DISUSUN OLEH
Kelompok III
Nasrudin : 811418057
Ega Ista Nengrum : 811418136
Aisa Melinda : 811418144
Zulyana Fatricia Arapa : 811418079
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan. Tanpa
pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik. Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang “Riwayat Alamiah Penyakit Gizi” yang disajikan berdasarkan referensi
dari berbagai sumber.
Kami menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen maupun teman-
teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
Meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Penyusun
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………….…………………………..………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………..…………………………….…………. 1
B. Rumusan Masalah……………………..……………………….………… 2
C. Tujuan….………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat alamiah terjadinya penyakit…….....……………………………. 4
B. Pathogenesis penyakit gizi ………………..………...…………………… 5
C. Faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi…………………….. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………..……………………………………………………... 9
B. Saran…………..…………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi merupakan keadaan atau kondisi tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan dari penggunaan zat gizi. Status gizi dibedakan
menjadi status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier,
2006). Pengertian lain status gizi menurut Supariasa (2004) yaitu ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi
tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai
sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit,
seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit
merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002,
dikutip Wikipedia, 2010). Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari.
Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa
penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan
mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa
dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi
problem penyakit tersebut (Gordis, 2000; Wikipedia, 2010).
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Riwayat alamiah timbulnya penyakit gizi dimulai dari sebelumnya
timbulnya penyakit yaitu terjadi ketidak seimbangan antara host, agent dan
lingkungan sehingga menimbulkan rangsangan penyakit. Rangsangan penyakit
akan timbul pada manusia sehingga menimbulkan sakit. Keadaan sakit yang
terjadi dapat berakhir sembuh atau cacat bahkan dapat mengalami kematian.
Riwayat alamiah penyakit gizi buruk yaitu :
1) Fase Rentan
Terjadi karena tidak adanya kesimbanganan antara host, agent,
danenvironment. Misalnya host memakan makanan yang kurang zat
gizinyasehingga zat gizi didalam tubuh host lama kelamaan berkurang.
2) Fase Presymtomatic
Saat zat gizi dalam tubuh host berkurang maka akan terjadi perubahan
faali dan metabolis.
3) Fase Klinika
Kwashiorkor
Marasmus
Marasmus-Kwashiorkor
4) Fase Terminal
Penanggulangannya secara intensif dan hasilnya ada empat kemungkinan
yaitu sembuh, cacat, sakit kronis dan kematian.
4
Spektrum penyakit adalah berbagai variasi tingkatan simptom dan gejala
penyakit menurut intensitas atau penyakit pada penderitanya, dari yang
ringan, sedang sampai yang berat dengan komplikasi pada organ-organ
vital.
Intensitas infeksi dan derajat penyakit bergantung kepada :
1) Agent, meliputi jenis kuman, kualitas (virulensi kuman, toksisitas),
kemampuan biologis dan lain sebagainya. Dalam epidemiologi penyakit
infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya jika agen
kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan
sel (cell entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan
menimbulkan perubahan patologis yang dapat dideteksi secara laboratoris
atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan mengalami
infeksi.
2) Host manusia, meliputi umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis (hormonal),
daya tahan tubuh, genetik, faktor gizi, lingkungan yang melemahkan, dan
lain sebagainya.
Suatu penyakit menular tidak hanya selesai sampai pada jatuh sakitnya
seseorang, tetapi cenderung untuk menyebar. Beberapa komponen dalam
proses terinfeksinya penyakit ialah sebagai agent, reservoir, portals of
entry and exit, mode of transmission, immunity.
Dalam proses perjalanan penyakit, perpindahan agen dari pejamu ke
reservoir atau sebaliknya, harus melalui pintu masuk tertentu (portal of
entry) calon penderita baru dan kemudian untuk berpindah ke penderita
baru lainnya, kuman akan melalui pintu keluar (portal of exit).
5
yaitu : rendahnya kadar Haemoglobin (Hb), serum, rendahnya serum Vitamin
A. Dapat pula terjadi peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti
meningkatnya asam laktat dan piruvat pada kekurangan thiamine. Apabila
keadaan ini berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh
seperti ditandai dengan menurunnya fungsi-fungsi syaraf yaitu lemah, pusing,
kelelahan, nafas pendek dan lain-lainnya.
Keadaan ini akan berlanjut terus yang diikuti dengan tanda-tanda klasik
dari kekurangan gizi, seperti kebutaan dan photopobia, nyeri lidah pada
penderita kekurangan riboflavin, kaki kaku pada defisiensi thiamine dan lain
ain.
