Anda di halaman 1dari 9

RESUME MATERI WORKSHOP

“PENGEMBANGAN KOMPETENSI KONSELOR UNTUK ANAK INKLUSI”


(Dr. Ernie C. Siregar, S.Psi.,M.Pd., Psikolog)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Veni Purnamasari, M. Pd

Disusun Oleh :
Firyal Zahrotun Mufida

2111080199

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022/2023
“PENGEMBANGAN KOMPETENSI KONSELOR UNTUK ANAK INKLUSI”
(Dr. Ernie C. Siregar, S.Psi.,M.Pd., Psikolog)

Integrasi siswa berkebutuhan Khusus ke dalam ruang kelas regular berdasarkan


prinsip normalisasi pertama kali diperkenalkan di Skandinavia, kemudian berkembang di
Amerika awal 1970-an.

United Nations (PBB) mengajarkan anak yang ada di Dunia melalui Pendidikan
formal menegenal kebersamaan, harmoni, perilaku anti kekerasan dan menjadi pribadi yang
social. Dengan diadakannya Pendidikan Inklusi diharapkan Masyarakat Dunia yang harmoni,
penuh toleransi serta menghargai setiap perbedaan diantara Umat manusia.

Sistem dalam Pendidikan Inklusi menempatkan dan mengakomodasi semua anak


dalam setting sekolah regular tanpa menghitung keadaan fisik, intelektual, social-, emosi,
Bahasa, atau kondisi-kondisi lain, termasuk anak-anak penyandang cacat, anak berbakat
(gifted children), pekerja anak, anak jalanan, anak di daerah terpencil, anak-anak dari
kelompok etnik dan Bahasa minoritas dan anak-anak yang tidak beruntung dan terpinggirkan
dari kelompok masyarakat. Target subyek pada Pendidikan Inklusi yaitu Siswa Non ABK
dan Siswa ABK, sedangkan Target Perkembangan atau kemampuannya yaitu, Perkembangan
Sosial & Akademik.

Harapannya dengan Sistem Pendidikan Inklusi pertama, Kemampuan Sosial lebih


berkembang, sehingga anak dapat bersikap, berperan dan beperilaku social yang dapat
diterima serta menjadi bagian dari masyarakat di lingkungannya dan masyarakat dunia.
Faktanya, tidak terdapat perbedaan tingkat empati siswa non ABK di sekolah inklusi dan
siswa non ABK di sekolah non Inklusi. Kedua, Mempunyai dampak posistif pada
perkembangan akademis dan social pada siswa ABK yang berada pada kelas Inklusi.
Faktanya, Tidak meratanya kesadaran siswa terhadap Individu dengan berkebutuhan khusus
(disability awareness) pada siswa non ABK di Sekolah Inklusi. Ketiga, Siswa non ABK dapat
belajar menghargai perbedaan, menerima kekurangan serta berprilaku terhadap perbedaan
dan kekurangan tersebut. Faktanya, sedikit sekali interaksi yang dilakukan antara siswa non
ABK dan siswa ABK.

Dalam hal social, Pendidikan inklusi tidak memempatkan ABK & nonABK di
ruangan yang sama, hasilnya Tidak ada Intervensi karena mengharapkan terjadi nya interaksi,
komunikasi, empati secara Ilmiah, pendidkan inklusi yang tercapai yaitu ketika menempatkan
ABK & non ABK pada satu lingkungan sama dan terjadi Interaksi secara nyata dimana anak
non ABK dapat melihat, berbicara serta berinteraksi dengan anak ABK dan pendidik
berperan aktif dalam membangun interaksi diantara siswa tersebut.

Dalam hal Akademik, pendidikan inklusi tidak akan tercapai jika siswa belajar
dengan kurikulum, cara dan standar kelompok siswa, Pendidikan inklusi dikatakan tercapai
ketika proses belajar menyesuaikan kurikulum dan cara belajar sesuai dengan profil siswa
ABK dan standar adalah siswa ABK itu sendiri.

Peran sentral dari penerapan Pendidikan Inklusi berada di pundak konselor sekolah
untuk menumbuhkan kesadaran inklusi terhadap guru sejawat, siswa, sekolah, masyarakat
dan otoritas Pendidikan. Guru BK dibekali ilmu perilaku manusia, dinamika kelompok &
keterimpalan untuk dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan Orang lain.

Dilema Peran, Pemahaman Profil ABK, Ketersediaan Data Asesmen & Kemampuan
Membaca Data Asesmen, Komunikasi & Koordinasi, Dari Profesi Psikologi & Pendidikan
Khusus, Kemampuan Intervensi, Waktu Intervensi.

Peran dan tugas yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan-keterampilan yang


cukup banyak & luas :

1. Profil
2. Menyiapkan Lingkungan belajar dan Intervensi
3. Koordinasi dengan stake holder Sekolah
4. Koordinasi dengan Ahli
5. Assesmen
Alur dan peran dalam Pendidikan Inklusi, yaitu Orang tua dan Guru mengobservasi
dan kemudian merujuk kepada Psikolog, atau psikiater atau bias juga merujuk ke Dokter
Anak, untuk selanjutnya kemudian dicek dan didiagnosa atau diberikan asesmen yang
kemudian diperoleh data hasil diagnosis tersebut yang terbagi kedalam 2 jenis, yaitu Anak
Berkebutuhan Khusus, dan non Anak Berkebutuhan Khusus baik dalam Bidang Sosial
maupun Akademik, yang selanjutnya akan diintervensi dan dibimbing oleh Orthopedagog
untuk ABK, dan Guru BK bagi non-ABK.

Intervensi Pengetahuan & Keterampilan Sosial bagi ABK yaitu, asesmen


kebutuhan, dan bagi anak non ABK yaitu simulasi disabilitas, Interaksi dengan ABK,
Pemberian Materi Informasi Edukasi, yang semua itu bertujuan Belajar hidup bersama,
memahami perbedaan ataupun kekurangan yang ada, bersikap dan berperilaku empati.

Beberapa contoh pemberian materi layanan Informasi :

1. Kita semua sama-sama mempunyai banyak persamaan. Kita mempunyai 2 mata, hidung,
rambut, mulut, telinga, tangan, dan kaki.
2. Di dalam tubuh kita pun, kita mempunyai banyak persamaan. Kita mempunyai Tulang,
Otot, Hati dan Usus
3. Kita pun mempunyai otak yang ada di kepala. Otak kita seperti computer dan berfungsi
sebgai pembawa pesan ke anggota tubuh.
Dalam bidang akademik , guru menyesuaikan tugas akademik & strategi belajar
sesuai dengan kemampuan ABK, dan ABK asesmen kemampuan bertujuan ABK belajar
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.

Peran guru BK adalah memastikan profil anak siswa ABK dipahami & mendapat
hak belajar dan diperlakukan dengan layak, intervensi sosial pada siswa non ABK.

Profil ciri-ciri Autism :

1. Perilaku : Interaksi social yang tidak sesuai, kontak mata buruk, gerakan berulang,
menyakiti diri sendiri, perilaku impulsive, perilaku kompulsif atau pengulangan kata atau
tindakan secara terus-menerus
2. Perkembangan :,gangguan belajar atau keterlembatan bicara pada anak
3. Kognitif : kesulitan dalam memperhatikan atau minat yang intens pada hal-hal tertentu
4. Psikologis : tidak sadar emosi orang lain atau depresi, kedutan, kegelisahan, perubahan
suara atau sensitif terhadap suara.
Prevalensi Di Indonesia, pada tahun 2009 diperkirakan setiap 1 dari 150 anak yang
lahir menderita autism. Prevalensi Autisme lebih tinggi dibandingkan penyakit kanker,
gangguan tulang belakang, down syndrome (Filipek dkk, 1999). Etnis dan kelas ekonomi
tidak mempengaruhi prevalensi autism.

Penyebab Autisme pola asuh, usia orang tua, jarak kehamilan, gangguan yang terjadi
pada sata usia prenatal, natal, dan post natal, bahan kimia, obat-obatan, vaksin, logam berat,
dan Gen.

1. Masalah kognitif : kesulitan memperhatikan, metakognitif, problem solving, theory of


mind.
2. Masalah sekunder : 70-75 % penyandang autisme memenuhi kriteria gangguan retardasi
mental (APA, 1994 dalam Gabriels, 2007). Respon sensory yang tidak normal, 54 %)
penyandang autsime mengalami gangguan tidur (susah tidur, gangguan mimpi buruk
(Mallow, 2004), 30-45 % penyandang autsime mengalami gangguan epilepsy (Gabriels,
2007), Kecemasan, gangguan psikotik, Gangguan pencernaan, ADHD, Gangguan
Koordinasi Perkembangan (Dyspraxia)
Strategi belajar untuk anak autism:
1. Gunakan bahasa kongkrit, sederhana, jelas jangan banyak imbuhan
2. Berikan perintah satu persatu, tahap demi tahap
3. Beri bantuan jika anak tidak dapat mengerjakan
4. Beri bantuan visual
5. Cari tahu apa kesukaan dan kelebihan anak dan fokus pada hal tersebut
6. Beri kesempatan anak untuk berhasil lebih mudah/sering
7. Beri positive feedback jika anak dapat melakukan
8. Gunakan jadwal yang rutin
9. Jika ada perubahan jadwal sampaikan kepada anak
10. Pasangkan anak dengan anak yang berjiwa sosial tinggi dan banyak berbicara
11. Selalu bekerjasama dengan orang tua dan profesional lain
ADHD alias Attention_deficit hyperactivity disorder adalah istilah medis untuk
gangguan mental yang ditandai dengan perilaku impulsive dan hiperaktif. ADHD adalah
gangguan yang menyerang anak-anak dan membuat pengidapnya kesulitan untuk
memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu. Kondisi ini memang menyerang anak-
anak, tetapi gejala yang ditimbulkan bias bertahan hingga remaja bahkan dewasa.

ADHD dikelompokkan menjadi 3 subtipe diantaranya:

1. Dominan Hiperaktif-Impulsif
Anak-anak yang mengidap ADHD tipe ini umumnya memiliki masalah
Hiperaktivitas yang dibarengi dengan Perilaku impulsive.
2. Dominan Inatentif
Pengidap gangguan ADHD tipe ini memiliki ciri sulit untuk menaruh perhatian
penuh pada satu hal dalam satu waktu. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung tidak
bias memperhatikan dengan baik.
3. Kombinasi Hiperaktif- Impulsif dengan Inatentif
Tipe ketiga ini merupakan kombinasi dari semua gejala. Pada tipe ini, anak
menunjukkan ciri hiperaktif, impulsive, dan tidak dapat memperhatikan dengan baik.
Gejala ADHD, yaitu : Pada masa kanak-kanak dan remaja mudah dikenali,
sedangkan pada Orang dewasa lebih sulit dideteksi. Meskipun begitu, Gejala ADHD pada
orang dewasa sebenarnya merupakan tanda-tanda yang sudah terbentuk sejak kanak-kanak.
Ada beberapa gejala umum dari kondisi ini, antara lain :

1. Tidak memperhatikan
2. Hiperaktif
3. Impulsif
Adapun penyebab ADHD belum diketahui secara pasti sampai sat ini. Namun,
kondisi ini diduga bias muncul akibat ada ketidakseimbangan senyawa kimia
(neurotransmitter) di dalam otak. Selain itu, ada beberapa factor yang diduga berkaitan
dengan kondisi ini, seperti, :

1. Factor genetic.
2. Factor Lingkungan, akibat paparan timah yang banyak ditemukan dalam cat.
3. Kelahiran premature,
4. Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alcohol, atau merokok
selama masa kehamilan.
5. Kerusakan atau cedera otak,
6. Ketidakseimbangan senyawa otak (neurotransmitter) dalam otak atau gangguan dalam
kinerja otak.
Ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian (Innatention) :
1. Sering gagal memberikan perhatian pada detail atau membuat ceroboh dalam tugas
sekolah, di tempat kerja, atau dengan kegiatan lain.
2. Sering mengalami kesulitan memusatkan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain.
3. Seringkali tampak tidak mendengarkan ketika diajak bicara secara langsung.
4. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, tugas, atau
tugas di tempat kerja (mis., kehilangan fokus, teralihkan).
5. Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan melakukan tugas yang membutuhkan
usaha mental dalam jangka waktu yang lama (seperti tugas sekolah atau pekerjaan
rumah).
6. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas dan aktivitas (misalnya
perlengkapan sekolah, pensil, buku, peralatan, dompet, kunci, dokumen, kacamata,
telepon genggam).
7. Sering mudah terganggu
8. Sering pelupa dalam aktivitas sehari-hari.
Ciri-Ciri Hiperaktif Dan Impulsif:
1. Sering gelisah dengan atau mengetuk tangan atau kaki, atau menggeliat di kursi.
2. Sering meninggalkan tempat duduk dalam situasi di mana diharapkan untuk tetap duduk.
3. Sering berlari atau memanjat dalam situasi yang tidak sesuai (remaja atau orang dewasa
mungkin terbatas pada perasaan gelisah).
4. Seringkali tidak dapat bermain atau mengambil bagian dalam kegiatan waktu luang
dengan tenang.
5. Sering bertindak seolah-olah mengambil ancang ancang dan "digerakkan oleh motor".
6. Sering berbicara berlebihan.
7. Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai.
8. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran.
9. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya, menyela percakapan atau
permainan)
Strategi Belajar Untuk Anak Dengan ADHD:
1. Ada Panduan Instruksi, Visualkan Jika Perlu
2. Kurangi Banyak Memberitahu
3. Desain Pembelajaran Dimana Anak Cepat Merespon Secara Aktif, Bangkit Dan
Bergerak Dari Kursinya
4. Perbanyak Kurikulum Dengan Banyak Melakukan Bukan Banyak Mendengarkan
5. Desain Pengerjaan Tugas Dari Ringan Sampai Sulit
6. Pasangkan anak dengan anak lain yang dapat mengendalikan dirinya
7. Berikan feedback yang sering
8. Berikan tugas yang paling sulit pada waktu dimana anak paling aktif
9. Gunakan pengingat waktu/timer
DISABILITAS INTELEKTUAL :
Disabilitas intelektual melibatkan gangguan kemampuan mental umum
yang berdampak pada fungsi adaptif dalam tiga domain, atau area.
Domain-domain ini menentukan seberapa baik seorang individu mengatasi tugas
sehari-hari:
FUNGSI INTELEKTUAL
• Ranah konseptual meliputi keterampilan berbahasa, membaca, menulis,
matematika, menalar, pengetahuan, dan ingatan.

FUNGSI ADAPTIF
• Domain sosial mengacu pada empati, penilaian sosial, keterampilan komunikasi
interpersonal,kemampuan untuk membuat dan mempertahankan persahabatan,
dan kapasitas serupa.
• Domain praktis berpusat pada manajemen diri di berbagai bidang seperti
perawatan pribadi, pekerjaan, tanggung jawab, pengelolaan uang, rekreasi, dan
mengatur tugas sekolah dan pekerjaan.
Strategi Belajar Untuk Anak Dengan Intellectual Disability /Retardasi Mental :
a. Pelajari kelebihan dan minat anak dan fokus pada hal itu
b. Adaptasikan kurikulum
c. Berikan tugas secara konkrit, demonstrasikan jika bisa.
d. Minimal instruksi verbal
e. Perbanyak panduan cara mengerjakan secara visual dan perbanyak kesempatan
untuk mengerjakan
f. Pecah tugas dan ajari langkah demi langkah
g. Pasangkan anak dengan anak lain yang mempunyai kesabaran untuk
menerangkan
h. Ajari bantu diri
i. Bekerjasama dengan orang tua dan profesional lain

APA YANG HARUS DILAKUKAN GURU BK ?


1. Fokus kepada siswa non ABK dengan mengajarkan cara menerima keragaman dan
menghargai perbedaan.
2. Mempelajari Intervensi Keterampilan Sosial siswa non ABK dengan 3 cara :
Simulasi + Meningkatkan Interaksi siswa ABK dan non ABK + Memberikan materi
Informasi
3. Mempelajari cara membaca hasil asesmen, terutama sub aspek dalam tes IQ untuk
melihat potensi masalah dan potensi bakat.
4. Membuka link seluas dan sebanyak mungkin dengan ahli lain, dokter
anak/psikolog/orthopedagog
5. Koordinasi dengan semua stake holder sekolah untuk memperjuangkan siswa ABK
untuk mendapatkan hak BELAJAR dan DIPERLAKUKAN DENGAN LAYAK.

Anda mungkin juga menyukai