MATERI KKA
By. Ns. Wahdaniah, S. Kep
A. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ANAK
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang
sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai
miniatur orang dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang memiliki
kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa.
Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak
sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu
berpegang pada prinsip perawatan anak. Perspektif keperawatan anak
merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun
keluarganya. Isi bahasan perspektif keperawatan anak mencakup
perkembangan keperawatan anak, falsafah keperawatan anak, dan peran
perawat anak.
Untuk dapat memahami perkembangan keperawatan anak, kita
diajak untuk mempelajari evolusi kesehatan anak dan keperawatan anak.
Sebelum abad ke-19 : kesehatan anak kurang mendapat perhatian dari
berbagai pihak,jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan
sangat sedikit sementara epidemic terjadi dibanyak tempat dan tidak ada
kontrol
Akhir abad ke-19 : dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan
anak ( the dark age of paediatric).
Pertengahan thn 1800 : mulai ada studi kesehatan anak yang dilakukan
oleh seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham Jacobi yang
melakukan penyelidikan tentang kesehatan anak, khususnya pada
tunawisma dan buruh. Upayanya didukung oleh seorang wanita yang
bernama Lilian Wald yang mengembangkan pelayanan keperawatan
yang juga berfokus pada pelayanan social, program sosial, dan
pendidikan khusus untuk orang tua dalam hal perawatan anak sakit.
Kerjasama antara anak dan orang tua dapat terjalin hingga program
perawatan dirumah melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan
dalam perawatan anak seperti tindakan mengukur suhu ketika panas dan
dalam pemberian kompres dingin/hangat.
b. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud disini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma. Perhatian khusus kepada
anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang sangat
penting karena masa anak merupakan proses menuju kematangan. Kalau
proses menuju kematangan tersebut terdapat hambatan atau gangguan
maka anak tidak akan mencapai kematangan.
Beberapa kasus yang sering diumpai di masyarakat seperti peristiwa
yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri
dan lain-lain. Apabila hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan
dampak psikologis pada anak dan tentunya akan menganggu
perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic care diberikan kepada
anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan
keprerawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau
aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma. Beberapa
prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat, antara lain:
1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak
3) Mencegah atau mengurangi cedera ( injury) dan nyeri (dampak
psikologis)
4) Tidak melakukan kekerasan pada anak
5) Modifikasi lingkungan fisik
c. Manajemen kasus
Pengelolaaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam
pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian,
penentuan
diagnosis,
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
evaluasi.Pendekatan psikologis yang dilakukan yang mempersiapkan
Manusia (anak)
Sehat sakit
Lingkungan
Keperawatan
a. Anak
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) dalam hal ini
adalah anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari
18 tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik
kebutuhan fisik, psikologis, social dan spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak
KESEHATAN ANAK
Kesehatan merupakan fenomena kompleks yang didefenisikan sebagai suatu keadaan
kesejahteraaan fisik, mental dan social yang komplet dan bukan semata-mata terbebas dari
penyakit.( WHO ).
Indikator yang perlu diperhatikan adalah:
Mortalitas
Morbiditas
Dimana, informasi tentang keduanya memberikan informasi tentang:
Penyebab kematian dan kesakitan
Kelompok usia berisiko tinggi terhadap gangguan/penyakit tertentu
Kemajuan pengobatan dan pencegahan
Bidang/area tertentu dalam konseling kesehatan
MASYARAKAT SEHAT TAHUN 2010
Di tetapkan berdasarkan inisiatif untuk melanjutkan Masyarakat Sehat 2000.
Tujuan dan sasarannya saat ini dikembangkan melalui konsultasi yang luas dan bersifat memiliki
kolaborasi dan melibatkan masyarakat.
Adapun tujuan Indonesia sehat 2010 adalah:
Meningkatkan usia hidup sehat
Menghilangkan kesenjangan kesehatan
Meningkatkan prilaku sehat, perlindungan kesehatan
Menjamin akses ke pelayanan, kesehatan berkualitas
Menekankan pecegahan di komunitas
MORTALITAS DAN MORBIDITAS PADA BAYI DAN ANAK-ANAK
1. MORTALITAS
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada
suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan
pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5
berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
Mortalitas Bayi
Angka mortalitas bayi merupakan jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama tahun
pertama kehidupan, yang kemudian dibagi menjadi mortalitan neonatal (usia <28 hari) dan
mortalitas pascanatal (usia 28 hari-11 bulan)
Proporsi Penyakit penyebab kematian bayi (Depkes, 2004): :
Penyakit system pernafasan 29,5 %
Gangguan perinatal 29,3 %
Diare 13,9 %
Penyakit sistem syaraf 5,5 %
Tetanus 3,68%
Infeksi dan parasit lain 3,5 %
Mortalitas anak-anak
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai
menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari. Angka Kematian
Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat
kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi
buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada
anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
2. MORBIDITAS
Morbiditas dapat merujuk kepada:
pernyataan terkena penyakit (dari bahasa Latin morbidus: sakit, tidak sehat),
derajat kerasnya penyakit,
meratanya penyakit: jumlah kasus pada populasi,
insiden penyakit: jumlah kasus baru pada populasi.
Cacat terlepas dari akibat (contoh cacat disebabkan oleh kecelakaan).
Morbiditas anak-anak
Banyak disebabkan oleh penyakit akut (penyakit pernapasan 50%, infeksi dan penyakit parasit
11%), cedera 15 %, dan ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat
tertentu (Pless dan Pless,1997)
Morbiditas meningkat pada mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.Penyebab utama hal ini
adalah terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan.
11 juta balita dunia meninggal/tahun karena infeksi, 54% berkaitan dengan kurang gizi ( WHO,
2002).Angka kurang gizi (Depkes, 2004):
1989 ; 37,% 2000 : 24,7%
2001 : 26,1% 2002 : 27,3%
2003 : 27,5%
BBLR : 350.000 bayi / tahun
dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap bangsal sehingga akan mengurangi
kesalahan dalam dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
PENGARUH BUDAYA, AGAMA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP KESEHATAN ANAK
Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik dan pola asuh terhadap anak juga dipengaruhi
oleh nilai budaya, agama dan moral yang dianutnya. Ini akan mempengaruhi kesehatan anak
bahkan dimulai sejak ia masih di dalam kandungan ibunya. Setiap keluarga memiliki pandangan
yang berbeda dalam membesarkan anaknya, seperti yang memiliki perbedaan budaya antara
keluarga dengan budaya minang dan keluarga berbudaya batak. Hal-hal yang ditanamkan
terhadap anak-anak mereka berbeda sehingga pola hidup dan kesehatan anaknya juga berbeda
misalnya dalam kesehatan emosional.
KEPERAWATAN PEDIATRIK
Pediatrik berkenaan dengan kesehatan bayi, anak remaja, , pertumbuhan dan perkembagannya
dan kesempatannya untuk mencapai potensi penuh sebagai orang dewasa.Lebih dari seabad yang
lalu ilmu pediactrik muncul sebagai kekhususan dalam menanggapi meningkatan kasadaran
bahwa problem kesehatan anak berbeda dengan orang dewasa dan bahwa respon anak terhadap
sakit dan stres berdeda beda sesuai dengan umur
FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK
KEPERAWATAN ANAK
konsisten dengan pengertian keperawatan
merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga, pencegahan terhadap trauma dan
manajemen kasus.
TUJUAN DAN MANFAAT
Pencapaian derajat kesehatan yang tinggi bagi anak sebagai satu bagian dari sistem pelayanan
kesehatan di keluarga.
Meningkatkan kepuasaan anak dan keluarga
Mengurangi fragmentasi pemberian asuhan
PERAWATAN BERFOKUS PADA KELUARGA (FAMILY CENTERED CARE)
Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan individu mendukung, menghargai dan
meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam memberikan asuhan terhadap anak (Johson,
1989). System pelayanan dan personel harus juga mendukung, menghargai, mendorong dan
meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan
pemberian bantuan efektif (Duns dan Trivette, 1996)
Sebagai seorang perawat, kita harus mampu memfasilitasi keluarga dalam pemberian tindakan
keperawatan langsung, pemberian pendidikan kesehatan pada anak, memperhatikan bagaimana
kehidupan social, budaya dan ekonomi keluarga sehingga dapat membantu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan dari keluarga tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Perawat juga melibatkan keluarga dalam hal ini yaitu dengan cara mengajak kerjasama/
melibatkan dan mengajarkan pada keluarga tentang perawatan anak ketika sehat maupun sakit.
Perawat juga tidak boleh mengabaikan kemampuannya sendiri untuk mengubah sesuatu
menjadi lebih baik
PERAN PERAWAT PEDIATRIK
Hubungan terapeutik
Diterapkan dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga, bersifat empati dan professional
dengan memisahkan peran perawat dari keluarga tanpa mengganggu kenyamanan anak dan
keluarga
Family advocacy/caring
Advokasi meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui yankes yang tersedia,
diinformasikan tentang prosedur dan pengobatannya secara benar. Caring berarti memberikan
yankes secara langsung pada anak.
Disease prevention/Health promotion
Melakukan dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah penyakit baik dari luar
maupun dari dalam tubuh.
Health education
Memberikan pendidikan kesehatan yang bertujuan membantu orangtua dan anak memahami
suatu pengobatan medis, mengevaluasi pengetahuan anak tentang kesehatan mereka, memberi
pedoman antisipasi
Support/counseling
Memberikan perhatian pada kebutuhan emosi melalui dukungan dan konseling. Dukungan
diberikan dengan mendengar, menyentuh dan kehadiran fisik untuk memudahkan komunikasi
nonverbal. Sedangkan, konseling dalam bentuk pertukaran pendapat, melibatkan dukungan,
penyuluhan teknik untuk membantu keluarga mengatasi stress dan mendorong ekspresi perasaan
dan pikiran. Yang membantu keluarga mengatasi stress dan memampukan untuk mendapatkan
tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Pengambil keputusan etis
Prinsipnya, tindakan yang ditentukan adalah yang paling menguntungkan klien, dan sedikit
bahayanya terhadap segala aspek yang berhubungan denagn pelaksanaan asuhan keperawatan.
Seperti dalam kerangka kerja mesyarakat, standar praktik professional, hukum, aturan lembaga,
tradisi religius, sistem nilai keluarga dan nilai pribadi perawat.
Coordination/Collaboration
bekerjasama dengan spesialis / profesi lain dalam mengatasi kesehatan anak.
Peran restoratif
Keterlibatan perawat secara langsung dalam aktivitas pemberi asuhan yang dilakukan atas daar
konsep teori yang berfokus pada pengkajian dan evaluasi status yang berkesinambungan.
Perawat punya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakannya.
Research
melakukan praktik berasarkan penelitian, menerapkan metode inovatif dalam memberikan
intervensi pada anak, melakukannya berdasarkan penelitian dan sesuai rasional.
Health care planning
menggunakan perencanaan & metode yang tepat untuk perawatan anak. Perawat melibatkan
penyediaan layanan yang baru, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
Trend masa depan
Ada beberapa hal yang dituntut :
Pengobatan penyakit (kuratif) menjadi promosi kesehatan (promotif)
Filosofi asuhan berpusat pada keluarga bukan pilihan melainkan kewajiban
Perawat dituntut meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, komputer, membuktikan
keunikan peran mereka dan dituntut lebih mandiri dan melebihi lingkungan asuhan terdahulu.
BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seseorang perawatt
professional.berpikir kritis akan membatu professional dalm memenuhi kebutuhan klien.Berpikir
kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-arahkan yang membatu indivudu membuat
penilaian berdasarkan data bukan perkiraan.Berpikir kritis berdasarkan metode penyelidikan
ilmiah yang juga menjadi akar dalam mengambil keputusan
PROSES KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Proses yang berkesinambungan, diterapkan di seluruh tahap penyelesaian masalah.
Dasar pengambilan keputusan.
Terdiri dari pengumpulan, pengelompokan, dan analisis data.
Dilakukan secara menyeluruh (bio-psiko-sosiokultural-spiritual).
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adl keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses hidup yang aktual maupun potensial (NANDA).
Perawat menginterpretasi dan membuat keputusan tentang data yang telah dikumpulkan.
Komponen: PES (problem, etiology, symptom).
Jenis: aktual, risiko, potensial.
III. PERENCANAAN
Prinsip:
1. Memahami konsep dan karakterisik tum-bang anak.
2. Memahami hubungan anak dengan pengasuh
3. Melibatkan keluarga
4. Orientasi
5. Menciptakan lingkungan yang kondusif
6. Meminimalkan trauma fisik
7. Universal precaution
8. Membantu keperluan pasien
IV. IMPLEMENTASI
Menerapkan intervensi yang dipilih dan melakukan umpan balik.
Prinsip:
1. Jangan menawarkan pilihan apakah bersedia dilakukan tindakan atau tidak
2. Beri kesempatan anak memilih tempat dilakukannya tindakan
3. Jangan membohongi anak bahwa tindakan yang akan dilakukan tidak menimbulkan rasa sakit
4. Jelaskan tindakan secara singkat dan sederhana
5. Perkenankan anak untuk mengeluh/menangis jika terasa sakit
6. Jangan berbisik kepada perawat lain atau keluarga di depan anak
7. Berpikir positif dan asertif
8. Waktu tindakan sesingkat mungkin
9. Libatkan keluarga.
V. EVALUASI
Perawat mengumpulkan, mensortir, dan menganalisis data untuk menentukan apakah tujuan
tercapai, perlu modifikasi rencana, perlu alternatif.
VI. DOKUMENTASI
Pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi dilakukan dengan
adanya bukti tertulis tentang pencapaian hasil, apakah ada kemajuan dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A Aziz Almull .2005. Pengatar Ilmu keperawatan Anak jilid 1. Jakarta: Salemba
Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak volume 1. Jakarta: EGC
Rochemi, Hemi.NS 2009. perspektif keperawatan anak.
http://www.scribd.com/doc/14365045/PERSPEKTIF-KEPERAWATAN-ANAK
(on-line/ diakses tanggal 11 Februari 2010)
Supartini,Yeni. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak 1. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
http://aryuliasunarti.blogspot.com/2010/04/perspektif-keperawatan-anak.html
kepribadian anak termasuk besarnya pengaruhnya terhadap anak tersebut dan faktor-faktor yang
berpengaruh di dalamnya.
BAB II
ISI
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.
Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tetang nilai-nilai kehidupan, baik
agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. F.J. Brown dalam
Syamsu (2000 ; 36) mengemukakan bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologi, keluarga dapat
diartikan dua macam, yaitu a) dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang berhubungan
darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan clan atau marga; b) dalam arti sempit
keluarga meliputi orang tua dan anak.
Kata kepribadian berasal dari bahasa Italia dan Inggris yang berarti persona atau personality
yang berarti topeng. Akan tetapi sampai saat ini asal usul kata ini belum diketahui. Konteks asli
dari kepribadian adalah gambaran eksternal dan sosial. hal ini diilustrasikan berdasarkan peran
seseorang yang dimainkannya dalam masyarakat. Pada dasarnya manusialah yang menyerahkan
sebuah kepribadian kepada masyarakatnya dan masyarakat akan menilainya sesuai degan
kepribadian tersebut. Definisi kepribadian memiliki lebih dari lima puluh arti akan tetapi definisi
kepribadian yang penulis maksud di sini adalah himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau
kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi
yang berbeda-beda yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah
keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi
perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan
anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi
pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung
pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Kedua orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Islam menawarkan
metode-metode yang banyak di bawah rubrik aqidah atau keyakinan, norma atau akhlak serta
fikih sebagai dasar dan prinsip serta cara untuk mendidik anak. Dan awal mula pelaksanaannya
bisa dilakukan dalam keluarga. Sekaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan aturan-aturan
di antaranya pada masa pra kelahiran yang mencakup cara memilih pasangan hidup dan adab
berhubungan seks sampai masa pasca kelahiran yang mencakup pembacaan azan dan iqamat
pada telinga bayi yang baru lahir, tahnik (meletakkan buah kurma pada langit-langit bayi,
mendoakan bayi, memberikan nama yang bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan
dibagikan kepada fakir miskin), khitan dan mencukur rambut bayi dan memberikan sedekah
seharga emas atau perak yang ditimbang dengan berat rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini
sangat berpengaruh pada jiwa anak.
Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga
dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan
memberikan arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam
kehidupan.
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan,
pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam
terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisanlukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Keluarga berperan
sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi
budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan
anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan
kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah
memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Faktor-faktor (genetik dan lingkungan) secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa
menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing-masing saling memiliki
andil dalam menentukan pendidikan dan kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak
banyak dipergunakan maka yang lainnya harus dipertekankan lebih keras. Konteks kepribadian
yang sudah didefinisikan pada pembahasan di atas tidak ada kaitannya dengan kepribadian baik
atau buruk, akan tetapi dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji kepribadian yang baik dan
positif dalam bingkai peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak. Kedua orang
tua memiliki tugas di hadapan anaknya di mana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan
anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus
dipenuhinya. Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka maka orang tua akan
menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak,
konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan,
begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi dan
tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia.
Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani
(manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras
manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu,
maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui
perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa
aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya,
yaitu perwujudan diri (self actualization). Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini
diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga
adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan
yang baik di antara anggota keluarga.Secara psikososiologis keluarga berfungsi sebagai :
(1) pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya,
(2) sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis,
(3) sumber kasih sayang dan penerimaan,
(4) model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang
bak,
(5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat,
(6) pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan
dirinya terhadap kehidupan,
(7) pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan
untuk penyesuaian diri,
(8) stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah
maupun di masyarakat,
(9) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan
(10) sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan
teman di luar rumah.
Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut
pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk
menumbuh kembangkan anaka yang dicintainya. Keluarga yang hubungan antar anggotanya
tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat mengembangkan masalahmasalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.
Dilihat dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga ini dapat diklasifikasikan ke dalam fungsifungsi berikut:
1.Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan
kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu
meliputi (a) pangan, sandang, dan pangan, (b) hubungan seksual suami-istri, dan (c) reproduksi
atau pengembangan keturunan (keluarga yang dibangun melalui pernikahan merupakan tempat
penyemaaian bibit-bibit insani yang fitrah).
2. Fungsi Ekonomis
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk menafkahi anggota keluarganya (istri
dan anak). Maksudnya, kewajiban suami memberi makan dan pakaian kepada para istri dengan
cara yang maruf (baik). Seseorang (suami) tidak dibebani (dalam memberi nafkah), melainkan
menurut kadar kesanggupannya.
3. Fungsi Pendidikan (Edukatif)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Menurut UU No. 2
tahun 1989 Bab IV Pasal 10 Ayat 4: Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan
agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.
4 Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan buaian atau penyemaian bagi masyarakat masa depan, dan lingkungan
keluarga merupakan factor penentu (determinant factor) yang angat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang
mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan
oleh para anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan
kemampuan anak untuk menaati peraturan (disiplin), mau bekerjasama dengan orang lain dan
lain-lain.
5. Fungsi Perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari gangguan, ancaman
atau kondisi yang menimbulkan ketidakyamanan para anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan,
kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya.
7. Fungsi Agama (Religius)
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-ilai agama kepada anak agar mereka memiliki
pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan
anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu
sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun
oleh orang tua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan.
Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah
perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak
tersadari). Sebagian ahli menyebutnya bahwa pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan
pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah
keluaraga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat
terhadap nilai-nilai yang rusak. Sejalan dengan modernitas, sekolah memang berperan sebagai in
loco parentis atau mengambil alih peran orang tua. Tetapi institusi sekolah tidak akan mampu
mengambil alih seluruh peran orang tua dalam pendidikan anak.
Globalisasi, kalau ditinjau dari dampak cultural dan kemajuan teknologi, merupakan wahana
penjajahan oleh kultur yang dominan. Nilai-nilai budaya dominan ini yang sebagian besar tidak
sesuai dengan timbangan moral Indonesia sudah menembus kamar-kamar dan sekeliling kita.
Dalam konteks ini, keluarga bisa dimetafora sebagai sebuah benteng yang mampu menciptakan
imunisasi bukan sterilisasi. Pendekatan imunisasi bermakna bahwa anak tetap berperan aktif
dalam lingkungan global tetapi pendidikan dalam keluarga memberinya kekebalan terhadap
pengaruh-pengaruh negatif dari globalisasi. Dengan kata lain, putra-putri kita diarahkan untuk
secara optimal meraih manfaat dan nilai positif dari globalisasi. Idealnya, kita arahkan mereka
untuk menjadi pemain, bukan penonton apalagi obyek globalisasi. Sedangkan sterilisasi
akan berdampak kurang baik bagi pertumbuhan anaka dan bisa menumbuhkan sikap eskapisme
dan isolatif. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuh kembangkan
fitrah beragama anak. Menurut Hurlock dalam Syamsu (2001 ; 138) Keluarga merupakan
Training Centre bagi penanaman nilai-nilai. Pengembangan fitrah atau jiwa beragama anak,
seyogianya bersamaan dengan perkembangan kepribadiannya, yaitu sejak lahir bahkan lebih dari
itu sejak dalam kandungan.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga sebaiknya diberikan sedini mungkin St. Franciscus
Xaverius mengatakan: Give me the children until are seven and anyone may have them
afterward. Sedangkan menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), seorang sahabat utama
Rasulullah Muhammad (SAW), menganjurkan: Ajaklah anak pada usia sejak lahir sampai tujuh
tahun bermain, ajarkan anak peraturanatau adab ketika meraka berusia tujuh sampai empat belas
tahun, pada usia empat belas sampai dua puluh satu tahun, jadikanlah anak sebagai mitra orang
tuanya.
Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti pendidikan formal, dasar-dasar karakter anak ini sudah
terbentuk. Anak yang sudah memiliki watak yang baik biasanya memiliki achievement
motivation yang lebih tinggi karena perpaduan antara intelligence quotient, emotional quotient
dan spiritual quotient sudah mulai terformat dengan baik. Disamping itu, hal tersebut bisa pula
mengurangi beban sekolah dengan pemahaman bahwa sekolah bisa lebih berfokus pada aspek
bagaimana memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengembangkan
pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan
mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia.
Jika kedua orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya
maka anak-anak akan mencari contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan menyiapkan sarana
penyelewengan anak.
Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi
anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan
terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan
pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka mengajarkan nilai-nilai
agama dan akhlak serta emosional kepada anak-anaknya, pertama mereka sendiri harus
mengamalkannya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan dapat terjadinya perubahan dalam
banyak aspek perkembangan. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan berikutnya. Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka
mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya dan melalui pemahaman
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dan pembentukan karakter atau
kepribadian anak yang bermula dari lingkungan pertama dan lingkungan terkecil yaitu
lingkungan keluarga. Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan
kepribadian anak sangatlah penting. Orang tua adalah contoh atau model bagi anak, orang tua
mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak ini dapat di lihat dari bagaimana orang tua
mewariskan cara berpikir kepada anak-anaknya, orang tua juga merupakan mentor pertama bagi
anak yang menjalin hubungan dan memberikan kasih sayang secara mendalam, baik positif atau
negatif.
B. Saran
Sebaiknya sebagai orang tua hendaknya selalu memperhatikan dan memberikan pengawasan
serta bimbingan kepada anak-anaknya. Hal ini sangat diperlukan karena anak rentan terhadap
pengaruh lingkungan. Orang tua harus memberikan teladan yang baik untuk anak-anaknya
karena orang tua sangat berperan dalam pembentukan kepribadian anak.
DAFTAR PUSTAKA
Gunaryadi (2007, 3 Juni). Pendidikan Nasional, Globalisasi, dan Peranan Keluarga, pada:
http://www.geocities.com/~eunike-net.
Idris, Z. dan L. Jamal, 1992. Pengantar Pendidikan: Jakarta. Grasindo.
Hamalik Oemar, 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar: Bandung. PT. Sinar Baru Algesindo
Hartono Agung dan Sunarto, 2002. Perkembangan Peserta Didik: Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Nana Syaodih, S. 2000. Landasan Psikologi: Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Soemiarti Patmonodewo, 2000. Pendidikan Anak Prasekolah: Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf, 2006. Perkembangan Anak dan Remaja: Bandung. PT. Rineka Cipta.