Anda di halaman 1dari 46

Gambaran Kemandirian Perawatan Diri Anak Retardasi Mental Berat

Sebelum dan Setelah Dilakukan Latihan Perawatan Diri


di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang

Oleh
Ningrum Wahyu Setyowati
1401100020
15%-22% masalah kejiwaan terjadi
pada anak dan remaja

Gangguan
Kejiwaan Pada 20% mendapatkan pengobatan
Masa Anak tepat
dan Remaja

Salah satu masalah


awitan pada masa
anak adalah
Retardasi Mental

(Townsend, 1999; dalam Muhith, 2015)


Retardasi Prevalensi retardasi mental kurang lebih
Mental 1% dalam suatu populasi

Di Indonesia, kelainan ini diderita oleh


1% – 3% penduduk

Usia 10 – 14 tahun merupakan usia dengan


kejadian tertinggi pada masa anak sekolah

(Muhith, 2015)
Retardasi Gangguan Perkembangan
Mental
Fungsi intelektual
Self care di bawah rata-rata
Komunikasi
Hubungan interpersonal Minimal ada 2 masalah pada
Hidup di tengah keluarga
Hubungan dengan komunitas
keterampilan adaptif
Rekreasi
Pengambilan kebijakan atau usia < 18 th
Kemampuan akademik
Kesehatan
Pekerjaan
Keamanan (Rudolph, 2006; Sujarwanto, 2005; dalam Zakarya, 2013)
(Davision et al, 2006)
Self Care
Defisit Penurunan Intelegensi
Abnormalitas Fisik

Penurunan dalam aktivitas


mandi, berhias, makan, dan
toileting

(Mubarak et al, 2015; Nurjannah, 2004; dalam Dermawan dan Rusdi, 2013)
Memiliki IQ 20 – 25 Dapat memiliki
Retardasi hingga 35 – 40 abnormalitas fisik
Mental
Berat
Kemampuan dalam komuniksi Keterbatasan
terbatas atau bahkan tidak bisa pengendalian sensorik motorik

Penurunan perawatan diri yang berarti


Dapat dilatih
meskipun tidak
dapat dididik TEORI OREM
 Latihan Perawatan Diri Anak Diterima
Oleh
(Lumbantobing, 2001; Maramis 2009) Masyarakat
(Keliat dan Akemat, 2009) Peningkatan Kemandirian
Perawatan Diri
YPAC Penghuni Asrama 18 anak
Malang

50% tidak mengikuti pendidikan di SLB karena kondisi


anak tidak dapat dididik sehingga hanya diberikan terapi
okupasi, wicara, musik dll

Perawatan diri pada anak yang tinggal di asrama diberikan oleh


pengasuh, namun latihan perawatan diri tidak selalu diberikan
secara teratur karena keterbatasan jumlah pengasuh sehingga
anak yang tinggal diasrama kurang dalam hal peningkatan
kemandirian perawatan dirinya
• Rumusan Masalah
• Tujuan
• Manfaat
1. Teoritis
2. Praktis
 Perawat
 Institusi Pelayanan Kesehatan
 Institusi Pendidikan
 Klien
2.1 Konsep Retardasi Mental
2.1.1 Definisi Retardasi Mental
Kajian 2.1.2 Klasifikasi Retardasi Mental
Teori 2.1.3 Etiologi Retardasi Mental
2.1.4 Kelainan yang Menyertai Retardasi Mental
2.1.4 Penatalaksanaan Retardasi Mental
2.2 Teori Kemandirian Perawatan Diri Orem
2.2.1 Teori Self Care Orem
2.2.2 Teori Self Care Defisit Orem
2.2.3 Teori Nursing System Orem
2.3 Konsep Defisit Perawatan Diri
2.3.1 Definisi Defisit Perawatan Diri
2.3.2 Lingkup Defisit Perawatan Diri
2.3.3 Tingkat Kemampuan Perawatan Diri
2.3.4 Etiologi Defisit Perawatan Diri
2.3.5 Tanda Gejala Defisit Perawatan Diri
2.3.6 Dampak Defisit Perawatan Diri
2.3.7 Standar Prosedur Latihan Perawatan Diri Pada Pasien 
Metode Penelitian
Desain Penelitian

