Anda di halaman 1dari 27

CA MAMAE

(KANGKER PAYUDARA)
A. DEFINISI
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol,
sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun
di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang,
paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
(Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas.
B. ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun
beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian
kanker payudara, yaitu :
Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke
arah sel ganas.
Masa reproduksi yang relatif panjang.

Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

Wanita yang belum mempunyai anak

Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan
wanita yang sudah punya anak.
Kehamilan dan menyusui

Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.


Wanita gemuk

Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih besar pada wanita
yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
(Erik T, 2005, hal : 4346)
C. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,


sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal

terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke
kelenjar interpektoralis.
Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa
hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadangkadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari
menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu
besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu.
(Samsuhidajat, 1997, hal :
534-535)

Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker
di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan
kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di
Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring .
(Anaonim,
2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita.
Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.

D. PATOFISIOLOGI
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung
pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia
permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari
penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon
dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya
lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai estrogen dependent mengandung
reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya
dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara

normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor Estrogen


Receptor Assay (ERA) pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara
hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone
treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy).
(Smeltzer, dkk, 2002, hal :
1589)
E. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang
nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan
lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang
lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal.
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan
padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar
payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)
F. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA
a. Tumor primer (T)
1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm

T1b : Tumor 0,5 1 cm


T1c : Tumor 1 2 cm
5. T2 : Tumor 2 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding
thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau dorange, satelit
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis
b. Nodus limfe regional (N)
1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain
atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
c. Metastas jauh (M)
1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan

2. M0 : Tidak ada metastase jauh


3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
Stadium kanker payudara :
1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau
penyebaran luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada
penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih
besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua
tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada
atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN
supraklavikular.
6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2000, hal :
285)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari
payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.

2. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan


kista.
3. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada
organ lain
4. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
5. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel
tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal :
15-66)

1. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.
Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau
keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.

2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua


payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala,
dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan
telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara.
Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada
ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak
dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa
ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak
kanan.
Penanganan : Pembedahan

Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari


lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan
yang luas dengan kulit yang terkena).
Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua
kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.

Mastektomi radikal yang dimodifikasi : Seluruh payudara, semua atau


sebagian besar jaringan aksial
Mastektomi radikal : Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor
dibawahnya : seluruh isi aksial.
Mastektomi radikal yang diperluas : Sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
Non pembedahan

Penyinaran : Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat
direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar
limfe aksila.

Kemoterapi : Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada


penyakit yang lanjut.
Terapi hormon dan endokrin : Kanker yang telah menyebar, memakai
estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi
hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 1600)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data,
sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses
keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk
mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan .
Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas
kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
Data yang disimpulkan meliputi :
o Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

Riwayat keluhan utama.

Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara,


adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.

Riwayat kesehatan masa lalu ;

Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.


Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
2. Pengkajian fisik meliputi :

Keadaan umum

Tingkah laku

BB dan TB

Pengkajian head to toe

2. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
2. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
3. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma
mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi
dan pemeriksaan reseptor hormon.
3. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :

Nutrisi

Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,


makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan
sesudah masuk RS.

Eliminasi

Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah


masuk RS.

Istirahat dan tidur


Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah
sakit.

Personal hygiene

Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari

Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu

Dikaji sebelum dan pada saat di RS

Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual

Status psikologis

Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien


berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa
rendah diri, mekanisme koping yang negatif.

Status sosial

Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan


masyarakat lain.

Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.

4. Klasifikasi Data
Data pengkajian :

Data subyektif

Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal
sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk,
nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur,
harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.

Data obyektif

Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang
meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara,
hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
5. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang
sama dengan masalah yang didapat pada klien.
6. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta


pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
intake tidak adekuat.
7. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan
perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah
diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi,
rasional, implementasi dan evaluasi.

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan


massa tumor ditandai dengan :
o

DS : - Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke

kanan.
DO : - Klien nampak meringis

- Klien nampak sesak


- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

2. Nyeri tekan tidak ada


3. Ekspresi wajah tenang
4. Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi
selanjutnya.
Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara
efektif dan dapat mengurangi nyeri.
Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri.
Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak
dipersepsikan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
Ditandai dengan :

DS :

Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.

Klien mengeluh badan terasa lemah.

Klien tidak mau banyak bergerak.

DO : klien tampak takut bergerak.


Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria :
1. Klien dapat beraktivitas sehari hari.
2. Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada
keterbatasan gerak.Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam
gerakan dan postur.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
Ditandai dengan :
DS :

Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.

Ekspresi wajah tampak murung.

Tidak mau melihat tubuhnya.

DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.


Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria :

Klien tampak tenang

Mau berpartisipasi dalam program terapi

Intervensi :
Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga
pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali
dan diukur.Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri,
takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.

Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap,


mendekati normal.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
Ditandai dengan :
DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
DO :

Klien jarang bicara dengan pasien lain

Klien nampak murung.

Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya.


Kriteria :

Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.

Klien dapat menerima efek pembedahan.

Intervensi :
Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses
pemecahan masalah
Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses
adaptasi.
Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.


Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
DO :

Adanya balutan pada luka operasi.

Terpasang drainase

Warna drainase merah muda

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.


Kriteria :

Tidak ada tanda tanda infeksi.

Luka dapat sembuh dengan sempurna.

Intervensi :
Kaji adanya tanda tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda tanda infeksi sehingga
dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.

Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.


Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik, rasional : Untuk
menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
Penatalaksanaan pemberian antibiotik, rasional : Menghambat perkembangan
kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Ditandai dengan :
DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria :

Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.

Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.

Intervensi :
Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan
datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.

Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan


cairan yang adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume
sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan
meningkatkan perasaan sehat.
Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan
ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.
Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada.
Anjurkan untuk Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan
terjadinya/berulangnya tumor baru.
7.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang


tidak adekuat, ditandai dengan :

DS :

Klien mengeluh nafsu makan menurun

Klien mengeluh lemah.

DO :

Setengah porsi makan tidak dihabiskan

Klien nampak lemah.

Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.

Hb 10,7 gr %.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi


Kriteria :

Nafsu makan meningkat

Klien tidak lemah

Hb normal (12 14 gr/dl)

Intervensi :
Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan
dalam tindakan selanjutnya.
Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi
sedikit demi sedikit.
Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.

Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.


Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah
tenaga.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk
kebutuhan energi.

8. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian
bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data,
dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya.
9. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.

Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien


ke arah pencapaian hasil.

DAFTAR PUSTAKA:

Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta

Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat,


Jakarta.

Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakarta

Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex


Media Komputindo, EGC ; Jakarta.

CA MAMAE

TUGAS INDIVIDU : MATA KULIAH MATERNITAS

OLEH :
MATIAS BOIMAU
07.060

AKADEMI KEPERAWATAN YAKPERMAS BANYUMAS


Jl. Raya Jompo Kulon, Sokaraja Banyumas
2009

Anda mungkin juga menyukai