Anda di halaman 1dari 4

Tugas "Individu Berkebutuhan Khusus"

Disebuah keluarga memiliki 4 org anak, 1 diantaranya penyintas disabilitas dengan kategori Autis.
Pertanyaannya adalah :

1. Bagaimana pola komunikasi orang tua?

2. Pendidikan yang diberikan?

3. Lingkungan yang seperti apa yang penyandang disabilitas ini butuhkan?

Jawab:

1. Bagaimana pola komunikasi yang seharusnya yaitu Anak autis mengalami gangguan dalam berbahasa
secara verbal dan nonverbal, sehingga mereka kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya. Itu
sebabnya, anak autis mengungkapkan keinginannya melalui perilaku dengan menarik tangan orang yang
ada didekatnya atau dengan menjerit. Jika orang yang disekitarnya itu tidak memahami apa yang
diinginkannya, inilah yang menyebabkan anak menjadi tantrum atau mengamuk. Pada prinsipnya, anak
autis itu kurang fokus yang terlihat dari tidak adanya kontak mata. Maka terapi yang dilakukan pada
anak autis adalah agar anak autis fokus pada orang yang terlibat komunikasi dengannya. Maka, terapi
pada anak autis lebih kepada kinestetik atau mencontohkan dan visual dengan menggunakan gambar
atau picture exchange communication system (PECS). Gambar-gambar yang digunakan ketika
berkomunikasi dengan anak autis sebagai alat bantu untuk mengalihkan atau membuat anak autis
menjadi fokus. Meskipun PECS ini pada tahap awal tidak mengajarkan anak berbicara, tapi karena anak
fokus pada gambar yang ditunjukkan terapis, maka ini akan mendorong anak untuk berbicara mengikuti
instruksi terapis. Kemampuan anak autis lebih menonjol bila menggunakan visual, karena anak autis
lebih mudah mengingat dan fokus jika diperlihatkan gambar.

Komunikasi yang berlangsung merupakan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh dua orang dan
adanya kedekatan, yaitu komunikasi anak autis dengan guru di sekolah dan dengan orang tua di
rumah.Sedangkan pola komunikasi orangtua dan anak autis mengacu pada program terapi dan reguler
di sekolah. Orangtua sebagai pribadi dan lembaga yang pertama dan utama dalam membina tumbuh
kembang anak autis. Penerimaan dan perlakuan dengan kasih sayang dan baik akan sangat membantu
dalam menangani anak autis. Cara orangtua melakukan komunikasi dengan anak melalui latihan
kepatuhan kemudian diikuti dengan kontak mata. Jika anak mengikuti perintah orangtua, anak diberi
imbalan seperti pujian dan pelukan. Hal ini juga dapat menjadi bentuk kasih sayang atau sikap
penerimaan orangtua terhadap anak. Maka, orangtua jangan menyembunyikan anak dari lingkungan
sosial. Sebaiknya orangtua justru melatih anak untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.
Orangtua harus mengajak anak bermain dengan temannya di rumah, bisa mengajak anak ke tetangga.
Orangtua harus memberikan kebebasan pada anak untuk berkembang, maka orangtua harus membantu
anak dengan memasukkannya ke sekolah. Aakan tetapi, orangtua juga memberikan batasan agar anak
tidak mencelakai dirinya sendiri, karena ekspresi sosial mereka lebih kepada ekspresi emosional yang
ekstrim seperti menjerit, menagis.
Referensi : dikutip dari jurnal POLA KOMUNIKASI ANAK AUTIS: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI PADA
KETERAMPILAN INTERAKSI ANAK AUTIS DI SEKOLAH CINTA MANDIRI LHOKSEUMAWE oleh
Marhamah, sebagai Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN, tahun 2019

2. Model pelayanan pendidikan anak autistik

-kelas transisi

kelas ini dipeuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi memerlukan layanan khusus
termasuk anak autistik yang terapi secara terpadu atau struktur.kelas transisi sedapat mungkin
berada sekolah reguler,sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisai dengan anak
lain.kelas transisi merupakan kelas persiapandengan acuan kurikulum sd yang dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan anak.

-program pendidikan terpadu

program pendidikan terpadu dilaksanakan sekolah reguler.dalam kasus/waktu tertentu,anak


autistik dilayani kelas khusus untuk remidial atau layanan lain yang diperlukan.keberadaan anak
autistik dikelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung kemampauan anak.

-program pendidikan inklusi

proram ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak
autistik.untuk membuka program ini sekolah haru memenuhi persyaratan antara lain:

a. guru terkait telsh siap menerima anak autistik.

b. tersedia ruang khusus untuk penanganan individual

c. tersedia guru pemebimbing khusus dan guru pendamping

d. dalam satu kelas sbaiknya tidak lebih dari 2(dua) anak autistik.

e. damn lain-lain yang dianggap perlu.

-sekolah khusus anak autistik

sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat
mengikuti pendidikan disekolah reguler.anak disekolah ini sangat sulit untuk dapat
berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. pendidikan di sekolah difokuskan
pada program fungsional seperti bina diri,bakat,minat yang sesuai dengan potensi mereka.

- program sekolah di rumah


program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidkan disekolah
khusus karena keterbatasannya.anak autistik non verbal,mr,dan gangguan motorik & auditori
yang serius dapat mengikuti program sekolah di rumah. program dilaksanakan di rumah dengan
mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah,orang tua dan masyarakat.

-panti (griya) rehabilitasi autis

anak autistik yang kemampuannya sangat rendah,gangguannya sangat parah dapat mengikuti
programdi panti(griya) rehabilitasi autistik.program dipanti rehabilitasi difokuskan pada
pengembangan:

a.pengenalan diri

b.sensori motor dan persepsi

c.motorik kasar dan halus

d. kemampuan berbahasa dan komunikasi

e.bina diri kemampuan sosial

f.kemampuan kerja terbatas sesuai minat,bakat dan potensi

Referensi : Pendidikan anak autis oleh suparman sutedja (https://adoc.pub/queue/pendidikan-anak-


autis.html )

3. Lingkungan seperti apa yang dibutuhkan oenyandang disabilitas ini? Ada 3 yaitu :

A. Lingkungan fisik (suara dan cahaya) memberikan pengaruh yang bermakna terhadap perilaku anak
autis seperti suara handphone, suara hairdryer dan suara lalu lintas. Artinya dimana suara handphone,
suara hairdryer dan suara lalu lintas yang berada disekelilingnya berpengaruh terhadap anak autis yang
mengarah ke perilaku hiperaktif seperti berlari – lari, mondar mandir tanpa arah, melompat -lompat dan
menjerit. Adapun anak yang berprilaku defisit karena anak merasa gelisah, menangis dan kurang
nyaman. Lingkungan fisik cahaya diruang gelap dan cahaya matahari memberikan pengaruh terhadap
perilaku anak autis, sebagian besar anak autis cenderung berperilaku hiperaktif saat berada diruangan
yang gelap karena anak ada yang merasa nyaman dengan melompat-lompat dan berlari mondar –
mandir, anak yang berprilaku defisit diam dan menangis saat berada diruang gelap. Cahaya matahari
memberikan pengaruh terhadap perilaku anak autis. Anak yang hiperaktif merasa nyaman di tempat
cahaya yang terang dan anak yang defisit merasa gelisah dan tidak nyaman.

B. Lingkungan sekolah (informatif dan interaksi sosial) memberikan pengaruh yang bermakna terhadap
perilaku anak autis, Artinya semakin sering guru sekolah memberikan dukungan dan arahan informatif
kepada anak, maka anak semakin dapat berperilaku hiperaktif dengan cara belajar disekolah. dan
adanya pengaruh yang bermakna antara lingkungan sekolah (interaksi sosial) guru sekolah meberikan
interaksi sosial yang baik terhadap anak di lingkungan sekolah sehingga anak cenderung berperilaku
hiperaktif dalam belajar maupun berinteraksi dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.

C. Dukungan sosial keluarga (emosional dan penghargaan) memberikan pengaruh yang bermakna
terhadap perilaku anak autis. Artinya dukungan emosional keluarga yang rendah akan membuat anak
lebih cenderung berperilaku hiperaktif, perhatian orang tua atau keluarga sangat dibutuhkan oleh anak
seperti pelukan, kasih sayang, belaian dapat membuat anak merasa senang dan dukungan penghargaan
keluarga atau orang tua yang rendah terhadap anak akan mengakibatkan anak lebih cenderung ke
perilaku hiperaktif sedangkan anak yang berperilaku defisit hanya sebagian kecil dukungan sosial
keluarganya yang tinggi

Referensi : Jurnal photon, tahun 2016 PENGARUH LINGKUNGAN FISIK LINGKUNGAN SEKOLAH DAN
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PERILAKU ANAK AUTIS DI KOTA PEKANBARU

Risda Selvia Saragih, Zulkarnaini, Riki Sukiandra

-Alumni Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru


-Dosen Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai