Anda di halaman 1dari 8

A.

Arti kesulitan belajar


Belajar adalah proses pengubahan individu (secara kognitif, afektif, dan
psikomotorik) yang relatif permanen akibat adanya latihan, pembelajaran atau
pengetahuan konkret sebagai produk adanya interaksi dengan lingkungan luar
(Masyur & Fathani, 2007). Belajar tidak lain adalah pematangan fungsi kognitif
yang menghubungkan aspek internal dan eksternal, sehinggga terciptalah
pengetahuan. Siswa mulai belajar dari sesesuatu yang sederhana, kemudian
berkembang menuju pemahaman yang lebih kompleks. Proses kegiatan
pembelajaran, siswa melakukan berbagai pola tingkah laku, antara lain
mengamati, mencerna, menirukan, menerapkan dan lain sebagainya. Selama
proses belajar siswa secara umum maupun khusus, tidak selalu berjalan lancar,
siswa terkadang mempunyai kesulitan dalam belajar.

Kesulitan belajar terdiri dari dua kata yaitu kesulitan dan belajar. Kesulitan
merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan
untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan usaha yang lebih baik untuk
mengatasi ganguan tersebut, sedangkan belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku seseorang melalui suatu proses tertentu (Subini, 2010).

Definisi kesulitan belajar siswa menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Sugihartono (2007) kesulitan belajar adalah suatu gejala yang
tampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah
atau di bawah norma yang telah ditetapkan.
2. Menurut Mulyadi (2010) kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam
proses belajar yang ditandai adanaya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar.
3. Menurut Abdurrahman (2012) kesulitan belajar merupakan kesulitan yang
disebabkan gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan
perhatian selektif.
4. Menurut Subini (2013) kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar
yang telah ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kesulitan


belajar siswa adalah kondisi dimana siswa menunjukkan gejala belajar yang tidak
wajar dan memiliki prestasi belajar di bawah rata-rata yang telah ditetapkan, yang
disebabkan oleh hambatan atau gangguan belajar. Gangguan tersebut berupa
kesulitan dalam berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja ataupun
menghitung yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
Hal tersebut, dapat dilihat dari nilai atau prestasi belajar siswa. Siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar akan memperoleh nilai yang kurang
memuaskan dibandingkan siswa yang tidak mengalami kesulitan.

Didalam kesulitan belajar ada faktor – faktor yang memepangaruhinya. Menurut


Ahmadi dan supriyono (irham & wiyani, 2013:264-265) menyatakan bahwa faktor
kesulitan belajar dikategorikan menjadi 2 yaitu :
a. Faktor intern, merupakan faktor yang terjadi dalam diri manusia. meliputi :
- Faktor Fisiologi (disebabkan seperti kondisi siswa kurang sehat, cacat
ataupun lemah)
- Faktor Psikologi (disebabkan karena bakat pada pelajaran rendah, tingkat
berfikirnya kurang, kurang motivasi, minat belajar yang rendah, ataupun
kondisi mental kurang baik)

b. Faktor Ekstern (faktor yang terjadi di luar diri manusia)


- Faktor non sosial (disebabkan semisal kondisi ruang kelas atau bangunan
yang tidak layak, media belajar kurang lengkap atau kurang baik, proses
belajar yang kurang disiplin, dan sebagainya)
- Faktor sosial (disebabkan karena ada permasalahan pada siswa seperti
faktor sekolah, faktor keluarga, faktor teman maupun faktor lingkungan)
Dari faktor – faktor diatas salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
yaitu salah satunya faktor psikologi yang yang disebabkan oleh minat belajar siswa
yang rendah.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menimbulkan gejala


kesulitan belajar yang bermacam-macam. Menurut Sugihartono, dkk (Samisih
2014) menyebutkan beberapa gejala atau ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan
belajar antara lain sebagai berikut:

1. Prestasi belajar yang rendah, ditandai dengan adanya nilai yang diperoleh
dibawah standar yang telah ditetapkan.
2. Hasil yang di capai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, ditandai
dengan sering mengikuti les tambahan tetapi hasilnya tidak maksimal.
3. Lambat dalam melakukan atau mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar,
maupun terlambat datang ke sekolah.
4. Menunjukkan sikap yang tidak peduli dalam mengikuti pelajaran, ditandai
dengan mengobrol dengan teman ketika proses belajar berlangsung, makan di
dalam kelas ketika mengikuti pelajaran.
5. Menunjukkan perilaku yang menyimpang, seperti suka membolos sekolah,
datang terlambat, tidak mengerjakan tugas, mengasingkan diri, tidak bisa bekerja
sama, menggangu teman baik di luar maupun di dalam kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam belajar dan kurang percaya diri.
6. Menunjukkan gejala emosional yang menyimpang, misalnya mudah marah,
pemurung, teriak-teriak ketika mengikuti pelajaran dan sebagainya

B. Hambatan belajar
Apakah yang dimaksud dengan “Hambatan Perkembangan Belajar” itu?
Sebenarnya sudah digambarkan oleh Goldstein pada tahun 1966, mengingat pada
waktu itu banyak anak di sekolah umum yang mengalami hambatan ini. Selanjutnya
topik ini pada waktu itu menjadi objek penelitian yang intensif dari para ahli syaraf,
pendidikan, dan psikologi. Meskipun demikian istilah hambatan perkembangan
belajar masih belum jelas dan “tidak standard”. Hingga tahun 1970-an setiap ahli
mempunyai pengertian yang beragam tetapi sudah tidak jauh berbeda maknanya.
Kemudian pada tahun 1987, the National Joint Committe on Learning Disabilities
(NJCLD) menetapkan bahwa “Hambatan Perkembangan Belajar” adalah suatu istilah
umum yang berkenaan dengan hambatan pada kelompok heterogen yang benar-
benar mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan kemampuan
pendengaran, bicara, membaca, menulis, berfikir atau matematik.
hambatan belajar adalah suatu peristiwa yang ikut menyebabkan suatu
keadaan yang menghambat dalam mengaplikasikannya pada saat proses
pembelajaran berlangsung (Sutriyanto, 2009, h. 7).
Menurut Brousseau (1997), terdapat 3 faktor yang menyebabkan hambatan
belajar yaitu hambatan ditaktis (akibat pengajaran guru), hambatan ontogeni
(kesiapan mental belajar), hambatan epistemologi (pengetahuan siswa yang memiliki
konteks aplikasi yang terbatas ). Jika dilihat saat ini hambatan belajar telah terbentuk
secara sistemik bagi peserta didik. Mungkin hambatan itu muncul dikarenakan siswa
tidak hadir ke kelas, tidak belajar, sulitnya mencerna materi dengan baik. Dapat
disimpulkan bahwa hambatan belajar merupakan kendala bagi siswa dalam berfikir
maupun memahami sesuatu.Maka dari itu perlu adanya suatu analisis untuk
mengetahui hambatan belajar, dengan mempertimbangkan kesulitan yang dialami
siswa agar hasil pencapaian siswa meningkat.
Penyebab hambatan perkembangan belajar dalam kajian ini lebih bersifat
intrinsik, bukan karena faktor eksternal (dari luar) seperti: lingkungan atau sistem
pendidikan, melainkan karena faktor dari dalam individu itu sendiri; dan diperkirakan
karena disfungsi sistem syaraf pusat. Hambatan tersebut dapat juga terjadi
bersamaan dengan hambatan/gangguan lainnya (misal: hambatan penginderaan
atau tunarungu atau tunanetra, terbelakang mental, hambatan sosial dan emosi)
atau pengaruh lingkungan (misal perbedaan kultur, pengajaran yang tidak cukup
atau tidak sesuai, faktor psikogenik). Pada prinsipnya hambatan yang terjadi ini
bukanlah akibat langsung dari gangguan atau hambatan karena faktor-faktor
eksternal tersebut.

C. faktor-faktor belajar
Gunarsa mengklasifikasikan faktor-faktor yang menghambat dan membantu
anak dalam belajar dalam dua kelompok besar, yaitu: faktor endogen dan faktor
eksogen. Berikut adalah penjelasan mengenai dua faktor tersebut :
1. faktor endogen
Faktor endogen adalah semua faktor yang berada dalam diri anak, Faktor
endogen meliputi faktor fisik dan psikis. Gunarsa menyebutkan 8 faktor psikis yang
membantu dan menghambat anak didik dalam belajar, yaitu; faktor inteligensi, faktor
perhatian, bakat, minat, emosi, kepribadian, perhatian, dan gangguan kejiwaan atau
gangguan kepribadian lainnya. Faktor bawaan atau keturunan (hereditas)
merupakan faktor pertama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Faktor ini
dapat diartikan sebagai semua ciri atau karakteristik individu yang diwariskan kepada
anak atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki seseorang sejak
masa pembuahan sebagai warisan dari orangtua. Faktor bawaan disebut pula
sebagai faktor endogen. Faktor endogen adalah faktor yang dibawa oleh individu
sejak dalam kandungan hingga kelahiran.

2. Faktor eksogen
sedangkan faktor eksogen adalah semua faktor yang berada di luar diri anak.
Faktor lingkungan disebut juga faktor eksogen, yaitu faktor yang datang dari luar
individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan
sebagainya yang sering dikemukakan dengan pengertian milleu. Pengaruh
pendidikan dan pengaruh lingkungan sekitar itu sebenarnya terdapat perbedaan.
Pada umumnya pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan
tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan
kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan kepada individu.
Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh
lingkungan tergantung kepada individu yang bersangkutan. Tidak demikian halnya
dengan pendidikan. Pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran dan sistematis
untuk mengembangkan potensi-potensi ataupun bakat-bakat yang ada pada individu
sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Dengan demikian pendidikan itu
bersifat aktif, penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu
ke suatu tujuan tertentu.
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu.
Lingkungan tumbuh kembang anak dapat berupa lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan kelompok teman sebaya. Lingkungan keluarga memiliki
peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.

3. faktor internal
Faktor internal yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar,yang
berasal dari peserta didik. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu fisiologi dan
psikologis. Fisiologi adalah faktor yang meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan
kondisi panca indera, sedangkan psikologis meliputi faktor kecerdasan, bakat, minat,
aktivitas, emosi, motivasi, dan kemampuan kognitif .
Berikut penjelasan secara detail mengenai dua faktor tersebut:
faktor Internal
Faktor internal terdiri dari beberapa aspek, antara lain :
1. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis diantaranya adalah jasmaniah(kesehatan). Sehat adalah
kondisi dimana seseorang terhindar atau bebas dari segala macam penyakit.
Kesehatan akan sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, bila dalam
kondisi sehat tentunya orang tersebut akan mampu dan sanggup dalam
mengikuti proses belajar dengan baik.

2. Aspek Psikologis
1)Hereditas
Hereditas merupakan faktor pertama yang dibawa anak sejak lahir sebagai
warisan dari orang tua melalui gen dan kromosom, factor ini mempengaruhi
belajar karena genetika sangat mempengaruhi segala aspek yang ada pada
anak serta factor genetika menurunkan sifat-sifat biologis(pembawaan dari
orang tua,dari dirinya sendiri, dan kondisi fisik dan mental individu).

2)Kecerdasan
Inteligensi menurut William Strem adalah kemampuan untuk menyesuaikan
diri dalam mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat yang sesuai.

3)Minat dan bakat


Minat belajar siswa adalah rasa antusias siswa yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap suatu pengetahuan. Sedangkan bakat siswa adalah
kemampuan potensial siswa untuk mencapai keberhasilan di masa depan.

4)Motivasi
Upaya secara keseluruhan psikis, psikologis, dan sosiologis untuk menjamin
kelangsungan belajar serta memberikan pedoman pelaksanaan untuk
mencapai tujuan belajar.

4. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik,yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan
sosial dan lingkungan non sosial.

a.Keluarga
Keluarga mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat penting dalam
membentuk belajar dari seorang anak,karena keluarga merupakan tempat
pertama dimana seorang anak mulai belajar.

Beberapa pengaruh keluarga yang dapat mempengaruhi belajar diantaranya


adalah, cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
ruamah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan atau kebiasaan dari keluarga.

b.Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi untuk membantu peserta
didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan perkembangannya.

Beberapa hal yang mempengaruhi belajar, diantaranya yatu: metode


mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, disiplin kuliah, alat
pengajaran, waktu sekolah, keadaan bangunan/gedung, metode belajar, dan
tugas rumah.

5. Faktor Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang terjadinya
suatu proses pembelajaran yang sifatnya masih umum (Sanjaya, 2006).
Pendekatan pembelajaran adalah tahap pertama pembentukan suatu ide
dalam memandang dan menentukan objek kajian (Rusman, 2016).
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana tahap awal untuk
menentukan pelaksanaan proses pembelajaran dalam
menerapkan perlakuan yang akan digunakan terhadap objek kajian.
- Jenis-jenis pendekatan pembelajaran
Komponen utama dalam proses pembelajaran adalah guru dan
siswa. Proses pembelajaran tidak akan berlangsung apabila kedua
komponen ini tidak ada. Berdasarkan hal ini, maka pendekatan dalam
pembelajaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada guru (teacher centered learning) dan
pembelajarn yang berfokus pada siswa (student centered learning)
(Kallen, 1998).
Pendekatan yang berfokus pada guru (teacher centered
learning) adalah pembelajaran yang membuat siswa menjadi individu
yang pasif sebagai penerima atau objek dalam proses belajar mengajar.
Siswa hanya berperan untuk melakukan aktivitas berdasarkan adanya
petunjuk dari guru. Guru sebagai pemberi informasi atau sumber
belajar utama yang serba tahu.
Pendekatan yang berfokus pada siswa (student centered
learning) adalah pembelajaran yang membuat siswa menjadi individu
yang aktif sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Mahasiswa
dapat secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuannya, tidak
hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga dalam
mengembangkan karakter siswa (life long learning). Pendekatan ini
berorientasi pada siswa, manajemen, dan pengelolaannya ditentukan
oleh siswa sendiri tidak bergantung pada guru. Guru berfungsi sebagai
fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama siswa. Siswa dan guru
belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, dan
keterampilan. Siswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja
tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan.

