Anda di halaman 1dari 22

WASPADA OBESITAS ANAK!!

DOKTER MUDA KEDOKTERAN UMUM UNISSULA

Apa komentar Anda dengan kedua anak ini? Lucu? Menggemaskan?

Dulu obesitas dianggap sehat, lucu menggemaskan, lambang kemakmuran Saat ini obesitas ditakutkan. Anak mengalami gangguan sosialisasi, penurunan kemampuan belajar, hingga berisiko mengalami komplikasi jantung dan pembuluh darah

Masih berpikir anak obesitas itu lucu dan menggemaskan?

Obesitas = Kegemukan
Berat badan tidak proporsional dengan tinggi badan Jaringan lemak (jaringan adiposa) di dalam tubuh berlebih

Apa Penyebabnya??
Salah satu penyebab obesitas adalah faktor keturunan. Terutama jika orang tua mengidap penyakit diabetes, maka anak-anaknya berisiko untuk mengalami obesitas pada usia muda. Tapi, bukan berarti jika Ibu dan pasangan bebas diabetes maka si Kecil juga tak bisa mengalami obesitas lho. Ternyata, faktor utama penyebab obesitas pada anak adalah kebiasaan hidup sehari-hari, seperti pola makan, aktivitas fisik, dan pola istirahat yang diterapkan pada si Kecil. makanan yang memiliki kadar karbohidrat dan lemak yang tinggi, seperti: Permen dan coklat. Minuman yang mengandung banyak gula. Makanan cepat saji (junk food). Kue-kue yang mengandung banyak gula dan coklat. Keju dan kacang-kacangan, dll. Tentu saja, bukan berarti si Kecil sama sekali tidak boleh mengonsumsi makanan-makanan tersebut. Selama porsi dan frekuensinya tidak berlebihan, Ibu tetap boleh kok memberikannya pada si kecil.

Tandanya?
Muka bulat Jari-jari runcing Perut gendut Sekitar paha sering lecet akibat bergesekan saat berjalan Mendengkur saat tidur Pada anak laki-laki, penisnya terbenam karena tertekan oleh lemak di sekitarnya Pundaknya ada lipatan-lipatan

Bagaimana diagnosa Obesitas Anak?


Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), obesitas merupakan keadaan indeks massa tubuh (IMT) anak yang berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai usia dan jenis kelaminnya. Bagi anak yang mengalami obesitas, diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk deteksi dini sindrom metabolik. Sindrom metabolik adalah kumpulan faktor risiko atau ketidaknormalan yang berhubungan erat dengan resistensi insulin (gangguan kerja insulin) sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan diabetes melitus.

Cara mengukurnya?
Dengan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT= Berat badan (kg) Tinggi badan 2 (m2)

Contoh :

Anak laki-laki, usia 9 tahun

BB = 45 kg TB = 135 cm
IMT = 45/1,352 = 24,72 kg/m2

Grafik Indeks Massa Tubuh


Untuk anak 1-20 tahun

Warna hijau: Underweight Warna kuning: Normal Warna merah: Beresiko tinggi overweight Warna biru: OVERWEIGHT

Pengobatan
Pola makan sehat. Kurangi makanan manis yang kurang mengandung gizi, seperti makanan ringan dalam kemasan dan minuman karbonasi. Kegiatan fisik. Kurangi kegiatan santai anak paling tidak dua jam setiap hari, untuk melakukan kegiatan fisik. Lakukan kegiatan berupa permainan yang membutuhkan kegiatan fisik, daripada mengajak mereka berolahraga yang membosankan bagi mereka. Konsumsi obat. Dokter mungkin memberikan resep untuk menurunkan berat badan anak yang berlebihan.

Pencegahan
Perhatikan makanan yang akan diberikan untuk anak Berikan sarapan dan bekal untuk anak Perbaiki teknik mengolah makanan Tetapkan aturan makan Batasi kegiatan menonton, komputer atau video games Berikan anak kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik

dampaknya?

Penyakit-penyakit yang dulu dianggap sebagai penyakit usia lanjut dan dewasa, kini dapat dialami oleh anak akibat obesitas, seperti diabetes, darah tinggi (hipertensi) atau penyakit jantung. Selain itu, gangguan pernapasan atau asma berisiko lebih besar dialami anak yang mengalami obesitas. Anak-anak dengan kelebihan berat badan

atau obesitas juga dapat mengalami kesulitan bergerak dan


terganggu pertumbuhannya. Belum lagi efek psikologis yang dialami anak, misalnya ejekan dari teman-teman sekelas pada anak-anak yang telah bersekolah.

Bisa dicegah kok!


Pola makan seimbang memang menjadi kunci penting bagi kesehatan si Kecil. Dengan makan teratur dan bernutrisi lengkap, balita Ibu akan memiliki tubuh ideal yang mendukung tumbuh kembangnya. Seperti apa sih pola makan seimbang bagi balita? Tips berikut ini mungkin dapat menjadi panduan Ibu:
Ukuran porsi makan sekitar dari porsi makan orang dewasa. Biasakan minum jus yang terbuat dari 100% buah asli tidak lebih dari 180 ml per hari. Selalu berikan sayuran dan buah-buahan yang kaya serat. Biasakan membeli makanan selingan dalam ukuran sekali makan (roti gandum). Jika harus membeli dalam ukuran besar, sajikan pada si Kecil dalam wadah terpisah. Susun jadwal makan yang teratur (3x makan besar, 2x makan selingan).

Selain itu, mari biasakan makan bersama sekeluarga. Cara ini efektif lho agar Ibu dapat mengawasi asupan nutrisi yang dikonsumsi si Kecil. Selain itu, saat ia makin besar nanti, ia akan terbiasa dengan variasi aneka menu keluarga yang berimbang. Tak hanya mencegah obesitas, tapi juga efektif menghindari si Kecil menjadi picky eater.

Aktivitas vs Istirahat

Aktivitas fisik dan jadwal istirahat yang cukup juga turut berperan mencegah obesitas pada anak. Jika Ibu mungkin berpikir bahwa tidur terlalu banyak dapat meningkatkan risiko obesitas, hal ini justru kurang tepat. Riset sejumlah pakar gizi justru menunjukkan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan risiko obesitas. Alasannya, karena metabolisme anak menjadi terganggu dan membuat anak lebih suka mengemil.

Sejak kecil, biasakan anak untuk untuk bermain bersama teman-temannya sehingga ia tetap aktif bergerak. Batasi waktu di depan TV atau bermain game elektronik/komputer yang cenderung membuat anak malas untuk aktif bergerak.

Saat si Kecil berusia 1-5 tahun, sangat disarankan untuk melakukan


aktivitas fisik selama total 3 jam setiap hari. Bisa berjalan pagi, main bola, petak umpet, meloncati bebatuan, dan lainnya. Tapi, lakukan secara bertahap ya. Jangan langsung memberinya aktivitas fisik selama 3 jam agar si Kecil juga tidak kelelahan. Berikut ini beberapa contoh aktivitas fisik yang dapat Ibu coba lakukan bersama si Kecil sesuai kebutuhan usianya.

Anak Usia 1-3 Tahun Anak dianjurkan untuk aktif bergerak lewat permainan-permainan fisik, termasuk gerakan berlari, melompat, dan memanjat. Mereka juga mulai dapat dilatih untuk melakukan gerakan motorik seperti menendang, menangkap, melempar, memukul, dan berguling-guling. Anda juga dapat mengajak anak untuk menari bersama agar dia tidak bosan.

Anak Usia 3-5 Tahun Di usia ini, anak sudah bisa melakukan banyak aktivitas. Selain aktivitas-aktivitas seperti anak usia 1-3 tahun di atas, Anda sudah mulai bisa mengajarinya beraktivitas fisik yang melatih kestabilan dan kemampuan mengontrol gerakan seperti naik sepeda. Ajak si Kecil ke taman bermain agar dia bisa beraktivitas fisik sekaligus belajar bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.
Jika Ibu rutin melakukan aktivitas fisik tersebut bersama si Kecil, tak terasa Ibu sebenarnya juga sudah ikut melakukan olahraga ringan lho!

Anda mungkin juga menyukai