrom asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis autisme ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu yang tiba- tiba anak dengan sinrom asperger ini 6 memiliki kecerdasaan rata-rata atau diatas rata-rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah 2) Autistic Disorder Autistic Disorder disebut sebagai true Autistic atau Chilhood autism karena sebagian besar berkembang pada tiga tahun awal usia anak. Pada sebagian besar kasus anak yang terkena autistic disorder tidak memiliki kemampuan bicara dan hanya bergantung pada komunikasi non verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan bersikap acuh tak acuh. Anak tidak emnunjukan kasih sayang atau kemauan untuk membangun komunikasi. 3) Pervasif Developmental Disorde Autisme jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim umumnya didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak. Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga anak kurang bisa berkomunikasi. 4) Chilhood Disintegrative Disorder Gejala gangguan ini muncul ketika seorang anak berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal, perkembangan anak nampak normal yang kemudian terjadi regresi mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik. Anak menjadi kehilangan semuan keterampilan yang dia peroleh sebelumnya dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial. 5) Reet syndrome Rett syndrome relatif jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa atau anak perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang abnormal. Rett syndrome disebabkan oleh mutasi pada urutan sebuah gen tunggal. Gejala awal yang teramati diantaranya kehilangan kontrol 7 otot yang menyebabkan msalah dalam berjalan dan mengontrol gerakan mata. Keterampilan motorik terhambat dan mengganggu setiap gerakan tubuh. Mengarah keperkembangan stereotip serta gerakan tangan dan kaki yang berulang. Tipe-Tipe Autisme 1) Gangguan autis (disebut juga autis klasik). Gangguan ini adalah apa yang banyak orang pikirkan ketika mendengar kata autis. Orang dengan autis biasanya mempunyai hambatan berbicara yang signifikan, sosial, dan komunikasi, serta perilaku dan ketertarikan yang tidak biasa. Banyak orang dengan gangguan autis mempunyai. ketidakmampuan secara intelektual. Sindrom asperger. Orang dengan. 2)Sindrom asperger biasanya mempunyai beberapa gejala yang lebih ringan dari gangguan autis. Mereka tidak mempunyai masalah dengan bahasa dan cenderung memiliki kemampuan intelektual yang baik. Mereka mungkin mempunyai masalah sosial dan perilaku, serta ketertarikan yang tidak biasa. 3)Gangguan pervasif tidak ditentukan (PDD- NOS, disebut juga autis tidak khas). Gangguan- gangguan pada anak autisme
1) Gangguan dalam berkomunikasi verbal
maupun non verbal Gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal meliputi kemampuan berbahasa dan keterlambatan, atau samasekali tidak dapat berbicara 2) Gangguan dalam bidang interaksi sosial Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. 3) Gangguan dalam bermain Gangguan dalam bermain di antaranya ialah bermain sangat monoton dan aneh, misalnya mengamati terus menerus dalamjangka waktu yang lama sebuah botol minyak 4) Perilaku yang ritualistic Perilaku yang ritualistic sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari- hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila berpergian harus melalui rute yang sama 5) Hiperaktif Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri, seperti 9 memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding (walaupun tidak semua anak autisseperti itu) 6) Gangguan perasaan dan emosi Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat ketika ia tertawa-tawa sendiri, menangis, atau marah tanpa sebab yang nyata. Sering mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. 7) Gangguan dalam persepsi sensoris Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan sensitive terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah), dari mulai ringan sampai berat, menggigit, menjilat, atau mencium mainan atau benda apa saja. PENGKAJIAN KEPERAWATAN • Tidak suka dipegang • Rutinitas yang berulang • Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan • Terpaku pada benda mati • Sulit berbahasa dan berbicara • 50% diantaranya mengalami retardasi mental • Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang lain • Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain • Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan oranglain • Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau gerakkan- gerakkan mimik orang lain • Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Risiko tinggi terhadap mutilasi diri berhubungan dengan: 1. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari rasa percaya terhadap rasa tidak percaya 2. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan 3. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu, fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberkulosa sclerosis, anoksia selama kelahiran dan sindroma fragilis X 4. Deprivasi ibu. 5. Stimulasi sensosrik yang tidak sesuai 6. Sejarah perilaku-perilaku mutilatif/melukai diri sebagai respons terhadapansietas yang meningkat 7. Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau reaksi-reaksi yang histeris terhadap perubahan-perubahan pada lingkungan Lanjutan . . . . . 2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan: 1. Gangguan konsep diri 2. Tidak adanya orang terdekat 3. Tugas perkembangan tidak terselsaikan dari percaya versus tidak percaya 3. Gangguan identitas diri/pribadi berhubungan dengan: 1. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan 2. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa percaya versus rasa tidak percaya 3. Deprivasi ibu 4. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai Lanjutan . . . . 4. Gangguan Indentitas Pribadi INTERVESI 1. Resiko terhadap mutilasi diri Tujuan : Pasien akan mendemonstrasikan perilaku- perilaku alternative (missalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons terhadap kecemasan dengan criteria hasil: a. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri b. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa cemas • INTERVENSI Dx. 1 1. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri 2. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai respon terhadap kecemasan 3. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-mukulkepala, sarung tangan untuk mencegah menarik –narik rambut, pemberian bantalyang sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris Lanjutan . . . . . 4. Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat 5. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu meningkatnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi Lanjutan . . . . . Dx 2. Kerusakan interaksi social Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil : a. Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain b. Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain c. Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain Lanjutan . . . . . INTERVENSI Dx. 2 1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan kepercayaan 2. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya : mainan kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress. 3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan,dan kebersediaan ketika anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling percaya Lanjutan . . . . . 4.Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman, dan pelukan 5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain di lingkungannya Lanjutan . . . . . Dx 3. Kerusakan komunikasi verbal Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah ditentukan dengan kriteria hasil: a. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain b. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal c. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain Lanjutan . . . . . INTERVENSI Dx. 3 1. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi anak. 2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan- kebutuhan anak sampai kepuasan polakomunikasi terbentuk. 3. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk menguraikan kode pola komunikasi (misalnya :” Apakah anda bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?”) 4. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan contoh Dx 4. Gangguan Indentitas Pribadi Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil: a. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain b. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya) Lanjutan . . . . . INTERVENSI Dx. 4 1. Fungsi pada hubungan satu - satu dengan anak 2. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan 3. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian- bagian tubuhnya 4. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan untuk menjelaskan perbedaan- perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai kepercayaan anak telah terbentuk Lanjutan . . . . . 5. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-batas tubuhdengan menggunakan cermin dan lukisan serta gambar-gambar dari anak 6 OK
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita