Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT KESULITAN BELAJAR

Yosi Wan Satri Sianipar, Yosindi Tammaro Aruan,

Yesika Siburian, Susy Alestriani Sibagariang, S.Pd.,MM

FKIP Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

Abstrak: Kesulitan belajar merupakan gangguan dalam suatu proses psikologis dasar yang
dapat mengganggu pemahaman dan intelektual pada individu, dan orang tua memegang
peranan penting dan bertanggung jawab terhadap pendidikan keluarga dan masa depan anak-
anak mereka sebagai bentuk dukungan orang tua terhadap anak, sehingga dalam kenyataanya
dukungan orangtua akan mempengaruhi kesulitan belajar anak, Tujuan penelitian untuk
mengetahui gambaran Dukungan Orang tua Pada Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
disetiap wilayah yang kami kunjungi. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Variabel pada
penelitian ini adalah dukungan orang tua pada kesulitan belajar anak. Besar sampel 27
responden, pengambilan data menggunakan kuesioner. Pengolahan data dengan proses editing,
coding, scoring dan tabulating. Hasil penelitian dari 27 responden, sebagian besar (63%)
responden mempunyai dukungan orangtua baik, sebagian kecil (22,2%) mendapatkan dukungan
orang tua cukup baik dan (14,8%) tidak mendapatkan dukungan orang tua. Simpulan penelitian
ini adalah sebagian besar siswa yang mengalami kesulitan belajar mendapatkan dukungan
orang tua baik diwilayah mereka, sehingga orang tua mampu menjalankan perannya untuk
mendukung anak agar tidak mengalami kesulitan belajar.

Kata Kunci: Hakikat Kesulitan belajar , dan dukungan orangtua.


PENDAHULUAN

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat mendasar
dalam setiap penyelenggaraan dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika
berada di lingkungan sekolah maupun di rumah atau keluarga sendiri. Pada masa sekarang ini
banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami
oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja. Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa
yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami
kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan itu merupakan kondisi belajar yang
ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan. Belajar ini tidak selalu
disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental) tetapi juga disebabkan oleh
faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar, karena dalam rangka

Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of
Education (USOE) pada tahun 1977, yang hampir identik dengan definisi yang dikeluarkan oleh
The National Advisory Committee on Handicapped Children tahun 1967 (Mulyono
Abdurrahman,1995: 9-10). Definisi tersebut berbunyi: belajar khusus adalah suatu gangguan
dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa, ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin dapat dilakukan dalam bentuk kesulitan
mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung.

Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan persepsi, luka pada otak,
disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki
problema belajar yang utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, penglihatan
atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau kemiskinan
lingkungan, budaya, atau ekonomi.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Hakikat Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan


seorang siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada
umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentusehingga ia terlambat atau bahkan tidak
dapatmencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya,
kesulitan belajar yang dialami siswa tidak selalu disebabkan oleh rendahnya tingkat intelegensia
atau kecerdasan siswa. Namun demikian, kesulitan belajar dapat disebabkan juga oleh banyak
factor seperti faktor-faktor fisiologis, psikologis, sarana dan prasarana dalam belajar dan
pembelajaran serta faktor ligkungan belajarnya.

Kesulitan dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang sukar, sedangkan belajar
adalahsuatu proses perubahan tingkah laku seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa. Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
adalah gangguan yang dialami oleh sesorang terhadap proses belajarnya karena beberapa faktor
yang mempengaruhinya sehingga berakibat pada prestasi belajarnya. Kesulitan belajar dapat juga
diartikan sebagai keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran dalam proses perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Kesulitan belajar juga
bisa ditandahi ketika seseorang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, sulitnya seseorang
memahami materi pelajaran.

2. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat


dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

- Faktor internal

Faktor internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa antara lain,
kemampuan intelektual, perasaan dan kepercayaan diri, motivasi, kematangan untuk belajar,
usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat , serta kemampuan mengindra
seperti melihat, mendengarkan, membau dan merasakan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono faktor internalyang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi
siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat
inteligensia pada umumnya yang rendah, bakat terhadap mata pelajaran yang rendah, minat
belajar dan motivasi yang kurang.

- Faktor eksternal

menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa dapat berupa guru, kualitas pembelajaran, instrument
dan fasilitas pembelajaran, serta lingkungan sosial dan alam.Sedangkan menurut Abu Ahmadi
dan Widodo Supriyono faktor eksternal yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa
yaitu :

a. Faktor Nonsosial

Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa
peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang
belajar yang kurang layak dan waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin.
Kelompok faktor nonsosial lainnya dapat berupa keadaan udara, suhu, cuaca, waktu (pagi,siang,
atapun malam). Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas harus kita atur sedemikian
rupa sehingga dapat membantu (menggunakan) prose belajar secara maksimal. Letak sekolah
atau tempat belajar misalnya harus meenuhi syarat-syarat seperti di temoat yang tidak terlalu
dekat dengan kebisingan, demikian juga dengan alat-alat pelajaran serta bangunannya.
b. Faktor Sosial

Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama
manusia). Faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan belajar pada
siswa seperti faktor keluarga, sekolah ,teman bermain, dan lingkungan masyarakat.

3. Penyebab Hakikat Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik
atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya
kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik
teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat dari sekolah.

Secara garis besar Faktor penyebab kesulitan belajar siswa dapat diantaaranya menjadi dua yaitu:

1. Faktor Fisiologis, adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang
sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita
perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat
tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli,
bisu, dan lain sebagainya.

2. Faktor Sosial, yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di
rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan
anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain
itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau
bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.Faktor
sosial siswa juga meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung
aktivitas belajar siswa..

C. Diagnosa Kesulitan Belajar

Menurut Sugihartono dkk,diagnosis kesulitan belajar dapat diterjamahkan sebagai sebuah


proses yang dilakukan oleh guru untuk menentukan masalah atau ketidak mampuan siswa
dalambelajar yang dilakukan dengan cara meneliti berbagai latar belakang faktor penyebabnya
dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak dan dapat dipelajari. Namun demikian,
yang perlu dipahami, kegiatan diagnosis kesulitan belajar bukan hanya sekedar mengetahui
gejala-gejala dan faktor-faktor yang menyebabkan seorang siswa mengalami kesulitan belajar,
namun juga sampai pada penentuan kemungkinan bantuan yang dapat diberikan baik oleh guru
ataupun pihak lain yang dianggap mampu. Oleh sebab itu, kegiatan diagnosis kesulitan belajar
merupakan suatu proses dan upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang
kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data /informasi
selengkap dan seobyektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan serta
mencari alternative kemungkinan pemecahannya.

Dengan demikian, diagnosis kesulitan belajar dapat dikatakan sebagai sebuah proses
untuk melakukan identifikasi kesulitan belajar pada siswa dalam upaya menentukan sumber dan
factor penyebabnya. Tujuannya adalah membantu siswa mengatasi kesulitan belajarnya melalui
berbagai alternatife pemecahannya atas dasar data/informasi yang lengkap dan akurat yang telah
terkumpul

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-
langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang
dialamai siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar. Banyak
langkah diagnostic yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur
Weener and Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut :

1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan.
3. Mewawancari orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
D. Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya.
Akan tetapi, akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih
dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut :

1. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah yang benar


mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan
perbaikan.
3. Menyusun program perbaikan, khusunya program remedial teaching (pengajaran
perbaikan).

Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah selatjutnya,


yakni melaksanakan program perbaikan.

1. Analisis Hasil Diagnosis

Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu
dianalisis sedemikan rupa, sehingga kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah
itu dapat diketahui secara pasti. Contoh : Badu mengalami kesulitan khusus dalam memahami
konsep kata “polisemi”. Polisemi ialah sebuah istilah yang menunjuk kata yang memiliki dua
makna atau lebih. Kata “turun” umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun
harga, turun tangan, dan sebagainya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga dapat diapaki
dalam banyak frase seperti : naik daun,naik darah, naik banding, dan seterusnya.

2. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah

Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan
tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan ini
dapat dikategorikan menjadi tiga macam :

a. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.


b. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan
orang tua.
c. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun
orangtua.

Kembali ke soal Badu, ternyata dari hasil diagnosis diketahi bahwa ia belum memiliki
kecakapan memahami konteks kalimat, khususnya kalimat-kalimat yang mengandung elemen
polisemi. Akibatnya sebuah kata yang arti aslinya “X” dalam sebuah konteks kalimat dia pahami
sebagai “X” juga dalam konteks kalimat lain.

3. Menyusun Program Perbaikan

Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya


guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Tujuan pengajaran remedial.

b. Materi pengajaran remedial.

c. Metode pengajaran remedial.

d. Alokasi waktu pengajaran remedial.

e. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.

