BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
3
c. Manfaat Penelitian
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi dalam
upaya penyempurnaan asuhan keperawatan pada kasus anak dengan masalah
keperawatan defisit perawatan diri pada retardasi mental.
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan
penyempurnaan penanganan kasus anak dengan masalah keperawatan
defisit perawatan diri pada retardasi mental.
2. Bagi Profesi
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi prefosi keperawatan
asuhan keperawatan pada kasus anak dengan masalah keperawatan
defisit perawatan diri pada retardasi mental.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Nilai IQ
Rata-rata 90 110
c. Etiologi
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1
(W.F. Maramis, 2005: 386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental
adalah sebagai berikut.
1. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada
perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan
terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada
akhirnya menimbulkan retardasi mental.
2. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi,
alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan
kelainan berupa retardasi mental. Mungkin juga karena terjadi
kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya
11
d. Manifestasi Klinik
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai
beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang
kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit
tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering
disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):
a. Kelainan pada mata
b. Kejang
c. Kelainan kulit
d. Kelainan rambut
e. Kepala
f. Perawakan pendek
g. Distonia
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah
sebagai berikut:
1. Retradasi Mental Ringan
Keterampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-
tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, deficit kognitif
tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan
egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
2. Retradasi Mental Sedang
Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social
dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih
dini jika dibandingkan retradasi mental ringan.
e. Simtomatologi
1. Pada tingkat ringan (IQ 50 70), indivdu dapat hidup mandiri, namun
memerlukan bantuan beberapa bantuan. Ia mampu mengerjakan
pekerjaan anak kelas enam sekolah dasar dan dapat belajar keterampilan
kejuruan. Koordinasi mungkin sedikit terganggu.
2. Pada tingkat sedang (1Q 35 49), individu dapat melakukan beberapa
aktivitas secara mandiri, namun memerlukan pengawasan. Keterampilan
akademik dapat dicapai sampai kelas dua sekolah dasar. Perkembangan
motorik kemungkinan terbatas pada kemampuan motorik kasar.
3. Pada tingkat berat (IQ 20 34) memiliki karakteristik kebutuhan
pengawasan penuh. Pelatihan kebiasaan sistematis dapat dicapai, tetapi
individu tidak memiliki kemampuan akademis atau kejuruan.
Keterampilan verbal minimal dan perkembangan psikomotorik buruk.
4. Individu yang mengalami retardasi mental sangat berat (IQ kurang dari
20) tidak memiliki kapasitas untuk hidup mandiri. Tidak memiliki
kemampuan untuk perkembangan kemampuan bisa keterampilan
sosialisasi, dan pergerakan motorik halus dan kasar. Individu
memerlukan pengawasan dan perhatian yang terus menerus.
(Townsend,2010:59)
c. Etologi
15
b. Pemeriksaan fisik
d. Alam perasaan
Klien menunjukan ekspresi ceria.
e. Afek
Biasanya selama berinteraksi emosinya labil. Tetapi biasanya
klien juga menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya.
f. Interaksi selama wawancara
- Menunjukkan sikap bersahabat
- Menjawab pertanyaan dengan cukup baik
g. Persepsi
Klien biasa melihat bayangan bayangan aneh
h. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien cukup baik. Biasanya klien menyadari
dimana ia berada
i. Memori
20
b. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman, perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah
status kesehatan klien (Carpenito,2000; Gordon,1976 &Herdman,2012).
Masalah keperawatan yang mungkin bias muncul adalah :
21
mandiri
(Wilkinson,2012)
a. Implementasi
Pada tahap ini perawat yang mengasuh anak sebaiknya tidak
bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan bantuan keluarga.. peran perawat
dilaksanakan sebagai koordinator. Namun perawat juga dapat mengambil
peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
b. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar untuk melihat
keberhasilannya.Evaluasi disusun menggunakan SOAP. Pada tahap ini ada
dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif
yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara terhadap sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan. Evaluasi
sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian
diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,
diteruskan degan perubahan intervensi, atau dihentikan.( Nursalam,2007 :
25)
23
E. Pohon Masalah
RETARDASI MENTAL
Ketererangan:
BAB III
METODOLOGI
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian
observasional diskriptif dengan pendekatan study kasus yaitu studi kasus yang
dilasanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri
dari unit tunggal.
Unittunggal disini dapat berarti satu orang. Unit yang menjadi masalah tersebut
secara mendalam dianalisa baik dari segi yang berhubungan dengan kasusnya sendiri,
faktor resiko, yang mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus maupun
tindakan, dan reaksi dari kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap
sesuatu perilaku atau pemaparan tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus
tersebut hanya berbentuk tunggal, namun dianalisis secara mendalam. Tujuan dari
penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
24
keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok,
lembaga atau masyarakat (Setiadi,2007:131).
Penelitian ini dilakukan untukmempelajari dan mempraktikkan asuhan
keperawatan anak dengan masalah defisit perawatan diri pada anak retardasi
mental.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju utnuk diteliti oleh peneliti
atau subyek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti
(Arikunto,2006). Subyek dalam penelitian ini adalah An.D dengan masalah
keperawatan defisit perawatan diri pada retardasi mental.
D. Jenis Data
a. Data primer
1. Wawancara
Metode yang dipergunakan utnuk mengumpulkan data secara lisan
dari responden atau bercakap cakap berhadapan muka dengan keluarga
dan anak dengan masalah keperawatan defisit perawatan diri pada kasus
retardasi mental.
2. Pengamatan (observasi)
1) Pengamatan terlibat (observasi partisipasif)
Pengamatan benar benar mengambil bagian dalam kegiatan yang
dilkukan, dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi pada
aktivitas yang telah diselidiki. Pengamatan pada anak dengan kasus
retardasi mental meliputi, pengkajian, pengambilan diagnosa,
membuat intervensi, implementasi tindakan, evaluasi, dan
dokumentasi keperawatan.
2) Pengamatan sistematis
Pengamatan yang mempunyai kerangka atau struktur yang jelas.
Pada umumnya observasi sistematika ini didahului suatu observasi
pendahuluan yakni dengan observasi partisipasif.
3) Observasi eksperimental
25
a. Instrumen Penelitian
Adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data dari penelitan (Arikunto,2006). Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah format asuhan
keperawatan anak yang dikombinasi dengan keperawatan jiwa.
Format yang dimaksud terdiri dari pengkajian, diagnosa,
intervensi,implementasi dan evaluasi.
b. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data didahului dengan prosedur birokrasi
atau surat perijina dari direktur Akademi Keperawatan Dharma
Husada Kediri ditujukan kepada Kepala SLB Ngudi Hayu Togogan
Kec.Srengat Kab.Blitar. Setelah itu menunggu hasil balasan dari
kepada Kepala SLB Ngudi Hayu Togogan Kec.Srengat dan
ditanggapi oleh Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri dan
selanjutnya surat perijinan diteruskan ke desa yang dituju sebagai
lahan penelitian agar memberi perijinan untuk pengambilan data
yang dibutuhkan oleh peneliti.
c. Cara pengumpulan data dimulai dari peneliti mencari klien yang
sesuai dengan kasus atau judul penelitiannya. Setelah klien yang
sesuai ditemukan, peneliti melakukan tindakan preorientasi atau
memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan pada
klien. Kemudian lebih lanjut peneliti melakukan inform consent
berkaitan dengan meminta kesediaan klien untuk dijadikan subyek
26
G. Etika Penelitian
Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Inform consent (surat persetujuan)
Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti memperkenalkan
diri, memberikan penjelasan tentang judul studi kasus. Deskripsi tentang
tujuan pencatatan, menjelaskan hak dan kewajiban responden. Setelah
dilakukan penjelasan pada responden penelitiab melakukan persetujuan
sesuai dengan responden tentang dilakukannya penelitian.
2. Anominity (tanpa nama)
Anominity berarti tidak perlu mencantumkan namapada lembar
pengumpulan ata (kuesioner). Penelitian hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data tersebut.
3. Confidentialy (kerahasiaan)
Sub bab menjelaskan masalah masalah responden yang
harusdirahasiakan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan dalam penelitian (Alimul Aziz,2007:93-95).
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi
dari Akademi Dharma Husada Kediri, kemudian kuesioner diberikan
kepada subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang
diteliti.
27
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 .FKUI :JAKARTA
Stuart. WG, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta : EGC
Herdmand T.Heather.2012. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi
2012-2014.EGC:Jakarta