Anda di halaman 1dari 3

Gizi anak autis harus diperhatikan oleh orang tua agar anak mendapatkan nutrisi yang tepat dan

seimbang untuk menunjang kegiatan dan penyembuhan diri secara alami melalui makanan sehat
dan cocok yang dikonsumsinya. Selain itu, menjaga kesehatan sistem pencernaan juga sangat
penting dan ini dapat menjadi salah satu fokus yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam
memberikan gizi yang tepat untuk anak autis.Diet Sehat Untuk Anak Autis
Salah satu diet yang perlu dilakukan oleh anak autis untuk memperbaiki sistem pencernaannya
adalah diet gluten dan casein. Hal ini berkaitan dengan sistem pencernaan yang dimiliki oleh
anak autis. Dengan sistem pencernaan yang sehat, maka daya tahan tubuh anak autis pun dapat
optimal dan ini dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pencernaan juga bertanggungjawab pada proses masuk dan keluarnya makanan dan diharapkan
dapat berfungsi dengan baik. Dalam memberi gizi anak autis, orangtua juga perlu
memperhatikan beberapa macam gangguan sistem pencernaan anak autis agar makanan yang
dikonsumsi tidak memperparah keadaan sistem pencernaannya. Misalnya adalah gangguan
hiperpermeabilitas usus, malabsorbsi, enterocolitis atau peradangan usus serta ganggugan
detoksifikasi.

Jika anda diberi makanan yang tidak cocok, maka gangguan tersebut dapat menghambat kerja
alat pencernaan dan pada gilirannya dapat membuat anak menjadi kekurangan gizi. Selain itu,
anak autis cenderung menyukai satu jenis makanan saja dan enggan mengkonsumsi sayur dan
buah. Untuk itu, penggantian pola makan pada anak autis sangat memerlukan kegigihan dan
ketekunan yang luar biasa besar dan harus dijalankan secara konsisten.

Menu Yang Cocok Untuk Anak Autis


Untuk dapat memenuhi diet gluten dan casein, hindarilah makanan dari tepung terigu dalam
bentuk mie dan anda dapat menggantinya dengan tepung beras, misalnya bihun, spageti dari
beras, jagung dan kwetiau beras.

Selain itu, hindari juga biskuit yang dibuat dari bahan susu, terigu, dan zat adiktif dan
menggantinya dengan tepung beras. Menu selanjutnya yang dapat dipilih adalah makanan yang
berbahan susu soya, makanan dari singkong, ubi atau kentang, dan hindari makan roti dan dari
susu sapi.

Selanjutnya, hindari juga makanan yang banyak mengandung gula seperti permen, soft drink,
dan sirup. Dan untuk menggantinya, anda dapat memakai gulai merah atau pengganti gula.
Dalam urusan buah, hindari juga buah apel, anggur, melon, stroberi, tomat, dan jeruk. Anda
dapat memilih buah nanas, sirsak, kiwi, dan pepaya untuk mendukung gizi anak autis.
Penatalaksanaan anak autis

Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh adanya gangguan kemampuan bersosialisasi,
bertingkah laku dan berbicara, sering disebut dengan Autistic Spec-trum Disorder (ASD).

Berikut 3 ciri atau tanda umum dari anak yang mengidap autisme:

1. Gangguan komunikasi yang lemah, dimana anak tidak bisa berbicara/memiliki


keterlambatan  bicara pada usia yang seharusnya.
2. Gangguan interaksi sosial, dimana anak sulit diajak komunikasi atau bertatap muka, tidak
mampu berempati, dan memiliki gangguan perilaku.
3. Aktivitas dan ketertarikannya sangat terbatas, diulang-ulang dan suka memukul diri
sendiri atau suka memutar tubuhnya yang dilakukan berulang kali (hyperaktif).

Autisme merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial dan
afek, komunikasi verbal atau bahasa non verbal, imajinasi, fleksibilitas, kognisi dan atensi.

Autisme disebabkan adanya abnormalitas kromosom terutama pada fragile X. Hal ini bisa
disebabkan karena berbagai hal, diantaranya kondisi fisik ibu saat hamil dan melahirkan seperti
Rubella, Sifilis, Fenilketonurea, Tuberus Sklerosis. Kemudian adanya faktor Pre Natal seperti
infeksi Cytomegalovirus dan Rubella. Untuk faktor Pasca Natal karena adanya Infatil Spasm,
epilepsy Mioklonik, Meningitis, dan Ensefalitis.

Terkait kejadian si anak kecil yang lantas lebih interaktif setelah makan roti, bisa jadi karena
alergi. Tidak semua anak autisme mengalami masalah pencernaan. Ada bebebrapa hal yang
memang alergi terhadap beberapa  bahan makan tertentu, hal ini tentu dihubungkan dengan
faktor penyebab dari autisme itu sendiri. Bila anak autisme tersebut alergi terhadap Glutein
contohnya karbohidrat murni seperti dalam terigu, sehingga makanan yang terbuat dari terigu
harus dihindari, contohnya roti, biskuit, mie. Untuk itu, uji tes alergi sangat diperlukan.

Memiliki anak, keluarga atau teman yang memiliki anak autis tentu mendatangkan keprihatinan
tersendiri. Karena anak autis ini biasanya memiliki kekhasan yang berbeda dengan anak-anak
lainnya.

Ada beberapa permasalahan yang sering terjadi pada anak autis :

Pertama, keluhan dalam bidang komunikasi, dapat berupa perkembangan bahasa terlambat,
tidak berespon saat dipanggil namanya, serta ketidakmampuan dalam menyatakan apa yang
dikehendaki.

Kedua, keluhan dalam bidang sosial, seperti anak tidak mampu senyum sosial, seolah berada
dalam dunianya sendiri, tidak tertarik pada anak lain, memilih bermain sendiri, serta kontak mata
yang buruk.

Ketiga, keluhan masalah perilaku, seperti suka mengamuk (tantrum), tidak tahu memainkan
permainan, jalan jinjit, sangat peka atau tertarik pada tekstur atau bunyi tertentu, sangat tertarik
pada mainan tertentu, hiperaktif, tidak kooperatif, suka membariskan mainan atau barang, dan
pola gerakannya ganjil.

Tapi sebaiknya keluarga yang memiliki anak autis, tak perlu berkecil hati. Selain penerimaan
positif terhadap diri sendiri dan terutama pada anak tersebut, ada terapi yang bisa dilakukan.
Terapi pada anak auitsme membutuhkan identifikasi dini, intervensi edukasi yang intensif,
lingkungan yang terstruktur, staf yang terlatih dan orang tua yang aktif.

Ada beberapa terapi yang diberikan untuk anak autis, antara lain :

 Farmakotherapi, diberikan utnuk mengurangi gejala-gejala


 Terapi wicara untuk mengatasi gangguan dalam berkomunikasi
 Sensor integrasi untuk melatih koordinasi motorik yang terganggu, dan lain sebagainya.

Di beberapa rumah-rumah sakit di Indonesia sudah ada program-program penatalaksanaan


autisme, yaitu program : Screening awal yang lengkap untuk menegakkan diagnosis autisme,
pemberian farmakotherapi untuk mengatasi gejala yang menyertai, terapi Wicara, Sensor
Integrasi, Snozelen Therapi, Konsultasi Edukasi orang tua, dan Konsultasi gizi dengan tenaga-
tenaga terlatih dan profesional.

Anda mungkin juga menyukai