Anda di halaman 1dari 4

A.

Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
b. Mempercepat penyembuhan
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti
sebelum operasi.
d. Mempertahankan konsep diri pasien
e. Mempersiapkan pasien pulang

Perawatan pasca pembedahan


1. Tindakan keperawatan post operasi
a. Monitor kesadaran, tanda – tanda vital, CVP, intake dan out put
b. Observasi dan catat sifat drain (warna, jumlah) drainage.
c. Dalam mengatur dan menggerakkan posisi pasien harus hati – hati
jangan sampai drain tercabut.
d. Perawatan luka operasi secara steril
2. Makanan
Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan
makanan sesudah pembedahan, makanan yang dianjurkan pada pasien
post operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein
sangat diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan vitamin
C yang mengandung antioksidan membantu meningkatkan daya tahan
tubuh untuk pencegahan infeksi.
Pembatasan diit yang dilakukan adalah NPO (nothing peroral) Biasanya makanan
baru diberikan jika:
a. Perut tidak kembung
b. Peristaltik usus normal
c. Flatus positif
d. Bowel movement positif
3. Mobilisasi
Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya
stabil. Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan
perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani
pembedahan abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini
4. P e m e n u h a n k e b u t u h a n e l i m i n a s i
a. Sistem Perkemihan
1) Control volunteer fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post
anesthesia inhalasi, IV, spinal Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi
→ retensio urine.
2) Pencegahan : inpeksi, palpasi, perkusi → abdomen bawah (distensi buli –
buli)
3) Dower catheter → kaji warna, jumlah urine, out put urine <30 ml/jam →
komplikasi ginjal
b. System Gastrointestinal
1) Mual muntah → 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat
menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada
bedah kepala dan leher serta TIO meningkat
2) Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus
3) Kaji paralitik ileus → suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus
4) Jumlah warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam
5) Insersi NGT intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan
decompresi dan drainase lambung
6) Meningkatkan istirahat.
7) Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
8) Memonitor perdarahan.
9) Mencegah obstruksi usus.
10) Irigasi atau pemberian obat.
Terapi Diet Pasca Bedah

diet pasca bedah yaitu untuk mengupayakan status gizi pasien segera kembali
normal, mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
pasien, dengan cara sebagai berikut (Almatsier, 2010):

a. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)

b. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

c. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Ada pun syarat diet pasca bedah adalah memberikan makanan secara bertahap
(cair-saring-lunak-biasa). Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada
macam pembedahan dan keadaan pasien. Terdapat 3 jenis diet dengan indikasi
pemberian sebagai berikut (Almatsier, 2010):

a. Diet pasca bedah I

Diet ini diberian kepada semua pasien pasca bedah baik bedah kecil (setelah
sadar atau rasa mual hilang) maupun bedah besar (setelah rasa sadar atau mual hilang
serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja). Selama 6 jam sesudah pembedahan,
makanan yang diberikan berupa air putih, teh manis, air kacang, hijau, sirup, air jeruk
manis dan air kaldu jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu yang sesingkat
mungkin, karena kandungan semua zat gizinya rendah. Makanan diberikan secara
bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien, mulai dari 30 ml/jam.

b. Diet pasca bedah II

Diberikan pada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai
perpindahan dari diet pasca bedah I. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental,
berupa sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak
tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Diet ini
diberikan dalam jangka waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya sangat kurang.

c. Diet pasca bedah III

Diberikan pada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai
perpindahan dari diet pasca bedah II. Makanan yang diberikan berupa makanan
saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2.000 ml sehari.

d. Diet pasca bedah IV


Diet ini diberikan pada pasien pasca bedah kecil yang telah mampu menerima
diet pascabedah I dan pasien pasca bedah besar yang telah mampu menerima diet
pasca bedah II. Makanan yang diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3
kali makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Carpenito, Lynda J RN.1999. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Ed 3. Jakarta :
Media Aesculappius.

Anda mungkin juga menyukai