Kesulitan belajar terdiri dari dua kata yaitu kesulitan dan belajar. Kesulitan
merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan
untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan usaha yang lebih baik untuk
mengatasi ganguan tersebut, sedangkan belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku seseorang melalui suatu proses tertentu (Subini, 2010).
Definisi kesulitan belajar siswa menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Sugihartono (2007) kesulitan belajar adalah suatu gejala yang
tampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah
atau di bawah norma yang telah ditetapkan.
2. Menurut Mulyadi (2010) kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam
proses belajar yang ditandai adanaya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar.
3. Menurut Abdurrahman (2012) kesulitan belajar merupakan kesulitan yang
disebabkan gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan
perhatian selektif.
4. Menurut Subini (2013) kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar
yang telah ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan.
1. Prestasi belajar yang rendah, ditandai dengan adanya nilai yang diperoleh
dibawah standar yang telah ditetapkan.
2. Hasil yang di capai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, ditandai
dengan sering mengikuti les tambahan tetapi hasilnya tidak maksimal.
3. Lambat dalam melakukan atau mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar,
maupun terlambat datang ke sekolah.
4. Menunjukkan sikap yang tidak peduli dalam mengikuti pelajaran, ditandai
dengan mengobrol dengan teman ketika proses belajar berlangsung, makan di
dalam kelas ketika mengikuti pelajaran.
5. Menunjukkan perilaku yang menyimpang, seperti suka membolos sekolah,
datang terlambat, tidak mengerjakan tugas, mengasingkan diri, tidak bisa bekerja
sama, menggangu teman baik di luar maupun di dalam kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam belajar dan kurang percaya diri.
6. Menunjukkan gejala emosional yang menyimpang, misalnya mudah marah,
pemurung, teriak-teriak ketika mengikuti pelajaran dan sebagainya
B. Hambatan belajar
Apakah yang dimaksud dengan “Hambatan Perkembangan Belajar” itu?
Sebenarnya sudah digambarkan oleh Goldstein pada tahun 1966, mengingat pada
waktu itu banyak anak di sekolah umum yang mengalami hambatan ini. Selanjutnya
topik ini pada waktu itu menjadi objek penelitian yang intensif dari para ahli syaraf,
pendidikan, dan psikologi. Meskipun demikian istilah hambatan perkembangan
belajar masih belum jelas dan “tidak standard”. Hingga tahun 1970-an setiap ahli
mempunyai pengertian yang beragam tetapi sudah tidak jauh berbeda maknanya.
Kemudian pada tahun 1987, the National Joint Committe on Learning Disabilities
(NJCLD) menetapkan bahwa “Hambatan Perkembangan Belajar” adalah suatu istilah
umum yang berkenaan dengan hambatan pada kelompok heterogen yang benar-
benar mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan kemampuan
pendengaran, bicara, membaca, menulis, berfikir atau matematik.
hambatan belajar adalah suatu peristiwa yang ikut menyebabkan suatu
keadaan yang menghambat dalam mengaplikasikannya pada saat proses
pembelajaran berlangsung (Sutriyanto, 2009, h. 7).
Menurut Brousseau (1997), terdapat 3 faktor yang menyebabkan hambatan
belajar yaitu hambatan ditaktis (akibat pengajaran guru), hambatan ontogeni
(kesiapan mental belajar), hambatan epistemologi (pengetahuan siswa yang memiliki
konteks aplikasi yang terbatas ). Jika dilihat saat ini hambatan belajar telah terbentuk
secara sistemik bagi peserta didik. Mungkin hambatan itu muncul dikarenakan siswa
tidak hadir ke kelas, tidak belajar, sulitnya mencerna materi dengan baik. Dapat
disimpulkan bahwa hambatan belajar merupakan kendala bagi siswa dalam berfikir
maupun memahami sesuatu.Maka dari itu perlu adanya suatu analisis untuk
mengetahui hambatan belajar, dengan mempertimbangkan kesulitan yang dialami
siswa agar hasil pencapaian siswa meningkat.
Penyebab hambatan perkembangan belajar dalam kajian ini lebih bersifat
intrinsik, bukan karena faktor eksternal (dari luar) seperti: lingkungan atau sistem
pendidikan, melainkan karena faktor dari dalam individu itu sendiri; dan diperkirakan
karena disfungsi sistem syaraf pusat. Hambatan tersebut dapat juga terjadi
bersamaan dengan hambatan/gangguan lainnya (misal: hambatan penginderaan
atau tunarungu atau tunanetra, terbelakang mental, hambatan sosial dan emosi)
atau pengaruh lingkungan (misal perbedaan kultur, pengajaran yang tidak cukup
atau tidak sesuai, faktor psikogenik). Pada prinsipnya hambatan yang terjadi ini
bukanlah akibat langsung dari gangguan atau hambatan karena faktor-faktor
eksternal tersebut.
C. faktor-faktor belajar
Gunarsa mengklasifikasikan faktor-faktor yang menghambat dan membantu
anak dalam belajar dalam dua kelompok besar, yaitu: faktor endogen dan faktor
eksogen. Berikut adalah penjelasan mengenai dua faktor tersebut :
1. faktor endogen
Faktor endogen adalah semua faktor yang berada dalam diri anak, Faktor
endogen meliputi faktor fisik dan psikis. Gunarsa menyebutkan 8 faktor psikis yang
membantu dan menghambat anak didik dalam belajar, yaitu; faktor inteligensi, faktor
perhatian, bakat, minat, emosi, kepribadian, perhatian, dan gangguan kejiwaan atau
gangguan kepribadian lainnya. Faktor bawaan atau keturunan (hereditas)
merupakan faktor pertama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Faktor ini
dapat diartikan sebagai semua ciri atau karakteristik individu yang diwariskan kepada
anak atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki seseorang sejak
masa pembuahan sebagai warisan dari orangtua. Faktor bawaan disebut pula
sebagai faktor endogen. Faktor endogen adalah faktor yang dibawa oleh individu
sejak dalam kandungan hingga kelahiran.