Melaksanakan Program Perbaikan

Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja
akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan
siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan) memusatkn perhatiannya terhadap proses
pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing
kemungkinan digunakannya ruang Bimbingan dan Penyuluhan yang tersedia di sekolah dalam
rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.

Selanjutnya untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kiat


pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku
khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu, guru juga dianjurkan untuk
mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai sebagai
alternatif lain atau pendukung cara memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.

Cara Belajar Yang Baik

a. Andaikankamu sudah mempunyai cara belajar yang baik, artinya dengan caramu itu
kamu dapat belajar dengan mudah. Misalnya “Pak, saya belajar dengan membaca sekali
saja sudah jelas, mudah mengerti”, “Pak, dengan baca sekali, dengan dengar uraian, dan

4. Cara Mengatasi Hakikat Kesulitan Belajar

Berdasarkan yang teramati dan faktor penyebab kesulitan belajar, maka upaya yang dilakukan
guru antara :

1. Tempat duduk siswa

Anak yang mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan saat mengambil posisi
duduk bagian depan. Mereka akan dapat melihat tulisan di papan tulis dengan lebih jelas. Begitu
pula dalam mendengar semua informasi belajar yang diucapkan oleh guru.

2. Gangguan kesehatan

Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah dengan


tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan keluarga lainnya.

3. Perbaikan program

Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu ditolong
dengan melaksanakan program remedial. Teknik program remedial dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Di antaranya adalah mengulang kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai,
memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, dan sebagainya.

4. Bantuan media dan alat peraga


Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya membantu siswa yang
mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Boleh jadi kesulitan belajar itu timbul karena
materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dijangkau oleh siswa.

5. Suasana belajar menyenangkan

Selain itu yang tak penting adalah menciptakan suasana belajar yang kondusif . Suasana
belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan
dalam menerima materi pelajaran.

6. Motivasi orang tua di rumah

Anak yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapat perhatian orang tua dan anggota
keluarganya. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan motivasi ekstrinsik dan intrinsik
agar anak mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Selain itu, orang tua juga perlu
memperhatikan kesehatan tubuh anak dengan memberikan makanan dan minim bergizi yang
disertai dengan suplemen pembangun tubuh yang cukup.

PENUTUP

Kesimpulan: Belajar merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris Learning Disability.


Terjemahan tersebut, sebenarnya kurang tepat karena belajar dan ketidakmampuan artinya
ketidakmampuan; sehingga terjemahan yang benar-benar seharusnya adalah ketidakmampuan
belajar. dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain adalah:

1. Faktor Internal (yang berada dalam diri individu)

A. Faktor fisik

Sangat berpengauh pada kemampuan anak menangkap suatu pembelajaran, misalnya jka anak
dalam keadan sakit ataupun cacat bawaan itu bisa menjadi hambatan perkembangan bagi
perkembangan anak,sehingga anak bereaksi terhadap interaksi dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
B. Faktor psikis (faktor kemampuan, faktor perhatian dan minat, faktor bakat, faktor motifasi,
faktor kematangan, dan faktor kepribadian)

2. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri anak)

A. Faktor keluarga (kondisi ekonomi, hubungan emosi anak dan ortu, cara mendidik)

B. Faktor sekolah

C. Faktor lingkungan lain (teman bergaul, lingkungan sekitar, dll)


DAFTAR PUSTAKA

HAKIKAT KESULITAN BELAJAR | Bob Weblog (wordpress.com)

https://steviardiana94.wordpress.com/bimbingan-dan-konseling-2/diagnosis-kesulitan-belajar/

https://www.matrapendidikan.com/2015/01/kesulitan-belajar-siswa-cara_11.html

cooney, TJ, Davis, EJ & Henderson, KB 1975.

Dinamika dari Pengajaran Seconda rySekolah Matematika.

Boston: Houghton Mifflin Perusahaan.Demanik, Eric.son. 2014.

pengertian Diagnosa bukan belajar Rutinitas menuahli

.Husamah, pantiwati, Y, Restian, A& Sumarsono,P.2018 8.

belajar dan Pembelajaran.

Malang: Universitas Muhammadiyah MalangJamaris, M. 2014.

bukan belajar: Prespektif, Asesmen, dan Penang gulangannyatas sayaAnakusia dini dan usia
Sekolah

. Bogor: Gahlia Indonesia Nurwidodo. 2018 1.

Perkembangan belajar Peserta Didik SD

Anda mungkin juga menyukai