TUGAS 3
Anak tunadaksa dapat mengikuti pendidikan pada sekolah berasrama, sekolah tidak
berasrama, kelas khusus penuh, kelas regular dan khusus, kelas umum dibantu oleh guru
khusus, kelas dengan konsultan guru-guru umu dan kelas biasa, serta ruang sumber.
2. Gangguan emosional dan sosial atau perilaku anak tunalaras adalah sebagai berikut:
a) Aspek emosional :
Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti tekanan
batin dan rasa cemas.
Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan dan sangat
sensitive atau perasa.
b) Aspek sosial
Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan ciri-ciri:
perilaku tidak terima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma
budaya dan perilaku melanggar aturan keluarga, sekolah dan rumah
tangga.
Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti
aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau
menentang dan tidak dapat bekerjasama.
Kebutuhan pendidikan anak tunalaras dapat dipenuhi dengan cara menata lingkungan
sekolah yang kondusif, agar anak tidak berkembang kearah tunalaras dan kegagalan
akademik. Lingkungan yang menyenangkan, tidak membosankan. Harmonis dalam
hubungan, penuh perhatian, menerima apa adanya dan terbuka, serta teladan yang baik
akan mengantarkan anak untuk mencapai keberhasilan pendidikannya.
3. Kesulitan belajar akademik merupakan suatu kondisi yang secara signifikan menghambat
proses belajar membaca, menulis dan operasi berhitung. Kesulitan tersebut tampak ketika
anak sudah masuk sekolah dan prestasinya dibawah potensi yang dimilikinya.
Dari hasil penelitian para ahli diagnostic, ditemukan empat factor yang dapat
memperberat gangguan dalam belajar, yaitu:
I. Kondisi fisik.
Kondisi fisik meliputi, gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan
keseimbangan dan orientasi ruang, body image yang rendah, hiperaktif serta
kurang gizi.
II. Faktor Lingkungan
Lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah yang kurang menguntungkan bagi
anak, akan menghambat perkembangan sosial, psikologis dan pencapaian prestasi
akademis.
III. Factor Motivasi dan Afeksi
Kedua factor ini dapat memperberat anak yang mengalami berkesulitan belajar.
Anak yang selalau gagal pada satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran
cenderung menjadi tidak percaya diri.
IV. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis anak berkesulitan belajar terganggu sebagai akibat dari
gangguan perhatian, persepsi, visual, persepsi pendengaran, persepsi motoric,
ketidakmampuan berfikir dan keterlambatan dalam kemampuan berbahasa.
5.
Program Pengajaran Individual
IDENTITAS ANAK
Hasil asesmen dari Samuel Jackson Silalahi berdasarkan asesmen yang kami lakukan
pada oktober 2022, kami mendapatkan hasil anak tidak dapat mendengar suara yang ada
di sekitarnya, sehingga anak tidak mampu mengenal bunyi, mengenal suara latar
belakang, dan membedakan bunyi serta juga pemahaman. Hal ini dikarenakan anak
hanya memiliki sisa pendengaran 20% pada telinga sebelah kiri dan kehilangan
pendengaran total pada telinga sebelah kanan.
- Sulit untuk mengungakapkan gagasan secara lisan
- Pendiam dan jarang berkomunikasi dengan teman/guru
- Suka menyendiri dan kurang bergaul dengan teman
- Kurang percaya diri
- Hafal semua huruf abjad dan bisa menuliskannya
- Bisa membaca 2 suku kata/3 suku kata
- Membaca kalimat sederhana kesulitan dan masih membutuhkan bimbingan guru
- Mampu membilang angka satuan (1-20)
- Mampu menuliskan bilangan antara 1-20
- Mampu menjumlah bilangan 1-20 tetapi dengan bantuan alat peraga seperti biji-
bijian, gambar buah/bunga
- Mampu berkomunikasi dengan baik kepada orang tua ketika di rumah.