2. Faktor eksogen
sedangkan faktor eksogen adalah semua faktor yang berada di luar diri anak.
Faktor lingkungan disebut juga faktor eksogen, yaitu faktor yang datang dari luar
individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan
sebagainya yang sering dikemukakan dengan pengertian milleu. Pengaruh
pendidikan dan pengaruh lingkungan sekitar itu sebenarnya terdapat perbedaan.
Pada umumnya pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan
tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan
kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan kepada individu.
Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh
lingkungan tergantung kepada individu yang bersangkutan. Tidak demikian halnya
dengan pendidikan. Pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran dan sistematis
untuk mengembangkan potensi-potensi ataupun bakat-bakat yang ada pada individu
sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Dengan demikian pendidikan itu
bersifat aktif, penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu
ke suatu tujuan tertentu.
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu.
Lingkungan tumbuh kembang anak dapat berupa lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan kelompok teman sebaya. Lingkungan keluarga memiliki
peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.
3. faktor internal
Faktor internal yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar,yang
berasal dari peserta didik. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu fisiologi dan
psikologis. Fisiologi adalah faktor yang meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan
kondisi panca indera, sedangkan psikologis meliputi faktor kecerdasan, bakat, minat,
aktivitas, emosi, motivasi, dan kemampuan kognitif .
Berikut penjelasan secara detail mengenai dua faktor tersebut:
faktor Internal
Faktor internal terdiri dari beberapa aspek, antara lain :
1. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis diantaranya adalah jasmaniah(kesehatan). Sehat adalah
kondisi dimana seseorang terhindar atau bebas dari segala macam penyakit.
Kesehatan akan sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, bila dalam
kondisi sehat tentunya orang tersebut akan mampu dan sanggup dalam
mengikuti proses belajar dengan baik.
2. Aspek Psikologis
1)Hereditas
Hereditas merupakan faktor pertama yang dibawa anak sejak lahir sebagai
warisan dari orang tua melalui gen dan kromosom, factor ini mempengaruhi
belajar karena genetika sangat mempengaruhi segala aspek yang ada pada
anak serta factor genetika menurunkan sifat-sifat biologis(pembawaan dari
orang tua,dari dirinya sendiri, dan kondisi fisik dan mental individu).
2)Kecerdasan
Inteligensi menurut William Strem adalah kemampuan untuk menyesuaikan
diri dalam mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat yang sesuai.
4)Motivasi
Upaya secara keseluruhan psikis, psikologis, dan sosiologis untuk menjamin
kelangsungan belajar serta memberikan pedoman pelaksanaan untuk
mencapai tujuan belajar.
4. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik,yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan
sosial dan lingkungan non sosial.
a.Keluarga
Keluarga mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat penting dalam
membentuk belajar dari seorang anak,karena keluarga merupakan tempat
pertama dimana seorang anak mulai belajar.
b.Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi untuk membantu peserta
didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan perkembangannya.
2. Faktor Emosional
Emosi dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh dalam bentuk
cepat atau lambatnya proses belajar siswa. Emosi pada individu juga berpengaruh
dalam membantu proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna
bagi siswa. Tanpa adanya emosi, kegiatan saraf otak akan bekerja tidak optimal dan
juga tidak maksimal dalam merekatkan pengetahuan dalam ingatan sehingga hasil
belajar tidak dapat dicapai dengan maksimal.
Kondisi emosi yang baik dan positif pada siswa akan menunjang
keberhasilan siswa dalam belajar dan mencapai tujuan-tujuannya. Sementara emosi
yang tidak sesuai atau bersifat negatif pada anak justru akan berdampak pada
kegagalan dalam belajar sampai putus sekolah bahkan droup out. Dengan demikian,
secara tidak langsung kondisi emosi memengaruhi proses belajar anak.
Hal ini disebabkan suasana emosi yang positif atau menyenangkan dan
negatif atau yang tidak menyenangkan berpengaruh pada cara kerja struktur otak
manusia dan berdampak pada proses dan hasil belajar. Misalnya, pada saat seorang
anak dipaksa untuk belajar oleh orang tua dan gurunya, padahal ia tidak
menyukainya maka otak akan fokus untuk bertahan agar tidak mendapat hukuman,
bukan untuk mepelajari sesuatu secara maksimal.
Berbeda dengan kondisi yang negatif, dalam situasi tekanan positif, otak
akan terlibat secara emosional dan sel-sel saraf akan bekerja secara maksimal.
Fenomena ini dikenal dengan eustress sehingga suasana emosional positif perlu
dibangun dalam proses belajar mengajar
3. Faktor sosial
Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang
memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.
a) Lingkungan sosial
· Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
· Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
· Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b) Lingkungan Non-Sosial
· Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana
yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
· Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
· Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan konsdisi siswa.
sumber :
http://eprints.umpo.ac.id/5975/3/BAB%202.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2021/12/kesulitan-belajar.html
https://eprints.umm.ac.id/39699/3/jiptummpp-gdl-sitranitas-53561-3-babii.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707111985031-HIDAYAT/
IDENTIFIKASI_HAMBATAN_BELAJAR.pdf
https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/977/memahami-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-tumbuh-kembang-anak
https://www.kompasiana.com/nurelsaayuaprilia/5e82d9e4f1110c441c0419a2/faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-belajar?page=all#section2
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20851/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf?sequence=3&isAllowed=y#:~:text=Faktor%20pendekatan%20belajar
%20adalah%20segala,dan%20pendekatan%20speculative%20atau%20achievin…