D. Faktor-faktor kondisi belajar


1. faktor fisik
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit
akan menghambat tercapainya hasil yang maksimal. Kedua, keadaan fungsi jasmani
atau fisiologis.
keadaan fisik atau jasmani siswa adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi pembelajaran. Misalnya, posisi tempat duduk seorang siswa yang
memiliki gangguan kesehatan mata minus maupun silinder amat menentukan proses
dan hasil belajar siswa tersebut. Tanpa bantuan kaca mata, siswa dengan gangguan
kesehatan mata akan kesulitan mengikuti pembelajaran, terutama ketika guru harus
menggunakan papan tulis di depan kelas.
Kesulitan yang dialami siswa dapat menurunkan minat belajarnya, sehingga
ia cenderung ogah-ogahan. Dalam keadaan demikian, tak heran bila kemudian hasil
belajarnya tidak maksimal. Siklus seperti ini berlaku pula pada hambatan-hambatan
fisik atau jasmani yang lain, dan turut berpeluang menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa.

2. Faktor Emosional
Emosi dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh dalam bentuk
cepat atau lambatnya proses belajar siswa. Emosi pada individu juga berpengaruh
dalam membantu proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna
bagi siswa. Tanpa adanya emosi, kegiatan saraf otak akan bekerja tidak optimal dan
juga tidak maksimal dalam merekatkan pengetahuan dalam ingatan sehingga hasil
belajar tidak dapat dicapai dengan maksimal.
Kondisi emosi yang baik dan positif pada siswa akan menunjang
keberhasilan siswa dalam belajar dan mencapai tujuan-tujuannya. Sementara emosi
yang tidak sesuai atau bersifat negatif pada anak justru akan berdampak pada
kegagalan dalam belajar sampai putus sekolah bahkan droup out. Dengan demikian,
secara tidak langsung kondisi emosi memengaruhi proses belajar anak.

Hal ini disebabkan suasana emosi yang positif atau menyenangkan dan
negatif atau yang tidak menyenangkan berpengaruh pada cara kerja struktur otak
manusia dan berdampak pada proses dan hasil belajar. Misalnya, pada saat seorang
anak dipaksa untuk belajar oleh orang tua dan gurunya, padahal ia tidak
menyukainya maka otak akan fokus untuk bertahan agar tidak mendapat hukuman,
bukan untuk mepelajari sesuatu secara maksimal.

Berbeda dengan kondisi yang negatif, dalam situasi tekanan positif, otak
akan terlibat secara emosional dan sel-sel saraf akan bekerja secara maksimal.
Fenomena ini dikenal dengan eustress sehingga suasana emosional positif perlu
dibangun dalam proses belajar mengajar

3. Faktor sosial
Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang
memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.
a) Lingkungan sosial
· Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
· Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
· Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b) Lingkungan Non-Sosial
· Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana
yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
· Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
· Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan konsdisi siswa.

sumber :
http://eprints.umpo.ac.id/5975/3/BAB%202.pdf

https://www.kajianpustaka.com/2021/12/kesulitan-belajar.html

https://eprints.umm.ac.id/39699/3/jiptummpp-gdl-sitranitas-53561-3-babii.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707111985031-HIDAYAT/
IDENTIFIKASI_HAMBATAN_BELAJAR.pdf

https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/977/memahami-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-tumbuh-kembang-anak

https://www.kompasiana.com/nurelsaayuaprilia/5e82d9e4f1110c441c0419a2/faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-belajar?page=all#section2

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20851/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf?sequence=3&isAllowed=y#:~:text=Faktor%20pendekatan%20belajar
%20adalah%20segala,dan%20pendekatan%20speculative%20atau%20achievin…

Anda mungkin juga menyukai