Eksplorasi secara mendalam mengenai


Deskriptif kemandirian perawatan diri (kebersihan
Studi Kasus diri/ mandi dan berhias/ berpakian) anak
retardasi mental berat sebelum dan
setelah dilakukan latihan perawatan diri.
Subjek Penelitian
Seorang Anak Retardasi Mental Berat

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

1. Anak retardasi mental klasifikasi berat (IQ 20-25 hingga 1. Anak retardasi mental
35-40) berat dengan masalah
2. Mengalami ketergantungan perawatan diri sebagian hiperaktif ataupun
dalam hal kebersihan diri/ mandi dan berhias/ berpakaian. menarik diri sehingga
3. Anggota Asrama Yayasan Pembinaan Anak Cacat tidak dapat dilatih.
Malang. 2. Anak mengalami sakit
4. Anak perempuan dengan usia 6 tahun sampai 15 tahun. saat pelaksanaan studi
5. Dapat berkomunikasi sederhana dan dapat dilatih. kasus
6. Dapat menjalin interaksi dengan orang lain.
Lokasi dan Waktu Penelitian

• Lokasi Penelitian
Asrama Yayasan Pembinaan Anak Cacat Malang
• Waktu Penelitian
April-Mei 2017
Fokus Studi

Gambaran perawatan diri (kebersihan diri/ mandi dan


berhias/ berpakaian) anak retardasi mental berat
sebelum dan setelah dilakukan latihan perawatan diri
Definisi Operasional Fokus Studi

Kemampuan anak retardasi mental berat untuk merawat


dirinya sendiri dalam hal mandi dan berhias/ berpakaian
sebelum dan setelah dilakukan latihan perawatan diri 2
kali sehari selama 4 minggu (30 hari) dengan waktu yang
diberikan pada setiap kali latihan selama 90 menit
Parameter

Tingkat kemampuan perawatan diri klien dalam hal:


1. Menyediakan peralatan mandi dan membersihkan
tubuh.
2. Menyiapkan pakaian dan berpakaian serta berhias.
Alat Ukur

Lembar observasi tingkat kemampuan perawatan diri


dari Nanda yang dimodifikasi
Skoring
• 0: Mandiri
Kesimpulan skoring
• 1: Menggunakan alat bantu
ketergantungan
• 2: Memerlukan bantuan orang lain
• 90% – 100%: Ketergantungan
untuk membantu, mengawasi atau
total
mengajarkan
• 70% – 89%: Ketergantungan
• 3: Memerlukan bantuan orang lain
sebagian
dan alat bantu
• 50% – 69%: Semi mandiri
• 4: Memerlukan bantuan total dan
• 26% – 49%: Perlu alat bantu
tidak mampu berpartisipasi dalam
• 0 – 25%: Mandiri Total
aktivitas
Metode Pengumpulan Data
• Teknik Pengumpulan Data  Observasi
• Prosedur Pengumpulan Data
1. Perizinan
2. Menentukan subjek penelitian
3. Informed consent
4. Rangkaian latihan dan evaluasi perawatan diri dengan
melibatkan pengasuh asrama
5. Memeriksa kelengkapan data, mengedit data, dan membuat
kesimpulan.
6. Menyajikan data hasil penelitian
• Instrumen Penelitian
Modifikasi instrumen tingkat kemandirian atau
ketergantungan berdasarkan klasifikasi NANDA
yang berbentuk tabel observasi yang dilengkapi
dengan skoring sesuai tingkat ketergantungan
Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data
• Manual
• Editing (penyuntingan)
• Data observasi dibagi dalam 2 bagian yaitu data sebelum dan setelah
pemberian latihan perawatan diri pada setiap minggunya.
• Kemudian masing-masing diklasifikasikan berdasarkan jenis
perawatan diri
• Tabulasi data dalam bentuk tabel-tabel data untuk memudahkan
melihat adanya perbedaan pada masing-masing data yang terkumpul
 
2. Analisa Data
• Analisa Data Deskriptif
• Skoring Aspek Penilaian (0,1,2,3,4)
• Mencari Kesimpulan Tingkat Ketergantungan
dengan Rumus

• Tabulasi data untuk pengambilan kesimpulan


Penyajian Data

• Tabel
• Tulisan/ tekstular
Etika Penelitian

• Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)


• Tanpa Nama (Anonimty)
• Kerahasiaan (Confidentiality)
Hasil Studi Kasus dan
Pembahasan
Gambaran Lingkungan Studi Kasus
• Pelayanan asrama merupakan pelayanan rehabilitasi sosial di
YPAC
• Jumlah anak binaan sebanyak 18 anak
• Tenaga pengasuh anak 2 – 3 orang, pekerja dapur 1 orang, pekerja
cuci baju 1 orang, pekerja bersih-bersih 1 orang, dan security 1
orang
• Sarana yang ada diasrama yaitu 2 kamar anak binaan dengan total
50 bed tempat tidur, 2 kamar pengasuh anak, 2 unit kamar mandi,
dapur, ruang makan, ruang belajar, dan ruang tamu
Karakteristik Subjek Penelitian
• An. A berusia 14 th merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Diagnosa
anak cerebral palsy dan mental retardation klasifikasi berat (skor IQ 20).
Anak mempunyai riwayat kejang dan tantrum (ledakan emosi)
• Kondisi anak secara umum kurang bersih, rambut tidak tertata rapi, ada
kutu rambut, ada ingus di wajah, gigi kuning dan karies, bau mulut, kulit
sedikit kotor dan terdapat luka garuk serta pakaian kotor dan kurang rapi
• Fungsi motorik kasar dan halus, bahasa dan wicara, serta sosialisasi anak
mengalami keterlambatan
• Anak mendapat terapi okupasi dan terapi wicara 2 kali per minggu
• Anak dibantu secara total dalam perawatan diri oleh pengasuh asrama
Fokus Studi
Kemandirian Perawatan Diri Sebelum Latihan

1. Kebersihan diri/ mandi


• Menyediakan peralatan mandi
Anak mengetahui letak kamar mandi dan dapat memasukinya
dengan ditarik oleh pengasuh. Anak tidak bisa menyiapkan
seluruh peralatan mandi
• Membersihkan tubuh
 Bisa melepas semua pakaian dan dimasukkan ke bak pakaian kotor sesuai arahan pengasuh
dengan berpegangan
 Bisa memposiskan diri di KM dengan berpegangan
 Tidak bisa memencet pasta gigi
 Bisa menggosok gigi hanya bagian depan saja
 Bisa berkumur dengan air yang disediakan pengasuh
 Tidak bisa mengembalikan sikat & pasta gigi ke tempatnya
 Bisa membasahi tubuh sesuai arahan pengasuh dengan berpegangan, kecuali tubuh bag.
belakang anak tidak bisa melakukannya
 Tidak bisa menggunakan shampo
 Hanya bisa menyabun wajah, leher dada, dan perut sesuai arahan dgn berpegangan
 Bisa memebersihkan tubuh dari busa kecuali tubuh bagian belakang dan jari-jari kaki sesuai
arahan dng berpegangan
 Hanya bisa mengeringkan wajah, dada, perut ttp tidak sepenuhnya kering dan handuk terjatuh
(masih dengan arahan dan berpegangan)
2. Berhias/ berpakaian
• Menyiapkan pakaian dan alat berhias
Tidak bisa menyiapkan seluruh pakaian dan alat berhias
• Berpakaian
 Tidak bisa membedakan bagian depan/ belakang pakaian
 Bisa memakai seluruh pakaian dengan bimbingan pengasuh dalam menemukan lubangnya. Anak
melakukan dengan posisi duduk dan berpegangan
 Tidak bisa menarik risleting dan mengkaitkan hak pakaian
 Tidak bisa mengancingkan kancing baju
• Berhias/ berdandan
 Bisa berdiri didepan cermin dengan ditarik pengasuh
 Bisa menyisir rambut, tapi arahnya dari belakang ke depan dan tidak bisa menata dgn belahan
simetris
 Bisa membedaki wajah hanya dibagian mulut dan hidung saja
 Bisa mengembalikan peralatan rias ke tempat semula sesuai arahan
 Bisa memakai sandal tetapi tidak bisa membedakan kanan/ kiri
Proses Latihan Perawatan Diri

• Kegiatan dilakukan 2 kali sehari selama 30 hari. 12


kali oleh peneliti dan selebihnya oleh pengasuh
asrama.
• Latihan dilakukan dengan jenis latihan yang sama
selama 30 hari menggunakan satu paket latihan
Evaluasi Mingguan Kemajuan Perawatan Diri
Aspek Lat. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Menyediakan Belum ada • Bisa masuk KM Bisa menyiapkan • Bisa
peralatan perkembangan tanpa ditarik sabun menyiapkan
mandi tangannya oleh shampo
pengasuh • Bisa membuka
• Bisa menyiapkan kran air
pakaian ganti,
sikat gigi, pasta
gigi dan gayung
dgn arahan
Aspek Lat. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Membersih • Bisa melepas • Bisa memposisikan • Bisa melepas • Bisa menggosok
kan tubuh pakaian atasan diri di KM tanpa pakaian bawahan gigi bagian depan,
tanpa berpegangan berpegangan dan pakaian dalam samping kiri dan
• Bisa menggosok • Berkumur dan tanpa berpegangan kanan
gigi bagian depan mengembalikan sikat • Bisa memberikan • Bisa
dan samping kiri tanpa berpegangan pasta ke sikat gigi mengguyurkan air
dgn berpegangan • Bisa membersihkan • Bisa menggosok disisi kanan & kiri
• Bisa busa dirambut depan, gigi bag depan & tubuh sesuai
mengembalikan wajah, leher dada, samping kiri tanpa arahan tanpa
sikat & pasta gigi perut tanpa berpegangan berpegangan
sesuai arahan dng berpegangan • Bisa menyabun • Bisamengguyur air
berpegangan • Bisa membersihkan dada dan perut disisi belakang
• Mengguyur air di telapak kaki dgn tanpa berpegangan dgn berpegangan
rambut dan wajah berpegangan • Bisa menyabun • Menyabun paha
tanpa berpegangan paha dgn tanpa berpegangan
• Menyabun wajah berpegangan
tanpa berpegangan
Aspek Lat. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Membersih • Bisa • Membersihkan
kan tubuh membersihkan busa di punggung,
busa dirambut bag pantat,
samping dan selangkangan,
belakang tanpa kaki kanan & kiri
berpegangan tanpa
• Bisa berpegangan
membersihkan • Bisa
leher, dada, purut, mengeringkan
tangan dari busa wajah, dada, perut
tanpa berpegangan tanpa
berpegangan
Aspek Lat. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Menyiapkan • Masih tidak bisa • Bisa menyiapkan • Tetap • Bisa menyiapkan
pakaian dan menyiapkan sama pakaian atasan, pakaian dalam
alat berhias sekali bawahan sesuai • Bisa menyiapkan
arahan japit rambut
• Bisa menyiapkan
sisir, bedak, cermin,
sandal sesuai arahan
Berpakaian • Bisa memakai • Tetap • Bisa memakai rok • Bisa memakai
kaos dalam sesuai tanpa berpegangan celana bagian
bimbingan tanpa kanan tanpa
berpegangan berpegangan
tetapi bag kiri
masih
berpegangan
Aspek Lat. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Berhias/ • Tetap • Tetap • Bisa • Bisa membedaki
berdandan membersihkan mulut, hidung,
menyisir dari dan kedua pipi
depan ke belakang
Pembahasan
• Menyediakan peralatan mandi
Perubahan sebelum mendapatkan latihan dan setelah latihan yaitu
An. A bisa menyiapkan peralatan mandi. Namun, jika anak tidak
mendapatkan arahan dari pelatih, ia hanya terdiam saja. Pada teori
klasifikasi retardasi mental dari Lumbantobing (2006) dan Maramis
(2009) menyatakan bahwa anak retardasi mental berat mengalami
penurunan fungsi intelegensi yang jauh dibawah normal (IQ 20–34)
sehingga menyebabkan anak tidak mempunyai inisiatif sehingga anak
harus diperintah oleh pelatih dalam melakukan setiap kegiatan.
• Membersihkan tubuh
Terjadi peningkatan kemampuan anak dalam membersihkan tubuhnya
setelah diberikan latihan. Hal ini sesuai dengan teori retardasi mental dari
Lumbantobing (2006) dan Maramis (2009) bahwa anak dengan retardasi
mental berat masih dapat dilatih untuk meningkatkan kemampuan
perawatan diri sederhana meskipun ia tidak dapat dididik.
Berbagai modifikasi latihan dengan metode yang menyenangakan sangat
diperlukan saat melatih anak. Hal ini diperkuat oleh Efendi (2006) dalam
Nisa (2010) yang juga menyatakan bahwa dalam memberikan terapi
perilaku pada anak retardasi mental, seorang terapis harus memiliki sikap
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pendidikan humanistik, yaitu
penerimaan secara hangat, antusias tingi, ketulusan dan kesungguhan, serta
menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi anak retardasi mental
Tidak adanya peningkatan dalam hal keramas disebabkan karena tidak
konsistennya pemberian latihan. Pada teori retardasi mental dari Lumbantobing
(2006) menyatakan bahwa semua latihan yang diberikan pada seorang penderita
retardasi mental akan dicapai dengan hasil yang lebih baik melalui pengaturan
suasana yang ketat dan konsisten dibandingkan dengan susana yang fleksibel atau
bebas
Selain itu dalam hal membersihkan tubuh bagian belakang dan bawah anak juga
tidak mengalami peningkatan karena anak merasa takut jatuh. Hal ini berhubungan
dengan kelainan penyerta anak yaitu cerebral palsy yang mana sesuai dengan teori
retardasi mental dari Lumbantobing (2006) bahwa salah satu kelainan penyerta anak
retardasi mental dalah cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan gangguan gerakan
otot atau postur yang disebabkan oleh cedera atau adanya abnormalitas
perkembangan di otak. Sehingga pada anak retardasi mental yang mempunyai
kelainan ini dapat mengalami hambatan dalam fungsi motorik, baik motorik kasar
maupun motorik halus.
• Menyiapkan pakaian dan alat berhias
Sebelum mendapatkan latihan, anak tidak bisa menyiapkan pakaian dan
seluruh alat berhias. Setelah mendapatkan latihan, anak bisa menyiapkan
seluruh alat berhias. Latihan diberikan dengan modifikasi memasukkan terapi
bahasa dengan mengucapkan nama benda-benda berulang-ulang kali disertai
dengan menunjukkannya tepat pada pandangan anak, anak perlahan-lahan
mulai memahaminya. Hal ini didukung oleh teori retardasi mental dari
Lumbantobing (2006) dan Maramis (2009) bahwa pada usia sekolah, anak
retardasi mental berat selain dapat dilatih dalam meningkatkan kemampuan
perawatan diri sederhana juga dapat diajarkan untuk belajar bicara dan bahasa
untuk memaksimalkan tercapainya kemandirian
• Berpakaian
Anak tidak bisa mengancingkan baju, menutup risleting, dan
mengkaitkan hak pakaian meskipun sudah dilatih selama 4 minggu (30
hari). Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan pada fungsi motorik
halus anak. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Wardani (2015) bahwa keterbatasan dalam perawatan diri juga
disebabkan oleh keterbatasan dalam pengembangan motorik kasar dan
motorik halus
• Berhias
Sebelum mendapatkan latihan anak bisa melakukan hampir semua
aspek dengan arahan pengasuh tetapi caranya masih kurang tepat. Setelah
mendapatkan latihan, anak bisa melakukannya dengan cara yang hampir
tepat. Anak sudah lama mempunyai kebiasaan untuk menyisir rambut dari
belakang ke depan dan membedaki wajah hanya pada bagian mulut dan
hidungnya saja dan pengasuh tidak segera membenarkan bagaimana cara
yang tepat sehingga mengakibatkan hal itu menjadi kebiasaan bagi anak.
Hal ini sesuai dengan teori retardasi mental dari Lumbantobing (2006)
bahwa semua latihan yang diberikan pada retardasi mental akan dicapai
dengan hasil yang lebih baik melalui pengaturan suasana yang ketat dan
konsisten dibandingkan dengan susana yang fleksibel atau bebas
Keterbatasan
• Proses intervensi yang dilakukan kurang maksimal karena peneliti
tidak melatih anak secara penuh dalam waktu 30 hari. Peneliti hanya
melatih 12 kali pertemuan, selebihnya melibatakan pengasuh asrama.
• Proses evaluasi tingkat kemandirian anak dilakukan bersamaan
dengan proses latihan karena jika anak diarkan sama sekali, anak tidak
mampu melakukan apa-apa
Kesimpulan dan Saran
• Kesimpulan
Sebelum diberikan latihan perawatan diri, kemandirian perawatan
diri An. A dalam hal kebersihan diri/ mandi dan berhias/ berpakaian
berada pada tingkat ketergantungan sebagian, setelah dilakukan
latihan kemandirian anak meningkat menjadi semi mandiri.
• Saran
Bagi Lahan
Bagi Peniliti Selanjutnya
Terimakasih
“From Retardation to Akseleration”

Anda mungkin juga menyukai