Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PELAYANAN

PASIEN ANAK DAN ANAK


DENGAN KETERGANTUNGAN
BANTUAN
RUMAH SAKIT SALSABILA
HUSADA

TAHUN
2019

0
Lampiran Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit Salsabila
Husada
Nomor : Skep/30/RSU-P/V/2019
Tanggal : 15 Mei 2019
BAB I
DEFINISI

Anak (jamak : anak-anak) adalah seseorang laki-laki atau


perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami pubertas. Menurut
psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa
bayi hingga usia lima atau enam tahun kemudian berkembang hingga
masa pubertas. Sedangkan pengertian anak menurut Undang-Undang
Perlindungan Anak No 35 tahun 2014 adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun dan anak yang masih dalam kandungan.
Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai
peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak
tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan
untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan,
anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya
dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Karenanya anak dipandang belum / tidak mampu untuk mengambil
keputusan yang tepat atau memberikan suaranya (isi hati), sehingga
dalam segala hal anak perlu didampingi oleh keluarga/perwaliannya.
Anak dengan ketergantungan bantuan adalah anak yang pada
tahap usianya untuk memenuhi kebutuhan dasar sangat tergantung pada
bantuan dan dukungan orang lain disekitarnya disebabkan oleh
keterbatasan fisik dan mental yang dimiliki., diantaranya :
1. Anak disabilitas penglihatan, cirinya adalah bola mata bergerak
sangat cepat, penglihatan hanya mampu merespon terhadap cahaya,
atau benda ukuran besar dengan warna mencolok, memicingkan mata
saat terkena sinar, melihat obyek sangat dekat, kadang rabun senda,
sering membentur-benturkan kepala ke tembok.
2. Anak disabilitas pendengaran, cirinya adalah tidak menunjukkan
reaksi terkejut saat mendengar bunyi-bunyian pada jarak 1 meter,
tidak bisa dibuat tenang oleh suara ibunya atau pengasuh, acuh tak
acuh terhadap panggilan/suara, kemampuan bicara tidak

1
berkembang, sering mengalami infeksi di telinga, kelihatan seperti
anak yang kurang menurut, dan kelihatan seperti yang tidak
mengerti/lamban.
3. Anak disabilitas intelektual, ada tiga jenis yaitu ringan (mampu didik),
sedang (mampu latih) dan berat (mampu rawat), cirinya adalah wajah
ceper, jarak kedua mata jauh, hidung pesek, mulut terbuka, lidah
besar, kepala kecil/besar/datar, tidak dapat mengurus diri sendiri
sesuai usianya (dibantu orang lain), perkembangan bicara
terlambat/tidak dapat bicara, sering keluar ludah/cairan dari mulut,
tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
4. Anak disabilitas fisik cirinya adalah anggota gerak tubuh
kaku/lemah/lumpuh kadang tidak simetris, kesulitan
bergerak/berjalan/duduk, terdapat cacat, jari tangan tidak dapat
menggenggam, menunjukan sikap tubuh tidak normal.
5. Anak disabilitas sosial cirinya adalah bersikap membangkang dan
suka berbohong, mudah terangsang emosinya/ mudah marah, sering
melakukan tindakan agresif, merusak dan mengganggu, sering
bertindak melanggar norma sosial/ norma susila/ norma hukum,
kurang/ tidak mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain,
mempunyai perasaan tertekan dan selalu merasa tidak bahagia
6. Anak gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (ADHD) cirinya
adalah kesulitan memusatkan perhatian seperti tidak mau mendengar,
gagal menuntaskan tugas-tugas, sering menghilangkan benda-benda,
suka melamun, pendiam, harus diingatkan dan diarahkan terus
menerus, impulsif atau kesulitan menahan keinginan, suka interupsi,
sulit mengendalikan gerakan, sulit istirahat, tidak dapat duduk lama,
bicara berlebihan, menggerakan jari-jari tak bertujuan (usil), mudah
terpancing.
7. Anak dengan spektrum autisme cirinya meliputi tiga bidang yaitu
gangguan komunikasi/ wicara, interaksi sosial, dan gerakan yang
berulang-ulang (stereotip) dengan derajat ringan sampai berat.

2
8. Anak dengan gangguan ganda adalah memiliki perpaduan dua
hambatan atau lebih, misalnya disabilitas penglihatan dengan
gangguan spektrum autisme, disabilitas penglihatan dengan
disabilitas pendengaran, down sindrom/ disabiltas intelektual dengan
disabilitas pendengaran, dan lain sebagainya.
9. Anak lamban belajar cirinya adalah rata-rata prestasi belajar dibawah
rata-rata dibandingkan teman seusianya, daya tangkap terhadap
pelajaran lambat, butuh waktu lama dan berulang-ulang dalam
menyelesaikan tugas akademik dan non akademik, lebih suka
berteman dengan anak yang usianya signifikan dibawahnya.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pelayanan


kepada pasien anak dan anak dengan ketergantungan bantuan. Di
Rumah Sakit Salsabila Husada menentukan batasan anak dan dewasa
adalah usia 14 tahun. Maka pelayanan kedokteran untuk anak usia<14
tahun dilaksanakan oleh dokter Spesialis Anak, dan untuk usia 14 tahun
keatas dilaksanakan oleh Spesialis Penyakit Dalam.

Anak dengan ketergantungan bantuan/ kebutuhan khusus di RS


Salsabila Husada, diantaranya :

1. Anak disabilitas pendengaran


2. Anak disabilitas penglihatan
3. Anak disabilitas intelektual
4. Anak disabilitas fisik
5. Anak disabilitas social
6. Anak gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (ADHD)
7. Anak dengan spektrum autisme
8. Anak dengan gangguan ganda
9. Anak lamban belajar

4
BAB III
TATALAKSANA
Pada awal seorang anak menjalani perawatan di rumah sakit
seringkali muncul perilaku tidak menyenangkan dan sulit dikendalikan. Hal
ini dikarenakan perasaan mereka penuh dengan beban emosional seperti
cemas, ketakutan, perasaan rendah diri, perasaan marah, depresi,
perasaan tidak berdaya, dan ketergantungan yang berlebihan pada orang
lain (Wahyunin, 2016). Keadaan ini dapat terjadi pada semua tingkat usia
anak.
Bagian terpenting dari asuhan pada anak adalah membantu pasien
anak belajar tentang lingkungan barunya dengan membuat yang asing
dan menakutkan menjadi akrab, agar pasien anak tidak memiliki persepsi
yang salah pada lingkungan yang akan berdampak menimbulkan
kecemasan (McGhie, 1996).

A. Filosofi Keperawatan / asuhan anak


1. Asuhan berfokus pada keluarga
Menerapkan pentingnya keterlibatan dan pemberdayaan keluarga
dalam memberikan asuhan pada anak, penerapannya yaitu dengan
memberikan perhatian pada keluarga, memberikan informasi
dengan jelas agar mereka respons terhadap penyakit serta proses
asuhannya.
Keterlibatan keluarga diperlukan untuk :
a. Adanya kebutuhan anak misalnya aktifitas bermain, program
asuhan.
b. Mempengaruhi proses kesembuhan anak
c. Terlaksananya program asuhan dengan dukungan keluarga.
d. Kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi orang tua pada
anaknya selama program asuhan merupakan bagian yang
penting dalam mengurangi dampak psikologis anak sehingga
rencana asuhan akan tercapai.
e. Aspek psikologis

5
2. Autromatic Care
Adalah asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarga. Autromatic Care sebagai bentuk asuhan turapeutik dapat
diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak
psikologis dan tindakan asuhan yang diberikan dengan
memperhatikan prosedur tindakan yang diberikan atau aspek lain
yang kemungkinan berdampak adanya trauma.

