Dulu obesitas dianggap sehat, lucu menggemaskan, lambang kemakmuran Saat ini obesitas ditakutkan. Anak mengalami gangguan sosialisasi, penurunan kemampuan belajar, hingga berisiko mengalami komplikasi jantung dan pembuluh darah
Obesitas = Kegemukan
Berat badan tidak proporsional dengan tinggi badan Jaringan lemak (jaringan adiposa) di dalam tubuh berlebih
Apa Penyebabnya??
Salah satu penyebab obesitas adalah faktor keturunan. Terutama jika orang tua mengidap penyakit diabetes, maka anak-anaknya berisiko untuk mengalami obesitas pada usia muda. Tapi, bukan berarti jika Ibu dan pasangan bebas diabetes maka si Kecil juga tak bisa mengalami obesitas lho. Ternyata, faktor utama penyebab obesitas pada anak adalah kebiasaan hidup sehari-hari, seperti pola makan, aktivitas fisik, dan pola istirahat yang diterapkan pada si Kecil. makanan yang memiliki kadar karbohidrat dan lemak yang tinggi, seperti: Permen dan coklat. Minuman yang mengandung banyak gula. Makanan cepat saji (junk food). Kue-kue yang mengandung banyak gula dan coklat. Keju dan kacang-kacangan, dll. Tentu saja, bukan berarti si Kecil sama sekali tidak boleh mengonsumsi makanan-makanan tersebut. Selama porsi dan frekuensinya tidak berlebihan, Ibu tetap boleh kok memberikannya pada si kecil.
Tandanya?
Muka bulat Jari-jari runcing Perut gendut Sekitar paha sering lecet akibat bergesekan saat berjalan Mendengkur saat tidur Pada anak laki-laki, penisnya terbenam karena tertekan oleh lemak di sekitarnya Pundaknya ada lipatan-lipatan
Cara mengukurnya?
Dengan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT= Berat badan (kg) Tinggi badan 2 (m2)
Contoh :
BB = 45 kg TB = 135 cm
IMT = 45/1,352 = 24,72 kg/m2
Warna hijau: Underweight Warna kuning: Normal Warna merah: Beresiko tinggi overweight Warna biru: OVERWEIGHT
Pengobatan
Pola makan sehat. Kurangi makanan manis yang kurang mengandung gizi, seperti makanan ringan dalam kemasan dan minuman karbonasi. Kegiatan fisik. Kurangi kegiatan santai anak paling tidak dua jam setiap hari, untuk melakukan kegiatan fisik. Lakukan kegiatan berupa permainan yang membutuhkan kegiatan fisik, daripada mengajak mereka berolahraga yang membosankan bagi mereka. Konsumsi obat. Dokter mungkin memberikan resep untuk menurunkan berat badan anak yang berlebihan.
Pencegahan
Perhatikan makanan yang akan diberikan untuk anak Berikan sarapan dan bekal untuk anak Perbaiki teknik mengolah makanan Tetapkan aturan makan Batasi kegiatan menonton, komputer atau video games Berikan anak kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik
dampaknya?
Penyakit-penyakit yang dulu dianggap sebagai penyakit usia lanjut dan dewasa, kini dapat dialami oleh anak akibat obesitas, seperti diabetes, darah tinggi (hipertensi) atau penyakit jantung. Selain itu, gangguan pernapasan atau asma berisiko lebih besar dialami anak yang mengalami obesitas. Anak-anak dengan kelebihan berat badan
Selain itu, mari biasakan makan bersama sekeluarga. Cara ini efektif lho agar Ibu dapat mengawasi asupan nutrisi yang dikonsumsi si Kecil. Selain itu, saat ia makin besar nanti, ia akan terbiasa dengan variasi aneka menu keluarga yang berimbang. Tak hanya mencegah obesitas, tapi juga efektif menghindari si Kecil menjadi picky eater.
Aktivitas vs Istirahat
Aktivitas fisik dan jadwal istirahat yang cukup juga turut berperan mencegah obesitas pada anak. Jika Ibu mungkin berpikir bahwa tidur terlalu banyak dapat meningkatkan risiko obesitas, hal ini justru kurang tepat. Riset sejumlah pakar gizi justru menunjukkan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan risiko obesitas. Alasannya, karena metabolisme anak menjadi terganggu dan membuat anak lebih suka mengemil.
Sejak kecil, biasakan anak untuk untuk bermain bersama teman-temannya sehingga ia tetap aktif bergerak. Batasi waktu di depan TV atau bermain game elektronik/komputer yang cenderung membuat anak malas untuk aktif bergerak.
Anak Usia 1-3 Tahun Anak dianjurkan untuk aktif bergerak lewat permainan-permainan fisik, termasuk gerakan berlari, melompat, dan memanjat. Mereka juga mulai dapat dilatih untuk melakukan gerakan motorik seperti menendang, menangkap, melempar, memukul, dan berguling-guling. Anda juga dapat mengajak anak untuk menari bersama agar dia tidak bosan.
Anak Usia 3-5 Tahun Di usia ini, anak sudah bisa melakukan banyak aktivitas. Selain aktivitas-aktivitas seperti anak usia 1-3 tahun di atas, Anda sudah mulai bisa mengajarinya beraktivitas fisik yang melatih kestabilan dan kemampuan mengontrol gerakan seperti naik sepeda. Ajak si Kecil ke taman bermain agar dia bisa beraktivitas fisik sekaligus belajar bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.
Jika Ibu rutin melakukan aktivitas fisik tersebut bersama si Kecil, tak terasa Ibu sebenarnya juga sudah ikut melakukan olahraga ringan lho!