Selanjutnya keadaan ini akan diikuti dengan luka pada anatomi seperti
xeropthalmia dan keratomalasia pada kekurangan Vitamin A Angular
Stomatitis pada kekurangan riboflavin, oedema dan kulit luka pada penderita
kwashiorkor. Banyak lagi jenis penyakit kekurangan gizi yang dapat dijelaskan
dengan bagan diatas, sebagaimana telah disebutkan jenisnya pada bab-bab
terdahulu.
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 4
tingkatan pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, yaitu :
1) Pencegahan Primodial
Berupa upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya
peluang dan dukungan dari kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi lain
yang merupakan faktor resiko untuk munculnya suatu penyakit. Misalnya
menciptakan pra kondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok ini
merupakan suatu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu
bersikap positif untuk tidak merokok.
2) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)
seperti promosi kesehatan dan pencegahan khusus. Sasarannya
ialah faktor penyebab, lingkungan dan pejamu. Langkah pencegahan di
faktor penyebab misalnya, menurunkan pengaruh serendah mungkin
(desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida) agar
6
memutus rantai penularan. Langkah pencegahan di faktor lingkungan
misalnya, perbaikan lingkungan fisik agar air, sanitasi lingkungan dan
perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu
misalnya perbaikan status gizi, status kesehatan, pemberian imunisasi.
3) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
seperti diagnosis dini serta pengobatan tepat. Sasarannya ialah
pada penderita/seseorang yang dianggap menderita (suspect) dan terancam
menderita. Tujuannya adalah untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat
(mencegah meluasnya penyakit/timbulnya wabah dan proses penyakit
lebih lanjut/akibat samping dan komplikasi). Beberapa usaha
pencegahannya ialah seperti pencarian penderita, pemberian
chemoprophylaxis (prepatogenesis/patogenesis penyakit tertentu).
4) Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) seperti pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasarannya adalah penderita penyakit
tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan sampai mengalami cacat dan
bertambah parahnya penyakit juga kematian dan rehabilitasi
(pengembalian kondisi fisik/medis, mental/psikologis dan sosial (Bustan,
2002)
7
Prinsip terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi, seperti terlihat pada
gambar monitoring gizi di bawah ini :
8
Sebagai pembanding proses terjadinya patogenesis penyakit defisiensi
gizi, dibawah ini diliperlihatkan bagan riwayat alamiah terjadinya penyakit.
Bila bibit penyakit telah masuk dalam tubuh, maka tahapan patogenesis
dengan gejala yang terlihat dan gejala yang tidak terlihat (horizon klinis).
Dimulai dengan masa inkubasi yaitu mulai masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh dan timbulnya gejala atau tanda sakit. Bila sudah muncul gejala maka
masa penyakit dini yaitu mulai munculnya gejala penyakit, dengan sifat
penyakit masih ringan. Selanjutnya bila tidak segera diatasi maka masa
penyakit lanjut akan muncul yaitu penderita tidak dapat melakukan aktivitas,
dan memerlukan perawatan. Dan yang terakhir adalah masa penyakit berakhir
yaitu dapat sembuh sempurna atau sembuh dengan cacat, dapat juga Carrier,
Kronis dan meninggal dunia.
9
Penerapan patogenesis penyakit defisiensi gizi dalam upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi akan lebih mudah lagi difahami
jika diterapkan dalam konsep “pohon masalah” yang dapat memperlihatkan
penyebab langsung, tidak langsung, penyebab utama dan akar masalah. Seperti
diperlihatkan dibawah ini ( Konsep Masalah Gizi menurut Unicef). Masalah
gizi dalam tahapan penyebab langsung disebabkan oleh konsumsi zat gizi
(yang rendah), pada pendekatan patogenesis dinyatakan sebagai Agent dan
adanya penyakit infeksi dinyatakan sebagai host. Kedua penyebab langsung ini
juga saling berinteraksi memperparah terjadinya masalah gizi.
10
Gambar 2.2 Faktor–Faktor yang Dapat Menyebabkan Masalah Gizi
(Call and Levinson, 1973).
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan
nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar
rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
DiIndonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah
giziutama yang banyak dijumpai pada balita. Faktor-faktor penyebab penyakit
gizi buruk :
1. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:
a) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya ju
mlah makanan
yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhiunsur gizi yang
dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
b) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
2. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada tiga faktor
penyebabgizi buruk pada balita, yaitu :
a) Keluarga miskin
b) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak.
c) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,
HIV/AIDS,saluran pernapasan dan diare.
Faktor lain yang menyebabkan gizi buruk, yaitu :
1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau
olehmasyarakat.
2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan
asuhanak.
3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidakmemadai
11
Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada banyak.Penyebab
pertama adalah faktor alam. Secara umum tanah terkenal sebagai daerah tropis
yang minim curah hujan. Kadang curah hujannya banyak tetapi dalam kurun
waktu yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itu bukan menjadi berkat tetapi
mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun belakangan ini tidak ada
hujan menjadi kering kerontang Tanaman jagung yang merupakan penunjang
ekonomi keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal dipanen.
Akibatnya, banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di daerah
pelosok, memakan apa saja demi mempertahankan hidup.Dikhawatirkan gizi yang
kuang dan bahkan
buruk akan memperburuk pertumbuhan fisik dan fungsi - fungsi otak.
Kalau ini terjadi, masa depan anak-anak ini dipastikan akan sangat kelam dan
buram.
Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultursosial
masyarakat setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat one dimensional,
yakni masyarakat yang memang sangat tergantung pada satu mata pencaharian
saja. Banyak orang menanam makanan secukupnya saja, artinya hasil panen itu
cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa panen berikutnya.
Belum ada pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian mereka demimeraup
keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya alterna
tive yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi
menunjang kebutuhan sehari hari.
12
Dalam kaitannya dengan epidemiologi pencegahan masalah gizi, dapat dilihat dan
diberikan intervensi pada beberapa tingkat yaitu :
Pencegahan I : Peningkatan keadaan kesehatan
Pencegahan khusus untuk penyakit tertentu.
Penegahan II : Diagnose tahap awal/dini dan perkiraan treatment untuk
penyembuhan dan mengurangi kecacatan.
Pencegahan III : Rehabilitasi untuk pemulihan kondisi seperti normal kembali
dan mencegah terulangnya kejadian penyakit.
3. Lima Tingkatan Pencegahan
Sebagaimana yang ditulis oleh Leavell & Clark terdapat 5 tingkatan
pencegahan untuk diterapkan dan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi.
Konsep ini sangat relevan, karena disetiap tingkatan digambarkan pula dengan
contoh-contoh kegiatan sebagaimana penjelasan berikut ini.
a. Masa Pra Pathogenesis :
1) Peningkatan Kesehatan
Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :
a) Penyuluhan gizi yang intensif
13
b. Perlindungan Khusus (Specific Protection)
1) Perlindungan khusus terhadap : bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui
2) Fortifikasi bahan makanan (misalnya iodisasi garam)
3) Suplementasi zat gizi tertentu (misalnya pemberian kapsul vitamin A)
4) Immunisasi
5) Penggalakkan penggunaan ASI dan makanan tambahan untuk bayi dan
balita
c. Diagnose dini, pengobatan cepat dan tepat (Early Diagnosis and Prompt
Treatment)
1) Penimbangan balita setiap bulan sekali
2) Survei gizi secara periodik
3) Pemeriksaan anthropometri, klinik, biokimia yang teratur
4) Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi pada anak dengan gejala
xeropthalamia
5) Pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dan ibu menyusui yang
anemia
6) Larutan gula garam (oralit) pada anak yang diare
d. Masa Pathogenesis :
1) Membatasi Cacat (Disability Limitation)
a) Perawatan khusus KEP berat (Kwarsiorkor/Marasmus)
b) Tempat-tempat penampungan penderita kelaparan dan HO
2) Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)
a) Penyuluhan Gizi
b) Mental feeding (Usaha memperbaiki perkembangan mental anak)
c) Memperbaiki lingkungan hidup (biologis, fisik, dan sosial) dan cara
hidup
d) Persediaan pangan bergizi yang cukup
e) Melembagakan kebiasaan pemberian makanan dan kesehatan yang baik
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di
bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. DiIndonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein)
adalah salah satu masalah giziutama yang banyak dijumpai pada balita.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Arsad Rahim. 2009. “Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi”.http://arali2008.f
iles.wordpress.com/2009/10/monitoring.gizi. Diunduh tanggal 2 Januari
2014
Bustan MN. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Munif.2012.Epidemiologi Gizi Buruk.4 April 2013. helpingpeopleideas.com
Supariasa, dkk. 2004. “Penilaian Status Gizi”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
16