B. Prinsip-prinsip Asuhan Pasien Anak


1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang
unik dengan pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses
kematangan.
2. Anak adalah individu yang mempunyai kebutuhan yang sesuai
dengan tahap pekembangan, meliputi kebutuhan fisiologis (seperti
nutrisi dan cairan, aktifitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain),
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual.
3. Berfokus pada aspek tumbuh kembang anak sehingga
memperhatikan aspek kehidupan anak.
4. Berorientasi pada upaya pencegahan dan peningkatan derajat
kesehatan dan bukan hanya mengobati penyakit.
5. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan anak yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat dalam hal ini
bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan
asuhan pada pasien anak.
6. Anak dikatakan sejahtera jika anak tidak merasakan gangguan
psikologis seperti rasa cemas, takut dan lainnya, dimana upaya ini
tidak terlepas dari peran keluarga.
7. Asuhan meliputi kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, dan mengintervensi asuhan dengan
menggunakan proses asuhan yang sesuai dengan aspek moral
(etik) dan aspek hukum (legal).

6
8. Tujuan perawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan
maturase dan kematangan yang sehat bagi anak dan remaja
sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam kontek keluarga
dan masyarakat.
9. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dengan keluarga akan menyebabkan
kecemasan pada anak sehingga menghambat proses
penyembuhan dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak
10.Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan
pada anak, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan
kewaspadaan anak dalam segala hal.
11.Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak
psikologis)
12. Apabila pencegahan cegera dan nyeri tidak dapat dilakukan maka
cedera/ nyeri akan berlangsung lama dan hal ini akan mengganggu
tumbuh kembang pada anak.
13.Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis
yang berarti dalam kehidupan anak dan akan dapat menghambat
tumbuh kembang dan proses kematangan anak.
14. Modifikasi lingkungan
Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan dan kenyamanan bagi anak sehingga
anak selalu berkembang dan merasa nyaman.

C. Tata Laksana Pada Pasien Anak Dan Anak Dengan


Ketergantungan Bantuan
1. Pasien yang datang ke IGD atau rawat jalan diidentifikasi dan
digolongkan sebagai pasien anak atau anak dengan
ketergantungan bantuan.
2. Identifikasi melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang sesuai indikasi untuk dilakukan asesmen awal.

7
3. Dokter merumuskan rencana asuhan pasien anak dan anak
dengan ketergantungan bantuan, rencana pemeriksaan yang akan
dilakukan termasuk rencana pemberian pengobatan.
4. Dokter memberikan edukasi pada anak dan anak dengan
ketergantungan juga kepada keluarga atau pengasuh tentang
pentingnya pengobatan dan pemeriksaan yang akan dilakukan.
5. Lakukan permintaan persetujuan dan isi formulir
persetujuan/penolakan tindakan oleh keluarga/ wali pasien.
6. Siapkan alat-alat yang diperlukan untuk tindakan/ pemeriksaan
terhadap pasien anak dan anak dengan ketergantungan bantuan.
7. Persiapkan pasien dan tempat melakukan tindakan/pemeriksaan
8. Dalam melakukan tindakan/ pemeriksan/ asuhan perhatikan hal
berikut :
- Kondisi pasien
- Hindari/ meminimalisir terjadinya trauma baik fisik maupun
psikologis pasien dan orang tua
- Meminimalisir dampak perpisahan antara pasien dan orang tua
9. Kolaborasi dengan keluarga atau wali pasien dalam melakukan
tindakan atau pemberian asuhan

8
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap langkah-langkah tindakan pemeriksaan asuhan harus terdokumentasi
dengan baik pada rekam medis pasien. Dokter dan perawat mengisi dokumen
berikut ini :
a. Lembar edukasi pasien mengenai tindakan di rekam medis pasien
b. Formulir persetujuan/ penolakan tindakan medis
c. Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)

Dikeluarkan di :Turen
Pada tanggal : 15 Mei 2019

RUMAH SAKIT SALSABILA HUSADA


KEPALA

SAJI PURBORETNO

SAJI PURBORETNO

16
17

Anda mungkin juga menyukai