PEDAHULUAN
Lanjut usia dapat dikategorikan dalam usia dewasa akhir, yakni pada umur 60
tahun keatas (Sobur, 2003). Usia 60 tahun merupakan masa permulaan tua dan sudah
mengalami kemunduran dalam hal fisik, sosial, dan psikologis. Permasalahan pada
lanjut usia menurut Hurlock (2004) biasanya berupa keadaan yang tergantung dengan
orang lain karena keadaan fisik yang sudah menurun, status ekonomi yang menurun
dan mempengaruhi perubahan pola hidup, proses adaptasi dalam hubungan sosial
karena ditinggal pasangan hidup dan teman seusia karena meninggal dunia,
menurun, serta beradaptasi terhadap kondisi anak-anak yang sudah dewasa. Kondisi
tersebut membuat lanjut usia harus beradaptasi lagi dengan banyak aspek dalam
banyak jumlah lanjut usia tahun (Priatmaja, 2011), sedangkan kondisi lanjut usia
perlu penanganan khusus agar dapat tertangani dengan tepat dalam proses adaptasi
terhadap kondisi dari diri yang terus mengalami penurunan dan mulai melemah.
Proses penanganan pada lanjut usia harus bersifat holistik baik penanganan pada
kondisi fisik, psikologis, serta sosial. Hal tersebut menunjukkan bahwa lanjut usia
meningkatkan kemandirian.
1
Salah satu penanganan pada lanjut usia yang memiliki penyakit degeneratif
yaitu dengan psikoterapi. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu
“Psyche” yang artinya jiwa, pikiran, mental dan “Therapy” yang artinya
dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran. Tujuan dari
psikoterapi adalah memperkuat motivasi untuk melakukan hal yang benar, membantu
4. Apatahap-tahapdariterapiperilaku ?
1.3 Tujuan
5. Untukmengetahuiteknik-teknikkonseling.
2
BAB II
PEMBAHASAN
pendidikan.
berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Penting untuk dicatat bahwa tidak
ada teori tunggal tentang belajar yang mendominasi praktek tingkah laku.
terapeutik umum yang satu ini. Ketimbang memandang terapi tingkah laku
prinsip dan metode yang belum dipadukan kedalam suatu sistem yang
dipersatukan
Salah satu aspek yang paling penting dari gerakan modifikasi tingka
laku adalah penekanannya pada tingkah laku yang bisa didefinisikan secara
3
operasional, diamati dan diukur. Para tokoh menyajikan suatu indikasi objektif
sistematik dan terstruktur pada konseling. Proses belajar tingkah laku adalah
melalui kematangan dan belajar. Selanjutnya tingkah laku lama dapat diganti
berperilaku tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah
4
2.3 Ciri-Ciri dan Tujuan Terapi Behavior
sistematik, juga tidak berakar pada suatu teori yang dikembangkan dengan
baik. Sekalipun memiliki banyak teknik, terapi tingkah laku hanya memiliki
terapeutik.
lain, memusatkan perhatian pada tingkah laku yang nampak dan lengkap,
treatment yang sesuai dengan masalah dan hasil terapi dijabarkan sesuai
5
terapi behavioral juga berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku
diinginkan.
diperhatikan, yaitu:
atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidak puasan dalam jangka
6
Tujuan konseling behaviour adalah untuk membantu klien membuang
tingkah laku yang berlebih (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit).
Tingkah laku yang berlebihan seperti merokok, terlalu banyak main game dan
sering memberi komentar dikelas. Adapun tingkah laku yang deficit adalah
terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. Tingkah
tingkah laku.
7
mengakhiri konseling (evalutiontermination) menurut Rosjidan yang dikutip
berikut :
Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat
ini. Asesmen dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan dan pikiran konseli. Menurut
Kanker dan Saslow yang dikutip oleh Gantina Kumalasari, Eka Wahyuni dan Karsih
1) Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini.
3) Analisis motivasional.
kebehrhasilan self-control.
8
dengan konseli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan
6) Analisis lingkungan fisik sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-
Data tingkah laku ini menjadi data awal (baseline data) yang akan
Menurut Burks dan Engelkes yang dikutip oleh Gantina Kumalasari, Eka
Wahyuni dan Karsih mengemukakan fase goal setting disusun atas tiga
langkah yaitu :
9
1) Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-
dapat diukur.
c. Impelentasi Teknik
dialami oleh konseli (tingkah laku excessive atau deficit). Dalam implementasi
konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi dari
10
1) Menguji apa yang konseli lakukan terakhir.
4) Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli.
Teknik konseling behavioral terdiri dari dua jenis, yaitu teknik untuk
meningkatkan tingkah laku dan untuk menurunkan tingkah laku. Teknik untuk
a. Penguatan Positif
setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah
laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan menetap dimasa
11
akan datang. Reinforcement positif, yaitu peristiwa atau sesuatu yang
12
e) Pada tahap awal, penguatan sosial selalu diikuti dengan penguatan
setelah ditampilkan.
d) Pujian atau hadiah yang kecil tapi banyak lebih efektif dari yang besar
tapi sedikit
13
menyenangkan, misalnya kerjakan dulu PR baru nonton TV.
berikut :
ABC.
kelompok dan kelas, juga pada berbagai populasi mulai dari anak-anak hingga
14
yang diinginkan telah cenderung menetap, pemberian token dikurangi secara
bertahap.
hadiah dalam bentuk berharga setiap kali tingkah laku dikehendaki muncul.
Misalnya memakai pakaian, makan, belajar dan mengatur tempat tidur sendiri.
interval atau ratio dan dapat divariasi dengan hukuman yaitu mengambil
kembali token yang telah didapatkan bila melakukan kesalahan,. Setelah token
mencapai jumlah lalu dapat ditukar dengan reinforcement primer yang disukai
c) Penetapan besaran harga atau poin token yang sesuai dengan perilaku
target.
15
f) Memilih tipe token yang akan digunakan, misalnya bintang, stempel
dan kartu.
k) Lakukan monitoring.
c. Pembentukan ( Shaping )
Shaping adalah membentuk tingkah laku yang sebelumnya belum
langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan. Tingkah laku diubah secra
anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional dan sosial kurang
16
adaptif. Konselor membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
interaksi antara terapis dan pasien untuk membantu menghasilkan perubahan dalam
tingkah laku, pikiran, dan perasaan pasien agar membantu pasien mengatasi tingkah
laku abnormal dan memecahkan masalah – masalah dalam hidup atau berkembang
3.2 Saran
Jika kita mendapatkan lansia dengan gangguan depresi marilah kita bantu
untuk selalu berpikiran positif terhadap apa yang terjadi dan dialami, serta marilah
18
Daftar Pustaka
19