Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENELITIAN KEGIATAN OLAHRAGA

ANAK AUTIS DI SEKOLAH LABORATORIUM


AUTISME UM
LAPORAN PENELITIAN
OLEH
BURHAN MALIK
UMI MUALIFAH
HENI SUNARTI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
MARET 2010

KATA PENGANTAR
Penelitian ini disusun berdasarkan guna menambah pengetahuan dan
meningkatkan kepekaan diri para mahsiswa,masyarakat terhadap lingkungan luar
yang membutuhkan perhatian lebih dari para mahasiswa. Selama ini masih banyak
mahasiswa yang tidak mengetahui bagaimana anak dengan kebutuhan khusus,
yang membutuhkan progam belajar dan pembelajaran yang berbeda dari anak
pada umumnya. Anak dengan kebutuhan khusus ini memiliki gangguan dalam
berinterkasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan adanya penelitian ini
dapat membantu anak berkebutuhan khusus dan para guru asuh mempunyai
pengetahuan tambahan
.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak slamet raharjo selaku
dosen pembimbing dalam penelitian ini, yang membantu kami mengenal kondisi
anak berkebutuhan khusus seperti anak penyandang Autisme ini. Dengan adanya
penelitian ini kami merasa bersyukur hidup dengan keadaan normal. Penghargaan
yang setinggi-tingginya kami sampaikan terutama kepada guru asuh anak
penyandang Autisme yang dengan senang membantu kami dalam penyusunan
peneilitian ini.
Semoga penelitian kami ini bermanfaat tidak hanya bagi mahasiswa ilmu
keolahragaan, tetapi juga bagi semua pihak diluar mahasiswa keolahragaan yang
selama ini belum mengetahui perilaku anak berkebutuhan khusus.

Malang, 9 April 2010


Tim Peneliti
Mahasiswa FIK 2007

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Autisme adalah gangguan pervasif yang mencakup gangguan-gangguan
dalam komunikasi verbal dan non-verbal,interaksi sosial,perilaku dan emosi
(Sugiarto,dkk,2004). Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai
retardasi mental,sedangkan 20% mempunyai kemampuan yang cukup tinggi
untuk bidang-bidang tertentu. Penyebab dari autis adalah faktor genetika,pengaruh
virus,nutrisi yang buruk,keracunan makanan. Anak autis mempunyai gangguan
pencernaan protein gluten dan kasein dalam keadaan normal, sebagian besar
protein dicerna menjadi asam amino, sisanya menjadi peptida pada anak autis
pencernaanasam amino sulit dipecah sempurna sehingga masuk ke peredaran
darah.
Anak penyandang autis kesulitan dalam merespon rangsangan,tidak
memiliki empati dan tidak tahu apa reaksi orang lain atas perbuatannya.
Pemahaman anak penyandang autis sangat kurang, sehingga apa yang di baca sulit
untuk dipahami, anak autis lebih mudah belajar memahami melalui media
gambar-gambar.
Selain itu penyandang autis sangat menyukai permainan sehingga
pendekatan bermain sambil belajar dilakukan dalam rangka meningkatkan
konsentrasi anak autis agar dapat mengikuti pembelajaran. Sebab kemampuan
konsentrasi anak autis berbeda dengan anak berkebutuhan khusus lainnya
tandanya kontak mata sangat kurang, ekpresi wajah kurang hidup, kurang mampu
menjalin hubungan sosial dan emosional timbal balik.
Berbeda dengan kegiatan olahraga di SD pada umumnya, mereka dituntut
untuk dapat melakukan atau memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh
lembaga sekolah, kekurang pada penyandang autis menyebabkan mereka tidak
mampu untuk memenuhi standar kompetensi seperti yang dilakukan di SD pada

umumnya, maka dari itu peneliti melakukan penelitan program olahraga pada
Laboratorium Autis UM.
1.2 Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud dengan autis ?
2. Bagaimana pembelajaran olahraga autis di laboratoroum autis UM ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian autis
2. Untuk mengetahui program pembelajaran olahraga di laboratorium UM .
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bagi Pengajar dapat lebih memaksimalkan pengajaran pada anak autis
dengan metode yang baru.
2. Bagi Mahasiswa dapat lebih pemahaman tentang autis serta olahraga yang
cocok bagi mereka.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Autis
Autisme berasal dari kata Autos yang berarti diri sendiri dan isme yang
berarti suatu aliran. Berarti autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada
dunianya sendiri. Autis adalah suatu gangguan perkembangan yang komplek
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktifitas imajinasi, gangguan
sensoris, pola bermain, perilaku, emosi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak
berusia 3 tahun, bahkan pada autis infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Penyebab autis menurut beberapa teori adalah faktor genetika, virus seperti
rubella, herpes, toxo jamur, nutrisi yang buruk, keracunan makanan. Pada
kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan
fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman,
komunikasi dan interaksi. Ciri khas anak penyandang autis adalah sebagai berikut:
1.anak penyandang autis tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain.
2.anak penyandang autis kadang mempunyai daya ingat yang sangat kuat, seperti
perkalian, kalender, dan lagu-lagu.
3.pemahaman anak penyandang autis sangat kurang, sehingga apa yang dibaca
sukar dipahami. Misalnya dalam bercerita kembali dan soal berhitung yang
menggunakan kalimat.
4.anak penyandang autis sulit mengekspresikan perasaannya, seperti mudah
frustasi bila tidak dimengerti dan dapat menimbulkan mengamuk yang tidak
terkendali.
Anak penyandang autis mempunyai karakteristik gangguan dalam
komunikasi berupa perkembangan bahasa lambat atau tidak ada sama sekali, anak
tampak tuli dan sedikit berbicara atau pernah berbicara tapi kemudian sirna. Katakata yang digunakan anak penyandang autis kadang tidak sesuai artinya,
mengoceh tanpa arti berulang-ulang dan senaang meniru. Sebagian penyandang

autis tidak berbicara (non verbal) atau sedikit bicara (kurang verbal) sampai
dewasa.
Gangguan berinteraksi penyandang autis seperti suka menyendiri, tidak ada
kontak mata atau sedikit kontak mata, menghindar untuk bertatapan, tidak tertarik
bermain dengan sesamanya. Selain gangguan diatas anak penyandang autis
sensorinya tidak bekerja dengan baik,anak penyandang autis sensitif terhadap
sentuhan dan pelukan,bila mendengar suara keras menutup telinga,senang
mencium-cium dan sensitif terhadap rasa sakit.anak penyandang autis mempunyai
pola bermain yang berbeda pada anak pada umumnya.anak autis tidak suka
bermain dengan anak sebayanya,tidak kreatif dan imajinatif,senang akan bendabenda berputar seperti kipas angin,roda sepeda.perilaku yang dimiliki anak
penyandang autis bisa membahayakan dirinya sendiri seperti hiperaktif bisa
membuat anak penyandang autis jatuh dan terluka. Anak penyandang autis dapat
pula duduk bengong dengan tatpan kosong.anak penyandang autis sering
menampakkan emosinya secara terang-terangan dengan sering marah dan
menangis tanpa sebab,mengamuk tak terkendali yang bisa menyakiti pengasuhnya
dan dirinya sendiri juga senang merusak dan menyerang,tidak mempunyai empati
dan tidak mengerti perasaan orang lain.dengan keterbatasan yang dimiliki oleh
penyandang autis perlu adanya progam terapi penunjang untuk melatih motorik
halus anak penyandang autis. Progam penunjang berupa terapi wicara yang
membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara
lebih baik.terapi okupasi untuk melatih motorik halus anak dengan memberi
puzzle atau menyuruh memasukkan benda ke kotak menurut bentuk dan
ukurannya,bisa berbentuk bulat,segitiga,kotak,bintang,dan persegi
panjang.progam penunjang yang paling efektif adalah terapi bermain yaitu belajar
sambil bermain misalnya,main tebak huruf dan angka,tebak buah,blowing balon
yang membantu anak mengerti konsep besar jika balon ditiup besar dan kecil jika
ditiup kecil.
2.2 Pembelajaran pada anak penyandang autis
2.2.1 progam intervensi dini

Merupakan produk dari lovaas pada Young Autistikm Project.di UCLA


USA. Progam ini didasari oleh model perilaku operant conditioning yang
mengimplementasi dan evaluasi dari berbagai prinsip dan teknik yang membentuk
teori pembelajaran perilaku yang didasari oleh 3 hal:
1.perilaku secara konseptual meliputi 3 term penting yaitu perilaku yang lalu,
perilaku, dan konsekwensi.
2.stimulus perilaku yang lalu dan konsekwensi sebelumnya akan berefek pada
reaksi perilaku yang muncul.
3.efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap perilaku yang lalu dan
konsekwensi. Yaitu memberikan reinforcement yang positif sebagai kunci dalam
merubah perilaku, sehingga perilaku yang baik dapat terus dilakukan sedangkan
perilaku yang buruk dihilangkan (melalui hukuman, atau dengan kata tidak).
Dalam teknisnya progam lovas terdiri dari 4 bagian yaitu:
1.stimuli dari guru agar anak merespon.
2.respon anak
3.konsekwensi.
4.berhenti sejenak,dilanjutkan dengan perintah selanjutnya.
2.2.2 intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Progam for
prescholer and parent).
Intervensi LEAP menggabungkan Developmentally Appropriate Practice
(DAP) dan teknik ABA dalam sebuah progam inklusi dimana beberapa teori
pembelajaran yang berbeda digabungkan untuk membentuk sebuah kerangka
konsep. Meskipun metode ini memperoleh kelebihan dan kekurangan pada anakanak penyandang autis, titik berat utama dari teori dan implementasi praktis yang
mendasari progam ini adalah perkembangan sosial anak. Model LEAP
menggunakan teknik pengajaran reinforcement dan kontrol stimulus. Prinsip yang
mendasarinya adalah:
1.semua anak mendapat keuntungan dari lingkungan yang terpadu.
2.anak penyandang autis semakin membaik jika intervensi berlangsung konsisten
baik dirumah, disekolah, maupun masyarakat.
3.keberhasilan semakin besar jika orang tua dan guru bekerja bersama-sama.

4.intervensi haruslah terancang, sistematis individual.


5.anak penyandang autis bisa saling belajar dari teman-teman sebayanya.
2.2.3 floor time
Pendekatan floor time berdasarkan pada teori perkembangan interaktif
yang mengatakan bahwa perkembangan keterampilan kognitif dalam 4 atau 5
tahun pertama kehidupan didasarkan pada emosi dan relationship (Greenspan dan
Wieder,1997a). Jadi hubungan pengaruh dan interaksi merupakan komponen
utama dalam teori dan praktek model ini.kerangka konsep progam ini diantaranya:
pentingnya relationship, teori hipotikal tentang autisme, dan enam acuan sosial
yang spesifik.
Anak autis sangat menyukai permainan, sehingga pendekatan bermain
sambil belajar efektif bagi anak autis. Dengan bermain anak autis juga telah
melakukan olahraga. Permainan dapat meningkatkan sensorinya peralatan
penunjag sensori anak penyandang autis hendaknya didesain secara khusus
dengan fungsi, bentuk, bahan warna yang sudah mempunyai standart tertentu
untuk mengasah sensori integrasi. Alat-alatnya dapat berupa ayunan, kolam bola,
balok-balok titian berbagai bentuk, trampolin, titian keseimbangan, tangga, balokbalok panjat, bentangan kain lycra, bantal-bantal besar yang berfungsi
merangsang kontrol gerakan anak.terapi sensori integrasi dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya sebelum memulai belajar didalam kelas, selama
10 menit murid-murid melakukan relaksasi dengan cara berbaring denagn posisi
tertentu (tengkurap sambil kepala dihadapkan secara bergantian ke dua arah)
diatas matras. Ini dilakukan untuk melatih konsentrasi anak pembelajaran didalam
kelas dapat diawali dengan main tebak huruf dan angka, tangkap teman.
Anak penyandang autis juga bisa mengalami disfungsi sensori integrasi
berupa:
1.anak tampak malas bergerak.
2.keseimbangantubuh kurang baik,sering jatuh.
3.anak sering berjalan jinjit,berputar,atau meloncat-loncat.
4.sering terbalik dalam menulis atau membaca huruf.
5.sering memukul meja atau tembok.
6.suka menggigit atau memainkan sesuatu.

7.bila menulis tekanannya terlalu kuat.


8.sulit menerima aktifitas baru.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis penelitian
Metode penelitian ini adalah survey atau observasi terhadap program
olahraga di Lab. Autis UM. Semua data yang berhubungan dengan anak autis
dicatat, dikumpulkan, ditinjau serta dianalisa. Data yang diambil adalah program
olahraga yang digunakan dalam pembelajaran laboratorium autis.
3.2 Tempat dan Waktu penelitian
Pengumpulan data dilakukan di laboratorium autisme universitas negeri
malang dari bulan maret sampai april 2010.
3.3 Populasi dan Sampel
Data ini diamati, diambil, dicatat, dikumpulkan dari siswa laboratorium autisme
universitas negeri malang kelas pagi yang terdiri dari 30 siswa autis.

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
4.1 Penelitian Pada Anak Autis Laboratorium UM
Anak autis sulit untuk berkomunikasi secara timbal balik, umumnya
mereka sering mengulang kata-kata, selain itu respon mereka dalam menagkap
suatu suara juga sangat minim, seperti saat mereka dipanggil namanya untuk
mendekat kepada pengajar, bahakn tidak ada kontak mata, apatis terhadap orang
yang belum mereka kenal, dan mereka selalu menghindari kontak fisik.
Anak autis mengalami perubahan sensori, hipersensitif atau hiposensitif
pada pancaindra, tertawa dan marah tanpa sebab, kurang respon terhadap rasa
sakit, melakukan sesuatu yang sama secara rutin dan terus-menerus.
Eksplorasi lingkungan pada anak autis tetap terpaku pada satu kegiatan,
kebanyakan mereka cenderung melakukan aktifitas aneh misalnya, bergoyanggoyang, menjilati mainan, menyakiti diri, berpindah aktifitas, menggunakan tubuh
untuk mencapai tujuan,mencari kesenangan. Fakta dilapangan, anak autis tampak
seperti anak tuli, sulit bicara, dan apabila berkata, kata-kata yang digunakan tidak
sesuai arti sebenarnya, anak autis cenderung berkomunikasi tidak menggunakan
kata-kata, sehingga perlakuan yang tegas sangat diperlukan agar mereka mau
melakukan instruksi yang diberikan, untuk memenuhi kebutuhan yang mereka
inginkan, kebanyakan dari mereka melakukan tarikan terhadap tangan orang lain,
hal tersebut merupakan salah satu cara yang mereka tunjukkan agar orang lain
tersebut melakukan apa yang ia diinginkan.
Anak autis sulit berinteraksi, anak autis lebih suka menyendiri,menghindar
kontak mata,tidak tertarik bermain dengan teman.gangguan sensoris juga dialami
oleh anak autis seperti sangat sensitif terhadap sentuhan,bila mendengar suara
keras menutup telinga,tidak sensitif terhadap rasa sakit.

Bagi anak autis olahraga tidak harus formal, olahraga permainan dimungkinkan
dapat meningkatkan konsentrasi anak dalam pembelajaran, seperti pembelajaran
yang terdapat di laboratorium autis, pembelajaran olahraganya seperti berikut:
Standart Kompetensi

Kompetensi Dasar

1. Melakukan gerak dasar kebugaran


jasmani dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya.

1.1 Melakukan latihan dasar untuk


meningkatkan kekuatan otot dada, otot
punggung, dengan mengikuti aturan.

2. Melakukan senam ketangkasan


sederhana dan niliai-nilai yang
terkandung didalamnya.

3. Melakukan ketrampilan dasar ritmik


diorientasikan dengan arah dan ruang,
dengan menggunakan atau tanpa
musik, memiliki pengetahuan dan
nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.

4. Melakukan gerak dasar renang, dan


nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.

1.2 Melakukan latihan dasar untuk


melatih kelentukan persendian anggota
badan bagian atas, dengan mengikuti
aturan.
2.1 Melakukan senam ketangkasan :
Melompat benda sesuai kemampuan
2.2 Melakukan rangkaian gerakan
senam ketangkasan sederhana:
Berjalan dan berguling kedepan,
memindahkan berat tubuh dari satu
titik ke titik yang lain, dengam kontrol
yang baik.
3.1 Melakukan gerak dasar ritmik yang
berorientasi pada arah dan ruang secara
berpasangan, menggunakan atau tanpa
musik.
3.2 Melakukan ketrampilan dasar gerak
ritmik yang berorientasi pada arah dan
ruang secara beregu menggunakan atau
tanpa musik.
4.1 Melakukan gerak lengan dan
tungkai untuk mengangkat tubuh
didalam air.
4.2 Melakukan keseimbangan tubuh
dan penyelamatan diri didalam air.
4.3 Melakukan gerak dasar renang:
Mengapung,menenggelamkan diri
didalam air, bernapas, serta nilai
disiplin.

Selain permainan juga terdapat olahraga senam otak yang membantu


meningkatkan konsentrasi anak autis. Senam merupakan teknik elektrik yang
membantu otak dan tubuh bekerja lebih efektif secara bersamaan. Gerakan senam
otak meningkatkan komunikasi otak, ada tiga komunikasi yaitu komunikasi otak
kanan dengan otak kiri, otak depan dan otak belakang, serta otak atas dan bawah.
Senam otak inilah yang kami sarankan pada laboratorium UM.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Anak penyandang autis memiliki masalah-masalah yang sangat kompleks,
anak penyandang autis membutuhkan program pembelajaran yang bersifat
permainan, hal ini sangat efektif bagi penyandang autis, khususnya bagi tingkat
konsentrasi mereka.
5.2 Saran
Dalam pembelajaran anak penyandang autis harus dengan kesabaran dan
kata-kata yang harus diulang-ulang. Penggunaan media bantu sangat membantu
konsentrasi penyandang autis dalam belajar, pemberian permainan tebak huruf
atau angka serta senam otak dapat membantu motorik halus penyandang autis.
Komunikasi ini berguna untuk meningkatkan efesiensi dari informasi
sensorik yang paling berguna bagi autis. Gerakan dalam senam otak pun
bervariasi seperti membuat coretan ganda dalam waktu bersamaan, menggerakkan
anggota tubuh bergantian pasangan kaki dan tangan yang berlawanan,
melambaikan kaki.
Selain itu senam otak dapat berupa:
1. gerakan silang kaki yaitu posisi kaki kanan didepan kaki kiri. Lalu
silangkan kedua tangan,tangan kanan berada diatas tangan kiri dan satukan
telapak tangan dengan jari saling bersilangan.
2. burung mahoni. Letakkan telapak tangan kanan dipundak kiri sambil
memijat-mijat,arahkan muka kekanan sambil menghembuskan napas
perlahan-laha. Lalu menghadap ke depan sambil menarik nafas.
3. menyatukan jempol tangan kanan menghadap keatas dengan jempol
tangan kiri yang dibawah.lalu ujung jari kelingking tangan kanan
menyentuh jari telunjuk tangan kiri.yang berputar adalah tangan kanan dan

selanjutnya jari manis tangan kanan menyentuh ujung jari tengah tngan
kiri. Lakukan hingga ujung jari tangan kanan menyentuh tangan kiri.
4.

tangan kanan sebagai tembak dan tangan kiri sebagai angka satu. Lalu
bergantian tangan kiri sebagai tembak dan tangan kanan sebagai angka
satu,begitu seterusnya sampai angka lima tetapi gerakannya cepat.

taruh kedua tangan sejajar dada,lalu tangan kanan dengan mengepal gerakkan
dengan memutar ke arah depan dan kiri ke arah belakang secara bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai