Anda di halaman 1dari 23

PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK

MATERI KKA
By. Ns. Wahdaniah, S. Kep
A. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ANAK
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang
sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai
miniatur orang dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang memiliki
kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa.
Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak
sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu
berpegang pada prinsip perawatan anak. Perspektif keperawatan anak
merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun
keluarganya. Isi bahasan perspektif keperawatan anak mencakup
perkembangan keperawatan anak, falsafah keperawatan anak, dan peran
perawat anak.
Untuk dapat memahami perkembangan keperawatan anak, kita
diajak untuk mempelajari evolusi kesehatan anak dan keperawatan anak.
Sebelum abad ke-19 : kesehatan anak kurang mendapat perhatian dari
berbagai pihak,jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan
sangat sedikit sementara epidemic terjadi dibanyak tempat dan tidak ada
kontrol
Akhir abad ke-19 : dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan
anak ( the dark age of paediatric).
Pertengahan thn 1800 : mulai ada studi kesehatan anak yang dilakukan
oleh seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham Jacobi yang
melakukan penyelidikan tentang kesehatan anak, khususnya pada
tunawisma dan buruh. Upayanya didukung oleh seorang wanita yang
bernama Lilian Wald yang mengembangkan pelayanan keperawatan
yang juga berfokus pada pelayanan social, program sosial, dan
pendidikan khusus untuk orang tua dalam hal perawatan anak sakit.

Awal tahun 1900 : perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya


penyakit menular. Orang tua dilarang untuk mengunjungi dan membawa
mainan ke RS. Akan tetapi, pada Thn 1940, ditemukan efek psikologis
dari tindakan isolasi yaitu anak menjadi stress selama di RS, begitupun
dengan orang tuanya. Akhirnya, orientasi pelayanan keperawatan anak
berubah menjadi rooming in, yaitu orang tua boleh tinggal bersama
anaknya di RS selama 24 jam.

B. FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK


1. FALSAFAH KEPERAWATAN ANAK
Falsafah keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan
yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada
anak yang berfokus keluarga (family centered care), pencegahan
terhadap trauma (atraumatic care), dan manajemen kasus.
a. Perawatan berfokus pada keluarga (family centered care)
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak
mengingat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan
oleh lingkungan keluarga, untuk itu, keperawatan anak harus mengenal
keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam
kehidupan anak. Keperawatan anak perlu memperhatikan kehidupan
social, budaya, dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola
kehidupan anak selanjutnya factor-faktor tersebut sangat menentukan
perkembangan anak dalam kehidupan dimasyarakat.
Kehidupan anak juga sangat ditentukan oleh bentuk dukungan
keluarga, bila dukungan keluarga sangat baik, maka pertumbuhan dan
perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga pada
anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya
yang dapat mengganggu psikologis anak.
Dengan demikian, dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak,
diperlukan keterlibatan keluarga. Seringkali didapatkan dampak cukup
berarti pada anak apabila ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani
seperti kecemasan bahkan menjadi stres yang apabila dibiarkan maka
upaya penyembuhan sulit tercapai.

Kerjasama antara anak dan orang tua dapat terjalin hingga program
perawatan dirumah melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan
dalam perawatan anak seperti tindakan mengukur suhu ketika panas dan
dalam pemberian kompres dingin/hangat.
b. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud disini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma. Perhatian khusus kepada
anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang sangat
penting karena masa anak merupakan proses menuju kematangan. Kalau
proses menuju kematangan tersebut terdapat hambatan atau gangguan
maka anak tidak akan mencapai kematangan.
Beberapa kasus yang sering diumpai di masyarakat seperti peristiwa
yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri
dan lain-lain. Apabila hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan
dampak psikologis pada anak dan tentunya akan menganggu
perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic care diberikan kepada
anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan
keprerawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau
aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma. Beberapa
prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat, antara lain:
1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak
3) Mencegah atau mengurangi cedera ( injury) dan nyeri (dampak
psikologis)
4) Tidak melakukan kekerasan pada anak
5) Modifikasi lingkungan fisik
c. Manajemen kasus
Pengelolaaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam
pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian,
penentuan
diagnosis,
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
evaluasi.Pendekatan psikologis yang dilakukan yang mempersiapkan

secara fisik, memberi kesempatan pada orang tua dan menciptakan


lingkungan yang nyaman bagi anak dan orang tua.
2. PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berfikir
dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Tanpa batasan dan lingkup
keperawatan tidak mudah dipahami secara jelas. Landasan berfikir
tersebut terdiri dari 4 komponen, yaitu manusia dalam hal ini adalah
anak, keperawatan, sehat sakit, keperawatan dan lingkungan yang dapat
digambarkan sebagai berikut:

Manusia (anak)

Sehat sakit

Lingkungan

Keperawatan

a. Anak
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) dalam hal ini
adalah anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari
18 tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik
kebutuhan fisik, psikologis, social dan spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak

merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari


bayi (0-1 tahun) , usia bermain/ toddler ( 1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5
5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).
Rentang ini berbeda antara satu dengan yang lain mengingat
latarbelakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan
tumbang yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang
anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku
sosial.
Respons emosi terhadap penyakit sangat bervariasi tergantung pada
usia dan pencapaian tugas perkembangan anak. Beberapa respon ini
dapat dilihat pada anak, mulai dari perkembangan bayi hingga remaja.
Misalnya, saat terjadi perpisahan dengan orang tua, maka respon yang
dapat muncul yaitu menangis, berteriak, menarik diri, dan menyerah
pada situasi yaitu diam.
Karena anak merupakan anggota unit keluarga dalam suatu kultur
masyarakat, maka keperawatan anak tidak boleh hanya memperhatikan
anak itu sendiri, akan tetapi kultur keluarga dan masyarakat harus
diperhatikan seperti masalah pengetahuan keluarga, budaya, lingkungan
dan lain-lain.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan, anak selalu diutamakan.
Pemberian prioritas ini oleh karena beberapa perbedaan antara anak dan
dewasa, antaranya :pertama, struktur fisik anak dan dewasa berbeda,
mulai dari ukuran besarnya hingga aspek kematangan fisik. Demikian
juga ketahanan fisik anak lebih rentang. Kedua, proses fisiologis anak
dengan dewasa mempunyai perbedaan dalam fungsi tubuh. Ketiga,
kemampuan berfikir anak kurang sistematis dibanding orang dewasa.
Keempat, tanggapan terhadap pengalaman masa lalu pada anak
cenderung kepada dampak psikologis yang berdampak kepada tumbang
anak.
b. Sehat sakit
Rentang sehat sakit merupakan batasan yang dapat diberikan
bantuan pada pelayanan keperawatan pada anak. Dalam status kesehatan
yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan
meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan
yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam rentang tersebut

anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak


langsung, seperti apabila anak berada dalam rentang sehat, maka upaya
perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf
kesejahteraan baik fisik, social, maupun spiritual. Demikian sebaliknya,
apabila kondisi anak dalam kondisi kristis atau meninggal maka perawat
selalu memberikan bantuan dan dukungan pada keluarga. Batasan sehat
secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan
( WHO,1974 ).
c. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud
adalah lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang berperan
dalam perubahan status kesehatan anak, seperti, keturunan, jenis
kelamin, emosi dan lain-lain.
d. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal dengan melibatkan keluarga seperti adanya dukungan,
pendidikan kesehatan, dan upaya dalam rujukan ketenaga kesehatan
dalam program perawatan anak.
C. PRINSIP PRINSIP KEPERAWATAN ANAK
1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi individu yang unik
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangannya.
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati
anak yang sakit.
4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
kepada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.
5. praktek keperawatan anak mencakup kontarak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah, mengakaji, mengintervensi, dan meningktkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang
sesuai dengan aspek moral ( etik) dan aspek hukum (legal).

6. tujuan praktek keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan


maturasi atau kematangan yang sehat pada anak dan remaja sebagai
mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan
masyarakat.
7. pada masa yang akan datang, kecendrungan keperawatan anak berfokus
kepada ilmu tumbuh kembang anak.
D. PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK
1. Care Giver
2. Sebagai advocate keluarga
3. Pencegah penyakit
4. Pendidikan
5. Konseling
6. Kolaborasi
7. Pengambil keputusan etik
8. Peneliti
E. LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK
Lingkup praktek merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat
pendidikan, dan dalam batas profesi. Sedangkan praktik keperawatan itu
sendiri merupakan tindakan mendiri perawat profesional dengan melalui
kerjasama secara kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Harus berdasarkan kebutuhan dasar
anak yaitu kebutuhan akan tumbuh kembang anak seperti asuh, asih,
asah.
Kebutuhan asuh
Merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Ex : gizi/nutrisi, pencegahan penyakit,
lingkungan sehat, pakaian, rekreasi, dll.
Kebutuhan asih
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak
atau memperbaiki psikologis anak.
Kebutuhan asah

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak,


untuk mencapai tumbang yang optimal dengan memberikan stimulasi
mental sejak dini.

PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK


Diposkan oleh fani_afnan_janati_arysa ,
09, April

KESEHATAN ANAK
Kesehatan merupakan fenomena kompleks yang didefenisikan sebagai suatu keadaan
kesejahteraaan fisik, mental dan social yang komplet dan bukan semata-mata terbebas dari
penyakit.( WHO ).
Indikator yang perlu diperhatikan adalah:
Mortalitas
Morbiditas
Dimana, informasi tentang keduanya memberikan informasi tentang:
Penyebab kematian dan kesakitan
Kelompok usia berisiko tinggi terhadap gangguan/penyakit tertentu
Kemajuan pengobatan dan pencegahan
Bidang/area tertentu dalam konseling kesehatan
MASYARAKAT SEHAT TAHUN 2010
Di tetapkan berdasarkan inisiatif untuk melanjutkan Masyarakat Sehat 2000.
Tujuan dan sasarannya saat ini dikembangkan melalui konsultasi yang luas dan bersifat memiliki
kolaborasi dan melibatkan masyarakat.
Adapun tujuan Indonesia sehat 2010 adalah:
Meningkatkan usia hidup sehat
Menghilangkan kesenjangan kesehatan
Meningkatkan prilaku sehat, perlindungan kesehatan
Menjamin akses ke pelayanan, kesehatan berkualitas
Menekankan pecegahan di komunitas
MORTALITAS DAN MORBIDITAS PADA BAYI DAN ANAK-ANAK
1. MORTALITAS
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada
suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan

pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5
berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
Mortalitas Bayi
Angka mortalitas bayi merupakan jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama tahun
pertama kehidupan, yang kemudian dibagi menjadi mortalitan neonatal (usia <28 hari) dan
mortalitas pascanatal (usia 28 hari-11 bulan)
Proporsi Penyakit penyebab kematian bayi (Depkes, 2004): :
Penyakit system pernafasan 29,5 %
Gangguan perinatal 29,3 %
Diare 13,9 %
Penyakit sistem syaraf 5,5 %
Tetanus 3,68%
Infeksi dan parasit lain 3,5 %
Mortalitas anak-anak
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai
menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari. Angka Kematian
Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat
kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi
buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada
anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
2. MORBIDITAS
Morbiditas dapat merujuk kepada:
pernyataan terkena penyakit (dari bahasa Latin morbidus: sakit, tidak sehat),
derajat kerasnya penyakit,
meratanya penyakit: jumlah kasus pada populasi,
insiden penyakit: jumlah kasus baru pada populasi.
Cacat terlepas dari akibat (contoh cacat disebabkan oleh kecelakaan).
Morbiditas anak-anak
Banyak disebabkan oleh penyakit akut (penyakit pernapasan 50%, infeksi dan penyakit parasit
11%), cedera 15 %, dan ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat
tertentu (Pless dan Pless,1997)
Morbiditas meningkat pada mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.Penyebab utama hal ini
adalah terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan.
11 juta balita dunia meninggal/tahun karena infeksi, 54% berkaitan dengan kurang gizi ( WHO,
2002).Angka kurang gizi (Depkes, 2004):
1989 ; 37,% 2000 : 24,7%
2001 : 26,1% 2002 : 27,3%
2003 : 27,5%
BBLR : 350.000 bayi / tahun

EVOLUSI PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI INDONESIA


Perkembangan pelayanan keperawatan terkini
Era globalisasi dan era informasi yang akhir-akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah membuat
tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara kita. Tidak terkecuali dalam sektor
pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang
harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan
di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan
yang berbasis teknologi informasi. Namun memang kita tidak bisa mnutup mata akan hambatanhambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya adalah keterbatasan SDM
yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi informasi sevara terpadu, masih minimnya
infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat
para perawat di bidang teknologi informasi keperawatan.
Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan,
kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan
keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan
sistem suatu rumah sakit. Pelayanan rumah sakit setidaknya terbagi menjadi dua bagian besar
yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non-medis, sebagai contoh pelayanan medis
dapat terdiri dari pemberian obat, pemberian makanan, asuhan keperawatan, diagnosa medis, dan
lain-lain. Ada pun pelayanan yang bersifat non medis seperti proses penerimaan, proses
pembayaran, sampai proses administrasi yang terkait dengan klien yang dirawat merupakan
bentuk pelayanan yang tidak kalah pentingnya.
Pelayanan yang bersifat medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami perkembangan
teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan
data secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian selanjutnya,
intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yan sudah ditegakkan sebelumnya, hingga hasil
keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan
semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC yang sebelumnya
telah dimasukkan ke dalam database program aplikasi yang digunakan. Namun ada hal yang
perlu kembali dipahami oleh semua tenaga kesehatan yang menggunakan teknologi informasi
yaitu semua teknologi yang berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah alat bantu yang tidak
ada gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya dalam hal ini adalah perawat dengan segala
pengetahuannya tentang ilmu keperawatan.
Contoh nyata yang dapat kita lihat di dunia keperawatan Indonesia yang telah menerapkan
sistem informasi yang berbasis komputer adalah terobosan yang diciptakan oleh kawan-kawan
perawat di RSUD Banyumas. Sebelum menerapkan sistem ini hal pertama yang dilakukan
adalah membakukan klasifikasi diagnosis keperawatan yang selama ini dirasa masih rancu, hal
ini dilakukan untuk menghilangkan ambiguitas dokumentasi serta memberikan manfaat lebih
lanjut terhadap sistem kompensasi, penjadwalan, evaluasi efektifitas intervensi sampai kepada
upaya identifikasi error dalam manajemen keperawatan. Sistem ini mempermudah perawat
memonitor klien dan segera dapat memasukkan data terkini dan intervensi apa yang telah

dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap bangsal sehingga akan mengurangi
kesalahan dalam dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
PENGARUH BUDAYA, AGAMA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP KESEHATAN ANAK
Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik dan pola asuh terhadap anak juga dipengaruhi
oleh nilai budaya, agama dan moral yang dianutnya. Ini akan mempengaruhi kesehatan anak
bahkan dimulai sejak ia masih di dalam kandungan ibunya. Setiap keluarga memiliki pandangan
yang berbeda dalam membesarkan anaknya, seperti yang memiliki perbedaan budaya antara
keluarga dengan budaya minang dan keluarga berbudaya batak. Hal-hal yang ditanamkan
terhadap anak-anak mereka berbeda sehingga pola hidup dan kesehatan anaknya juga berbeda
misalnya dalam kesehatan emosional.
KEPERAWATAN PEDIATRIK
Pediatrik berkenaan dengan kesehatan bayi, anak remaja, , pertumbuhan dan perkembagannya
dan kesempatannya untuk mencapai potensi penuh sebagai orang dewasa.Lebih dari seabad yang
lalu ilmu pediactrik muncul sebagai kekhususan dalam menanggapi meningkatan kasadaran
bahwa problem kesehatan anak berbeda dengan orang dewasa dan bahwa respon anak terhadap
sakit dan stres berdeda beda sesuai dengan umur
FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK
KEPERAWATAN ANAK
konsisten dengan pengertian keperawatan
merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga, pencegahan terhadap trauma dan
manajemen kasus.
TUJUAN DAN MANFAAT
Pencapaian derajat kesehatan yang tinggi bagi anak sebagai satu bagian dari sistem pelayanan
kesehatan di keluarga.
Meningkatkan kepuasaan anak dan keluarga
Mengurangi fragmentasi pemberian asuhan
PERAWATAN BERFOKUS PADA KELUARGA (FAMILY CENTERED CARE)
Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan individu mendukung, menghargai dan
meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam memberikan asuhan terhadap anak (Johson,
1989). System pelayanan dan personel harus juga mendukung, menghargai, mendorong dan
meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan
pemberian bantuan efektif (Duns dan Trivette, 1996)
Sebagai seorang perawat, kita harus mampu memfasilitasi keluarga dalam pemberian tindakan
keperawatan langsung, pemberian pendidikan kesehatan pada anak, memperhatikan bagaimana
kehidupan social, budaya dan ekonomi keluarga sehingga dapat membantu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan dari keluarga tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Perawat juga melibatkan keluarga dalam hal ini yaitu dengan cara mengajak kerjasama/
melibatkan dan mengajarkan pada keluarga tentang perawatan anak ketika sehat maupun sakit.

Konsep dasar Family Center Care


Enabling: melibatkan keluarga (memampukan, memberdayakan, dan kemitraan)
Empowering : pengambil keputusan
ATRAUMATIC CARE
Tujuan utama : DO NO HARM yaitu :
Mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua
Perlindungan
Mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri
PRIMARY NURSING
Mendukung pelaksanaan askep anak
Menjadikan asuhan yang konsisten dan berfokus pada keluarga sebagai komponen integral
pada perencanaan dan pelaksanaan.
MANAJEMEN KASUS (CASE MANAGEMENT)
Sistem pemberian asuhan yang seimbang antara biaya dan kualitas.
PERAN KELUARGA DALAM KEPERAWATAN ANAK
KELUARGA:
Suatu sistem terbuka
terdapat sub / komponen, memiliki tujuan/fungsi, interrelasi dan interdependensi, dipengaruhi
oleh system luar.
FUNGSI KELUARGA:
Merawat fisik anak
Mendidik anak untuk menyesuaikan dengan kultur
Bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak secara psikologis/emosional.
ELEMEN KUNCI FAMILY-CENTERED CARE
Mengenal bahwa keluarga bersifat menetap pada kehidupan anak, sedangkan personil dan
sistem pelayanan berfluktuasi
Memfasilitasi kolaborasi orang tua dan perawat pada semua tingkat asuhan
Menghormati keanekaragaman ras, budaya, dan sosio ekonomi dalam keluarga
Mengenali kekuatan keluarga dan perorangan serta menghormati perbedaan
Mendorong dan memfasilitasi dukungan keluarga dan jaringan kerja
Mengerti dan memasukkan kebutuhan perkembangan bayi, anak, remaja dan keluarga dalam
sistem asuhan.
Menerapkan sistem asuhan yang dpt dilaksanakan secara fleksibel
PRINSIP PERAWATAN ANAK
Perawat tidak boleh mengabaikan ketrampilan & pengetahuan orang tua anak
Perawat tidak boleh mengabaikan kepercayaan anak
Perawat harus selalu memperhatikan keadaan kesehatan mental, spiritual dan fisiknya sendiri

Perawat juga tidak boleh mengabaikan kemampuannya sendiri untuk mengubah sesuatu
menjadi lebih baik
PERAN PERAWAT PEDIATRIK
Hubungan terapeutik
Diterapkan dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga, bersifat empati dan professional
dengan memisahkan peran perawat dari keluarga tanpa mengganggu kenyamanan anak dan
keluarga
Family advocacy/caring
Advokasi meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui yankes yang tersedia,
diinformasikan tentang prosedur dan pengobatannya secara benar. Caring berarti memberikan
yankes secara langsung pada anak.
Disease prevention/Health promotion
Melakukan dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah penyakit baik dari luar
maupun dari dalam tubuh.
Health education
Memberikan pendidikan kesehatan yang bertujuan membantu orangtua dan anak memahami
suatu pengobatan medis, mengevaluasi pengetahuan anak tentang kesehatan mereka, memberi
pedoman antisipasi
Support/counseling
Memberikan perhatian pada kebutuhan emosi melalui dukungan dan konseling. Dukungan
diberikan dengan mendengar, menyentuh dan kehadiran fisik untuk memudahkan komunikasi
nonverbal. Sedangkan, konseling dalam bentuk pertukaran pendapat, melibatkan dukungan,
penyuluhan teknik untuk membantu keluarga mengatasi stress dan mendorong ekspresi perasaan
dan pikiran. Yang membantu keluarga mengatasi stress dan memampukan untuk mendapatkan
tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Pengambil keputusan etis
Prinsipnya, tindakan yang ditentukan adalah yang paling menguntungkan klien, dan sedikit
bahayanya terhadap segala aspek yang berhubungan denagn pelaksanaan asuhan keperawatan.
Seperti dalam kerangka kerja mesyarakat, standar praktik professional, hukum, aturan lembaga,
tradisi religius, sistem nilai keluarga dan nilai pribadi perawat.
Coordination/Collaboration
bekerjasama dengan spesialis / profesi lain dalam mengatasi kesehatan anak.
Peran restoratif
Keterlibatan perawat secara langsung dalam aktivitas pemberi asuhan yang dilakukan atas daar
konsep teori yang berfokus pada pengkajian dan evaluasi status yang berkesinambungan.
Perawat punya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakannya.
Research
melakukan praktik berasarkan penelitian, menerapkan metode inovatif dalam memberikan
intervensi pada anak, melakukannya berdasarkan penelitian dan sesuai rasional.
Health care planning

menggunakan perencanaan & metode yang tepat untuk perawatan anak. Perawat melibatkan
penyediaan layanan yang baru, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
Trend masa depan
Ada beberapa hal yang dituntut :
Pengobatan penyakit (kuratif) menjadi promosi kesehatan (promotif)
Filosofi asuhan berpusat pada keluarga bukan pilihan melainkan kewajiban
Perawat dituntut meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, komputer, membuktikan
keunikan peran mereka dan dituntut lebih mandiri dan melebihi lingkungan asuhan terdahulu.
BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seseorang perawatt
professional.berpikir kritis akan membatu professional dalm memenuhi kebutuhan klien.Berpikir
kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-arahkan yang membatu indivudu membuat
penilaian berdasarkan data bukan perkiraan.Berpikir kritis berdasarkan metode penyelidikan
ilmiah yang juga menjadi akar dalam mengambil keputusan
PROSES KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Proses yang berkesinambungan, diterapkan di seluruh tahap penyelesaian masalah.
Dasar pengambilan keputusan.
Terdiri dari pengumpulan, pengelompokan, dan analisis data.
Dilakukan secara menyeluruh (bio-psiko-sosiokultural-spiritual).
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adl keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses hidup yang aktual maupun potensial (NANDA).
Perawat menginterpretasi dan membuat keputusan tentang data yang telah dikumpulkan.
Komponen: PES (problem, etiology, symptom).
Jenis: aktual, risiko, potensial.
III. PERENCANAAN
Prinsip:
1. Memahami konsep dan karakterisik tum-bang anak.
2. Memahami hubungan anak dengan pengasuh
3. Melibatkan keluarga
4. Orientasi
5. Menciptakan lingkungan yang kondusif
6. Meminimalkan trauma fisik
7. Universal precaution
8. Membantu keperluan pasien
IV. IMPLEMENTASI
Menerapkan intervensi yang dipilih dan melakukan umpan balik.

Prinsip:
1. Jangan menawarkan pilihan apakah bersedia dilakukan tindakan atau tidak
2. Beri kesempatan anak memilih tempat dilakukannya tindakan
3. Jangan membohongi anak bahwa tindakan yang akan dilakukan tidak menimbulkan rasa sakit
4. Jelaskan tindakan secara singkat dan sederhana
5. Perkenankan anak untuk mengeluh/menangis jika terasa sakit
6. Jangan berbisik kepada perawat lain atau keluarga di depan anak
7. Berpikir positif dan asertif
8. Waktu tindakan sesingkat mungkin
9. Libatkan keluarga.
V. EVALUASI
Perawat mengumpulkan, mensortir, dan menganalisis data untuk menentukan apakah tujuan
tercapai, perlu modifikasi rencana, perlu alternatif.
VI. DOKUMENTASI
Pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi dilakukan dengan
adanya bukti tertulis tentang pencapaian hasil, apakah ada kemajuan dalam proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A Aziz Almull .2005. Pengatar Ilmu keperawatan Anak jilid 1. Jakarta: Salemba
Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak volume 1. Jakarta: EGC
Rochemi, Hemi.NS 2009. perspektif keperawatan anak.
http://www.scribd.com/doc/14365045/PERSPEKTIF-KEPERAWATAN-ANAK
(on-line/ diakses tanggal 11 Februari 2010)
Supartini,Yeni. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak 1. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
http://aryuliasunarti.blogspot.com/2010/04/perspektif-keperawatan-anak.html

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPRIBADIAN


ANAK
Oleh :
Mustofa Abi Hamid
0913022055
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya
lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran lingkungan dalam
mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca
kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis
yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa
masalah seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga menyiapkan
sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian
anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya. Rasulullah
saw bersabda, Setiap anak yang dilahirkan berdasarkan fitrah, Kedua orang tuanyalah yang
akan menjadikannya dia yahudi atau nasrani atau majusi.
Perlu ditekankan bahwa lingkungan tidak seratus persen mempengaruhi manusia, karena Allah
menciptakan manusia disertai dengan adanya ikhtiar dan hak pilih. Dengan ikhtiarnya, manusia
bisa mengubah nasibnya sendiri. Dalam tulisan ini penulis ingin mencoba mengkaji peran
lingkungan keluarga dalam pembentukan pribadi seseorang. Lingkungan adalah sesuatu yang
berada di luar batasan-batasan kemampuan dan potensi genetik seseorang dan ia berperan dalam
menyiapkan fasilitas-fasilitas atau bahkan menghambat seseorang dari pertumbuhan.Lingkungan
jika dihadapkan dengan genetik ia adalah faktor luar yang berpengaruh dalam pembentukan dan
perubahan kepribadian seseorang baik itu faktor-faktor lingkungan pra kelahiran atau pasca
kelahiran yang mencakup lingkungan alam, lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial. Dalam
hal ini yang akan dibahas adalah lingkungan sosial yang di dalamnya terdapat lingkungan
keluarga yang sangat berperan dalam pembentukan kepribadian anak dan faktor-faktor di
dalamnya yang memiliki andil besar dalam pembentukan kepribadian tersebut yang tentunya
tidak terlepas dari peran keluarga.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran lingkungan keluarga terhadap pembentukan

kepribadian anak termasuk besarnya pengaruhnya terhadap anak tersebut dan faktor-faktor yang
berpengaruh di dalamnya.
BAB II
ISI
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.
Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tetang nilai-nilai kehidupan, baik
agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. F.J. Brown dalam
Syamsu (2000 ; 36) mengemukakan bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologi, keluarga dapat
diartikan dua macam, yaitu a) dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang berhubungan
darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan clan atau marga; b) dalam arti sempit
keluarga meliputi orang tua dan anak.
Kata kepribadian berasal dari bahasa Italia dan Inggris yang berarti persona atau personality
yang berarti topeng. Akan tetapi sampai saat ini asal usul kata ini belum diketahui. Konteks asli
dari kepribadian adalah gambaran eksternal dan sosial. hal ini diilustrasikan berdasarkan peran
seseorang yang dimainkannya dalam masyarakat. Pada dasarnya manusialah yang menyerahkan
sebuah kepribadian kepada masyarakatnya dan masyarakat akan menilainya sesuai degan
kepribadian tersebut. Definisi kepribadian memiliki lebih dari lima puluh arti akan tetapi definisi
kepribadian yang penulis maksud di sini adalah himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau
kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi
yang berbeda-beda yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah
keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi
perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan
anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi
pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung
pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Kedua orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Islam menawarkan
metode-metode yang banyak di bawah rubrik aqidah atau keyakinan, norma atau akhlak serta
fikih sebagai dasar dan prinsip serta cara untuk mendidik anak. Dan awal mula pelaksanaannya
bisa dilakukan dalam keluarga. Sekaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan aturan-aturan
di antaranya pada masa pra kelahiran yang mencakup cara memilih pasangan hidup dan adab
berhubungan seks sampai masa pasca kelahiran yang mencakup pembacaan azan dan iqamat
pada telinga bayi yang baru lahir, tahnik (meletakkan buah kurma pada langit-langit bayi,
mendoakan bayi, memberikan nama yang bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan
dibagikan kepada fakir miskin), khitan dan mencukur rambut bayi dan memberikan sedekah
seharga emas atau perak yang ditimbang dengan berat rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini
sangat berpengaruh pada jiwa anak.
Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga
dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan
memberikan arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam

kehidupan.
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan,
pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam
terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisanlukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Keluarga berperan
sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi
budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan
anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan
kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah
memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Faktor-faktor (genetik dan lingkungan) secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa
menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing-masing saling memiliki
andil dalam menentukan pendidikan dan kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak
banyak dipergunakan maka yang lainnya harus dipertekankan lebih keras. Konteks kepribadian
yang sudah didefinisikan pada pembahasan di atas tidak ada kaitannya dengan kepribadian baik
atau buruk, akan tetapi dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji kepribadian yang baik dan
positif dalam bingkai peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak. Kedua orang
tua memiliki tugas di hadapan anaknya di mana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan
anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus
dipenuhinya. Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka maka orang tua akan
menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak,
konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan,
begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi dan
tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia.
Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani
(manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras
manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu,
maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui
perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa
aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya,
yaitu perwujudan diri (self actualization). Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini
diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga
adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan
yang baik di antara anggota keluarga.Secara psikososiologis keluarga berfungsi sebagai :
(1) pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya,
(2) sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis,
(3) sumber kasih sayang dan penerimaan,
(4) model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang
bak,
(5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat,
(6) pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan
dirinya terhadap kehidupan,

(7) pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan
untuk penyesuaian diri,
(8) stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah
maupun di masyarakat,
(9) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan
(10) sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan
teman di luar rumah.
Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut
pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk
menumbuh kembangkan anaka yang dicintainya. Keluarga yang hubungan antar anggotanya
tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat mengembangkan masalahmasalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.
Dilihat dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga ini dapat diklasifikasikan ke dalam fungsifungsi berikut:
1.Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan
kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu
meliputi (a) pangan, sandang, dan pangan, (b) hubungan seksual suami-istri, dan (c) reproduksi
atau pengembangan keturunan (keluarga yang dibangun melalui pernikahan merupakan tempat
penyemaaian bibit-bibit insani yang fitrah).
2. Fungsi Ekonomis
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk menafkahi anggota keluarganya (istri
dan anak). Maksudnya, kewajiban suami memberi makan dan pakaian kepada para istri dengan
cara yang maruf (baik). Seseorang (suami) tidak dibebani (dalam memberi nafkah), melainkan
menurut kadar kesanggupannya.
3. Fungsi Pendidikan (Edukatif)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Menurut UU No. 2
tahun 1989 Bab IV Pasal 10 Ayat 4: Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan
agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.
4 Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan buaian atau penyemaian bagi masyarakat masa depan, dan lingkungan
keluarga merupakan factor penentu (determinant factor) yang angat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang
mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan
oleh para anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan
kemampuan anak untuk menaati peraturan (disiplin), mau bekerjasama dengan orang lain dan
lain-lain.
5. Fungsi Perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari gangguan, ancaman
atau kondisi yang menimbulkan ketidakyamanan para anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan,
kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya.
7. Fungsi Agama (Religius)

Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-ilai agama kepada anak agar mereka memiliki
pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan
anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu
sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun
oleh orang tua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan.
Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah
perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak
tersadari). Sebagian ahli menyebutnya bahwa pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan
pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah
keluaraga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat
terhadap nilai-nilai yang rusak. Sejalan dengan modernitas, sekolah memang berperan sebagai in
loco parentis atau mengambil alih peran orang tua. Tetapi institusi sekolah tidak akan mampu
mengambil alih seluruh peran orang tua dalam pendidikan anak.
Globalisasi, kalau ditinjau dari dampak cultural dan kemajuan teknologi, merupakan wahana
penjajahan oleh kultur yang dominan. Nilai-nilai budaya dominan ini yang sebagian besar tidak
sesuai dengan timbangan moral Indonesia sudah menembus kamar-kamar dan sekeliling kita.
Dalam konteks ini, keluarga bisa dimetafora sebagai sebuah benteng yang mampu menciptakan
imunisasi bukan sterilisasi. Pendekatan imunisasi bermakna bahwa anak tetap berperan aktif
dalam lingkungan global tetapi pendidikan dalam keluarga memberinya kekebalan terhadap
pengaruh-pengaruh negatif dari globalisasi. Dengan kata lain, putra-putri kita diarahkan untuk
secara optimal meraih manfaat dan nilai positif dari globalisasi. Idealnya, kita arahkan mereka
untuk menjadi pemain, bukan penonton apalagi obyek globalisasi. Sedangkan sterilisasi
akan berdampak kurang baik bagi pertumbuhan anaka dan bisa menumbuhkan sikap eskapisme
dan isolatif. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuh kembangkan
fitrah beragama anak. Menurut Hurlock dalam Syamsu (2001 ; 138) Keluarga merupakan
Training Centre bagi penanaman nilai-nilai. Pengembangan fitrah atau jiwa beragama anak,
seyogianya bersamaan dengan perkembangan kepribadiannya, yaitu sejak lahir bahkan lebih dari
itu sejak dalam kandungan.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga sebaiknya diberikan sedini mungkin St. Franciscus
Xaverius mengatakan: Give me the children until are seven and anyone may have them
afterward. Sedangkan menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), seorang sahabat utama
Rasulullah Muhammad (SAW), menganjurkan: Ajaklah anak pada usia sejak lahir sampai tujuh
tahun bermain, ajarkan anak peraturanatau adab ketika meraka berusia tujuh sampai empat belas
tahun, pada usia empat belas sampai dua puluh satu tahun, jadikanlah anak sebagai mitra orang
tuanya.
Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti pendidikan formal, dasar-dasar karakter anak ini sudah
terbentuk. Anak yang sudah memiliki watak yang baik biasanya memiliki achievement
motivation yang lebih tinggi karena perpaduan antara intelligence quotient, emotional quotient
dan spiritual quotient sudah mulai terformat dengan baik. Disamping itu, hal tersebut bisa pula
mengurangi beban sekolah dengan pemahaman bahwa sekolah bisa lebih berfokus pada aspek
bagaimana memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengembangkan

potensi konigtif, afektif dan motorik.


Pada perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Pada
perkembangan awal anak, mereka telah menjalin hubungan timbal balik dengan orang-orang
yang mengasuhnya. Kepribadian orang yang terdekat akan mempengaruhi perkembangan baik
sosial maupun emosional. Kerjasama dan hubungan dengan teman berkembang sesuai dengan
bagaimana pandangan anak terhadap lingkungan sekitarnya. Perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri
menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Perkembangan sosial
biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku dalam menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada. Perkembangan sosial anak
sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam
mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak
mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat mereka
berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan
menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam
urusan mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku
kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian
mereka.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan
jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan kreativitas akal
anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya
mereka diberi hak pilih.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini bukan berarti
bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus
memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya
dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku
mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan
kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan
orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati
sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak
berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan
menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak
terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan
kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya
sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.
5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak). Dengan melihat
keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Tugas kedua orang tua adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta

pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan
mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia.
Jika kedua orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya
maka anak-anak akan mencari contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan menyiapkan sarana
penyelewengan anak.
Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi
anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan
terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan
pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka mengajarkan nilai-nilai
agama dan akhlak serta emosional kepada anak-anaknya, pertama mereka sendiri harus
mengamalkannya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan dapat terjadinya perubahan dalam
banyak aspek perkembangan. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan berikutnya. Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka
mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya dan melalui pemahaman
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dan pembentukan karakter atau
kepribadian anak yang bermula dari lingkungan pertama dan lingkungan terkecil yaitu
lingkungan keluarga. Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan
kepribadian anak sangatlah penting. Orang tua adalah contoh atau model bagi anak, orang tua
mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak ini dapat di lihat dari bagaimana orang tua
mewariskan cara berpikir kepada anak-anaknya, orang tua juga merupakan mentor pertama bagi
anak yang menjalin hubungan dan memberikan kasih sayang secara mendalam, baik positif atau
negatif.
B. Saran
Sebaiknya sebagai orang tua hendaknya selalu memperhatikan dan memberikan pengawasan
serta bimbingan kepada anak-anaknya. Hal ini sangat diperlukan karena anak rentan terhadap
pengaruh lingkungan. Orang tua harus memberikan teladan yang baik untuk anak-anaknya
karena orang tua sangat berperan dalam pembentukan kepribadian anak.
DAFTAR PUSTAKA
Gunaryadi (2007, 3 Juni). Pendidikan Nasional, Globalisasi, dan Peranan Keluarga, pada:
http://www.geocities.com/~eunike-net.
Idris, Z. dan L. Jamal, 1992. Pengantar Pendidikan: Jakarta. Grasindo.
Hamalik Oemar, 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar: Bandung. PT. Sinar Baru Algesindo
Hartono Agung dan Sunarto, 2002. Perkembangan Peserta Didik: Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Nana Syaodih, S. 2000. Landasan Psikologi: Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Soemiarti Patmonodewo, 2000. Pendidikan Anak Prasekolah: Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf, 2006. Perkembangan Anak dan Remaja: Bandung. PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai